Perumpamaan Orang Kaya yang Bodoh - Persekutuan Indonesia Riverside

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content
Pemahaman Alkitab 2021
Perumpamaan Orang Kaya yang Bodoh
Hari ini kita sampai pada Lukas 12:13-21, “Dan seseorang di antara orang banyak itu berkata kepada Yesus, 'Guru, beri tahu saudaraku untuk membagikan warisan keluarga denganku.' Tetapi Dia berkata kepadanya, 'Saudara, siapakah mengangkat Aku sebagai hakim atau pembagi warisan atas kalian berdua?” Dan Dia berkata kepada mereka, “Hati-hatilah dan waspadalah terhadap setiap bentuk keserakahan, karena hidup manusia tidak terdiri dari harta miliknya, walaupun hartanya berlimpah-limpah.”

Dan Yesus menceritakan mereka perumpamaan ini, 'Ada orang kaya yang mempunyai tanah yang memberi banyak hasil. Dan dia mulai berpikir dalam hatinya, “Sudah tidak punya tempat lagi untuk menyimpan hasil panenku. Apakah yang harus aku lakukan?” Dan dia berkata, “Inilah yang akan aku lakukan: aku akan merombak gudang-gudangku dan kubangun yang lebih besar, Di situlah akan kusimpan semua gandumku dan semua barangku yang lain. Dan akan kukatakan kepada diriku, 'Jiwaku, segala yang baik sudah kaumiliki dan itu tidak akan habis selama bertahun-tahun.

Istirahatlah sekarang, makan dan minumlah, dan nikmatilah hidupmu.’” Tetapi Allah berkata kepadanya, “Hai bodoh! Malam ini juga engkau akan mati; lalu siapakah yang akan mendapat seluruh kekayaan yang sudah kaukumpulkan untuk dirimu itu?” Demikianlah jadinya dengan setiap orang yang berusaha menjadi kaya bagi dirinya sendiri dan tetapi tidak kaya terhadap Allah.” Teks Firman ini telah disebut, “Orang Kaya yang Bodoh.” Itu bisa disebut, "Kebinasaan orang Materialis." Ini adalah pelajaran bagi kita semua.

Seperti yang telah kita pelajari melalui Lukas, Tuhan Yesus Kristus, sang Mesias dan Juruselamat, datang untuk memberi orang-orang berdosa rahmat dan anugerah pengampunan dan hidup kekal. Dan Yesus, tentu saja, menarik banyak orang dengan pesan-Nya dan mujizat-mujizat-Nya. Tetapi selama pelayanan-Nya dalam tiga tahun itu berkembang, sudah jelas bahwa orang-orang menolak Dia dan pesan-Nya.

Tetapi di dalam kerumunan puluhan ribu itu yang semakin bermusuhan, masih ada beberapa orang yang belum mengambil keputusan. Ada beberapa yang masih mempelajari Yesus, masih berusaha untuk sampai pada suatu kesimpulan; dan kepada merekalah Yesus mengarahkan khotbah dan ceramah yang panjang ini, yang didengar oleh semua orang, tetapi ditujukan kepada mereka yang masih mencoba memutuskan tentang Yesus. Jiwa mereka masih ragu-ragu. Mereka belum dikonfirmasi.

Dan jika mereka ingin percaya kebenaran, dan menerima Injil, keselamatan dan hidup kekal, ada hal-hal yang sejak awal harus mereka hindari. Ayat 15, “Dia berkata kepada mereka, ‘Hati-hatilah, dan waspadalah terhadap setiap bentuk keserakahan.’” Jika mereka ingin menerima keselamatan, pengampunan dan kehidupan kekal di surga, ada kuasa-kuasa yang harus dihindari. Waspadalah terhadap kemunafikan dan waspadalah terhadap keserakahan.

Hanya ada dua alam yang ada: yang satu adalah alam material, dan yang lainnya adalah non-materi; yang satu adalah spiritual, yang lain adalah fisik; yang satu adalah alam, yang lain adalah supranatural. Hanya ada dua alam itu. Kemunafikan berhubungan dengan alam spiritual, dan keserakahan berhubungan dengan alam material. Baik dunia material maupun dunia rohani mengancam untuk mengutuk jiwa-jiwa abadi.

Dan meskipun mereka dapat dijelaskan secara terpisah dan didefinisikan secara terpisah, mereka tidak berada secara terpisah. Mereka tercampur bersama dalam kehidupan orang-orang yang tidak percaya. Dan itu benar bagi mereka yang terlibat dalam dunia keagamaan. Agama munafik, pelaku agama palsu itu selalu termotivasi oleh uang. Guru palsu melakukan apa saja karena mereka cinta uang. Itu selalu benar.

Penting untuk mengakui bahwa semua hal yang kita miliki di dunia ini berasal dari Allah, dalam pengertian ini, bahwa Allah menciptakan dunia ini yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan hal-hal materi ini. Allah memang memberi kita segala sesuatu untuk dinikmati berkelimpahan. Masalahnya bukan harta benda itu, masalahnya adalah sikap kita terhadap mereka. Apakah yang kalian miliki dalam hidup ini hanya berada dalam hidup ini. Jika itu materi, itu hanya milik kehidupan ini; itu tidak memiliki nilai abadi.

Orang kaya itu memiliki lebih dari yang dia butuhkan. 1 Timotius 6:9-10 mengatakan, “Tetapi orang yang ingin menjadi kaya jatuh ke dalam pencobaan dan ke dalam jerat, dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang bodoh dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam kehancuran dan kebinasaan. 10 Karena cinta uang adalah akar dari segala jenis kejahatan, yang karenanya beberapa orang telah menyimpang dari iman oleh keserakahan mereka, dan menyiksa diri mereka sendiri dengan banyak penderitaan.”

Mari kita lihat ayat 13, "Seorang di antara orang banyak itu berkata kepada Yesus, 'Guru, cobalah beri tahu saudaraku untuk membagi warisan keluarga denganku.'" Yesus sedang mengajar tentang agama-agama palsu. Dan Dia telah memperingatkan orang-orang munafik bahwa apa pun yang mereka sembunyikan akan terungkap, apa pun yang mereka tutupi akan terbuka. Dan Dia mengingat-kan orang-orang supaya mereka jangan khawatir tentang apa yang dikatakan orang karena hal terburuk yang dapat mereka lakukan adalah membunuh tubuh kalian saja.

Tetapi lebih baik kalian takut akan Allah yang memiliki otoritas untuk memasukkan orang ke neraka, Dialah yang lebih baik kalian hormati daripada melakukan agama munafik di hadapan manusia, agar kalian dapat menerima pujian dari mereka. Dia berbicara tentang menghormati Anak Allah di ayat 8 dan 9. Akuilah Anak Manusia di depan manusia, daripada menyangkal Dia dan ditolak di hadapan para malaikat Allah.” Sadarilah bahwa Allah adalah Hakim dan Kristus adalah Juruselamat.”

Dia berbicara tentang yang paling mulia dari semua hal, yaitu kebenaran Trinitas yang paling tinggi, dan ada orang di antara kerumunan yang mengatakan, "Guru, beri tahu saudaraku untuk membagi warisan keluarga dengan saya." Dan dia tidak bisa bersabar menunggu Tuhan berhenti berbicara tentang surga, keselamatan, pengampunan, wahyu, dan mendapatkan hal-hal yang baik. Ini adalah orang materialis yang tidak tertarik pada hal-hal rohani sama sekali.

Dan itu bukan pertanyaan, itu perintah: “Guru, beri tahu saudaraku untuk membagi warisan keluarga denganku.” Yah, dia mengidentifikasikan Yesus sebagai seorang rabi. Dan para rabi melakukan ini sebagai rutinitas di desa-desa mereka. Para rabi didekati oleh orang-orang untuk menggunakan hukum untuk menangani masalah-masalah sipil. Jadi permintaannya ada di dalam kerangka ekspektasi budaya: “Katakanlah pada saudaraku untuk membagi warisan keluarga kepadaku.”

Rasanya dia tidak dapat apa yang pantas dia dapatkan. Nah, tidak ada gunanya berspekulasi siapakah kakaknya atau siapakah adiknya, dan apakah dia memiliki hak untuk ini. Ada hukum kuno di Israel tentang warisan dalam Ulangan 21. Harta itu diserahkan kepada putra tertua. Dia tidak boleh menyia-nyiakannya untuk dirinya sendiri, dia hanya mengelolanya untuk generasi berikutnya. Ini hanya manifestasi dari keserakahan orang ini.

Ayat 14, "Dia menjawab, 'Saudara, siapakah mengangkat Aku menjadi hakim atau pembagi warisan atasmu?'" Itulah tanggapan yang tidak simpatik. "Saudara," itu bukan ekspresi yang baik. Itu istilah ada jarak. Itulah gelar yang dipakai untuk orang asing. “Aku tidak mengenalmu, dan Aku tidak tahu apa-apa tentang Anda, dan Aku tidak ada hubungan dengan Anda. Siapa yang mengangkat Aku sebagai hakim atau penengah atasmu?”

Sekarang kita tahu bahwa Allah telah menetapkan semua penghakiman kepada Kristus, tetapi itu adalah penghakiman rohani. Tetapi ketika menyangkut masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah sosial, distribusi kekayaan, ekonomi, dan harta benda duniawi, Dia tidak mengambil keputusan. Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Tetapi Dia tidak ragu-ragu untuk memutuskan tentang kondisi rohani orang itu.

Ayat 15, “Perhatikanlah dan waspadalah terhadap ketamakan, karena hidup seseorang tidak tergantung pada kelimpahan dari apa yang dimilikinya.” Salomo berkata, “Siapa mencintai uang tidak akan dipuaskan dengan uang, dan siapa mencintai kelimpahan tidak akan dipuaskan dengan pendapatannya.” Orang yang mencintai uang dan yang mencintai kelimpahan dan mencintai harta benda tidak pernah puas ketika mereka mendapatkannya; itu seperti minum air asin.

Dosanya adalah ketidakpuasan. Bukan jumlahnya, tetapi sikapnya. Ibrahim itu kaya. Ayub kaya. Sulaiman itu kaya. Dalam Perjanjian Baru, Yusuf dari Arimatea juga kaya. Dan ada orang kaya dalam Perjanjian Baru yang mengadakan gereja di rumah mereka karena mereka memiliki rumah yang cukup besar untuk mengadakan gereja. Ini tentang bagaimana perasaan Anda tentang apa yang Anda miliki.

Kata "kehidupan" dalam bahasa Yunani dapat berupa salah satu dari dua kata: bios, yang secara sederhana berarti kehidupan biologis sebagai lawan dari mati. Kemudian kata kehidupan yang digunakan di sini, zoe, mencakup semua yang membuat hidup itu layak untuk dijalani, kepuasan, pemenuhan, kenikmatan, makna dan tujuan. Dan Yesus berkata, "Walaupun Anda memiliki kelebihan, itu tidak berarti itu memberi Anda kehidupan nyata." Kehidupan yang Dia maksud di sini adalah kehidupan kekal.

Itulah satu-satunya jenis kehidupan yang memenuhi, memuaskan, menghasilkan kedamaian dan kegembiraan dan harapan dan berkat. Anda tidak akan pernah mendapatkan kehidupan nyata itu dari dunia materi bahkan jika Anda memiliki lebih dari cukup. Jadi Dia berkata kepada semua orang yang berpikir seperti itu, “Kalian berada di jalan yang salah.” Rasa haus Anda tidak akan pernah terpuaskan, karena satu-satunya kehidupan yang memuaskan adalah kehidupan Allah di dalam jiwa Anda.

Yesus menceritakan mereka sebuah perumpamaan, itulah sebuah cerita yang ditempatkan di samping sebuah prinsip untuk menggambarkan prinsip tersebut. Ayat 16, “Kemudian Dia menceritakan perumpamaan ini: “Ada seorang kaya yang memiliki tanah yang memberi banyak hasil.” Itu bagus. Tidak ada ketidakjujuran di sini, tidak ada pemerasan, tidak ada kejahatan, tidak ada apa-apa; dia baru saja mendapatkan panen yang bagus. Jika Anda seorang petani, Anda paling bergantung pada keadaan yang berada di luar kendali Anda, benar?

Anda harus berterima kasih kepada Allah untuk panen yang baik, karena Dia mengatur semua elemen yang mempengaruhi itu secara providensi. Tetapi dalam ayat 17, “Dan dia berpikir dalam hatinya, 'Apakah yang harus kulakukan, karena aku tidak ada tempat lagi untuk menyimpan hasil panenku?” Ada banyak pilihan, kecuali yang dia buat di ayat 18, "Jadi dia berkata, 'Aku akan melakukan ini: aku akan merombak gudang-gudangku dan membangun yang lebih besar, dan di sana aku akan menyimpan semua hasil panen dan barang-barangku yang lain."

Semua yang kita dengar dalam dua ayat ini adalah delapan "aku" dan empat "milikku". I. Dan di sini kalian mendapat wawasan tentang orang materialis. Ini adalah cerita khayal. Tetapi apa yang salah dengan gambaran ini? Dia pria yang cerdas. Dia mahir. Jadi apa yang kamu harus lakukan? Anda membatasi persediaan. Jadi Anda membangun gudang yang lebih besar di tempat yang sama, dan Anda menyimpan semuanya, dan kemudian Anda mengeluarkannya kapanpun Anda inginkan. Anda akan mengontrol harga panen itu.

Dan dia bukan hanya menyimpan hasil panennya di sana, dia juga menyimpan barang-barangnya di sana. Orang ini memiliki barang-barang lain yang dia simpan. Dia seharusnya berkata, “Engkau tahu, Allah, Engkaulah yang membuat hujan turun. Engkaulah yang membuat benih itu tumbuh. Saya perlu mengambil sebagian dari yang telah Engkau berikan kepada saya dan mengembalikannya kepada Engkau, karena saya tahu saya harus mengasihi Engkau dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan saya.

Dan kemudian saya tahu hukum kedua adalah mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan karena kasih-Mu tinggal di dalamku, aku mengasihi orang-orang ini, dan aku ingin membagi panen ini dengan orang lain.” Nah, semua perkataan itu tidak ada di sini. Ayat 19, “Dan aku akan berkata kepada jiwaku, “Jiwa, kamu memiliki banyak harta yang tertimbun selama bertahun-tahun; santai-santai saja; makan, minum, dan bersenang-senanglah.” Dia tinggal sendirian, dan ketika dia berbicara, itulah dengan dirinya sendiri.

Hai, Anda siap untuk hidup santai. Yang harus Anda lakukan hanyalah mengontrol cerat di gudangmu, dan mengeluarkan hanya sebanyak yang Anda inginkan untuk mengontrol harga, dan Anda akan memiliki semuanya. "Tenang-tenang saja," berarti "pensiun." “Makan minumlah, dan nikmatilah hidupmu,” adalah hedonisme terang-terangan. “Kamu hanya akan berkeliling sekali, jadi ambillah semuanya yang bisa Anda dapatkan.” Masalah dengan pria dalam cerita ini adalah bahwa dia melupakan tiga hal: Allah, orang-orang lain, dan kematiannya sendiri.

Dan kemudian datanglah kejutan, ayat 20, “Tetapi Allah berkata kepadanya, 'Hai bodoh! Malam ini juga jiwamu akan dituntut darimu; lalu siapakah akan mendapat barang-barangmu yang telah kaukumpulkan itu?” Wah,ini mimpi terburuk orang materialis; orang lain akan mendapatkan itu semuanya. Orang Yunani sebenarnya mengatakan, "Malam ini mereka menuntut jiwamu." Itu adalah ungkapan orang rabi kuno untuk merujuk pada tindakan Allah yang jamak: Elohim. “Mereka” Allah, Trinitas itu.

Yakobus 4:13-15 berkata, “Pikirkanlah, kalian yang berkata, “Hari ini atau besok kami akan pergi ke kota anu, dan tinggal di sana setahun lamanya, untuk berdagang dan mencari uang”; 14 sedangkan kalian sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupanmu besok. Hidupmu itu sama dengan uap yang muncul sebentar dan kemudian menghilang. 15 Sebaliknya, kalian harus berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan melakukan ini atau itu.”

Dan Yesus juga mengutip Pengkhotbah 2:18 - 20, “Pada waktu itu aku membenci segala jerih payahku, yang telah kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, karena aku harus menyerahkannya kepada orang yang akan datang setelah aku. 19 Dan siapa tahu apakah dia akan bijaksana atau bodoh? Namun dia akan memerintah atas semua jerih payah saya di mana saya bekerja keras dan di mana saya telah menunjukkan diri saya bijaksana di bawah matahari. Ini juga percumah. 20 Oleh karena itu aku putus asa akan semua jerih payah yang telah kukerjakan di bawah matahari.”

Dan penerapan cerita ini ada di dalam ayat 21, “Demikianlah jadinya dengan setiap orang yang berusaha menjadi kaya untuk dirinya sendiri, dan tidak kaya terhadap Allah.” Dia bodoh, karena dia tidak mempertimbangkan Allah; dan dia akan menghadap Allah, dan dia tidak melakukan apa pun untuk menolong orang lain. Dia tidak memikirkan kematiannya, dan di sini dia sudah mati. Sebelum dia bisa mewujudkan salah satu rencananya yang serakah itu, dia sudah menghilang.

Anda tidak dapat membawanya. Jika Anda belum menggunakan apa yang Allah berikan kepada Anda untuk kemuliaan-Nya dan untuk kepentingan orang lain, Anda itu bodoh. Yesus berkata dalam Matius 6:19-20, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya; 20 tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga, di mana ngengat maupun karat tidak dapat merusakkannya dan pencuri tidak dapat membongkar serta mencurinya.”

Lukas 12:30-33, “Untuk semua hal ini bangsa-bangsa di dunia mencari, dan Bapamu tahu bahwa Anda membutuhkan hal-hal ini. 31 Tetapi carilah Kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 32 “Jangan takut, kawanan kecil, karena dengan senang hati Bapamu memberimu kerajaan. 33 Juallah apa yang kamu miliki dan berikanlah sedekah, harta di surga yang tiada habisnya, di mana tidak ada pencuri yang mendekat atau ngengat yang merusakkannya.”

Kenyataannya adalah, Anda mungkin tidak akan hidup cukup lama untuk menggunakan semuanya; dan jika itu masalahnya, jadilah kaya terhadap Allah. Itu adalah sinonim untuk “menimbun harta di surga.” Terima kasih Allah bahwa kita tahu yang benar. Bersyukurlah kepada Allah bahwa kita melihat harta milik kita dan kekayaan yang telah Allah sediakan bagi kita, sebagai hadiah dari-Nya, untuk diberikan kembali, untuk dipegang sebagai penatalayanan, untuk diinvestasikan dalam kerajaan-Nya dan untuk kemuliaan-Nya. Marilah kita berdoa.
JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content