Perumpamaan Kasih - Persekutuan Indonesia Riverside

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content
Pemahaman Alkitab 2021
Perumpamaan Kasih
Bukalah Alkitab Anda pada Lukas 10:30-37 dan inilah perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Banyak orang Kristen dan non-Kristen tahu sesuatu tentang cerita ini. Kita semua tahu apa artinya ketika Anda menyebut seseorang sebagai orang Samaria yang baik hati. Itulah pujian bagi seseorang yang menunjukkan kasih, belas kasihan, dan bantuan kepada orang yang membutuhkannya. Allah dimuliakan karenanya. Tetapi perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati sering disalahpahami.

Orang-orang sudah tahu cerita ini tetapi banyak yang tidak tahu maksud cerita ini. Dan kita dapat mengerti itu karena kebenaran dari ajaran perumpamaan Tuhan kita itu tersembunyi. Dalam Lukas 10:21 Yesus berkata kepada para pengikut-Nya, “Bapa, Tuhan yang menguasai langit dan bumi, Aku memuji Engkau karena semuanya itu Engkau rahasiakan dari orang-orang yang pandai dan berilmu, tetapi Engkau tunjukkan kepada anak-anak kecil. Itulah yang menyenangkan hati Bapa.”

Dan dalam ayat 23 berpaling kepada murid-murid-Nya Dia berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat. 24 Sebab Aku berkata kepadamu bahwa banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat tetapi mereka tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kalian dengar tetapi mereka tidak mendengarnya.” Dan kemudian Yesus mulai dengan perumpamaan ini. Perumpamaan itu adalah hubungan langsung kita di mana Tuhan kita mengungkapkan kebenaran kepada murid-murid-Nya dan menyembunyikannya dari para penolak-Nya.

Oleh karena itu, perumpamaan ini akan disalahpahami oleh orang-orang yang tidak percaya. Bagi mereka itu menjadi cerita sederhana tentang menunjukkan kebaikan. Bagi orang percaya itu akan berbeda karena kita memiliki mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar, tetapi kita membutuhkan bantuan. Misalnya kembali ke sejarah gereja ada beberapa interpretasi yang aneh dan bahkan sekarang juga ada beberapa interpretasi yang salah. Zaman ini perumpamaan itu digunakan untuk membela keadilan sosial dan sosialisme.

Jadi “Yesus menjawab dengan sebuah cerita: “Seorang pria Yahudi sedang turun dari Yerusalem ke Yerikho, dan dia diserang perampok. Mereka merampas pakaiannya, dan memukulnya setengah mati, dan ditinggalkannya tergeletak di pinggir jalan dengan luka parah. 31 Kebetulan datanglah seorang imam. Tetapi ketika dia melihat pria itu terbaring di sana, dia menyingkir ke seberang jalan dan melewatinya. 32 Begitu juga seorang Lewi berjalan mendekat dan melihat dia terbaring di sana,”

“Tetapi diapun menyingkir ke seberang jalan, lalu berjalan terus. 33 “Tetapi kemudian datanglah seorang Samaria yang hina, dan ketika dia melihat orang itu, dia merasa kasihan kepadanya. 34 Maka didekatinya orang itu, lalu mengobati lukanya dengan minyak zaitun dan anggur dan membalut luka-luka itu. Sesudah itu dia menaikkan pria itu ke atas keledainya sendiri dan membawanya ke sebuah penginapan, di mana dia merawatnya. 35 Keesokan harinya ia mengambil dua keping uang perak dan memberikannya kepada pemilik penginapan itu, sambil berkata,

'Rawatlah pria ini. Jika ada ongkos-ongkos lain, saya akan membayar Anda nanti apabila saya kembali ke mari.’ 36 Kemudian Yesus mengakhiri cerita itu dengan pertanyaan ini, “Dari ketiga orang ini yang manakah menurut pendapatmu adalah tetangga dari orang yang diserang perampok itu?” 37 Guru agama itu menjawab, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Maka kata Yesus, “Nah, pergilah dan perbuatlah hal yang sama.” Ini mudah dipahami benar? Tetapi ini bukan suatu alegori.

Tidak ada makna tersembunyi yang harus dipahami secara mistik. Para penafsir modern juga telah salah mengertinya. Setiap kali ada yang berbicara tentang kemiskinan dan realokasi kekayaan dan menaikkan pajak orang kaya untuk diserahkan kepada orang miskin, keadilan sosial dan segala bentuk sosialisme, pasti ada di suatu tempat kisah Orang Samaria yang Baik Hati itu. Ada orang yang peduli orang miskin dan mengorbankan kekayaannya demi orang lain.

Jim Wallace mengatakan kisah Orang Samaria yang Baik Hati itu adalah masalah, tampaknya itu mempromosikan bantuan jangka pendek saja tanpa membahas keadilan jangka panjang. Kita perlu menggali akar penyebab ketidakadilan yang membuat perampok itu menjarah orang lain. Kisah Orang Samaria yang Baik Hati itu tidak memberi solusi, dan ada pertanyaan bagi kita bagaimana kita dapat memelihara keadilan sosial. Dengarkanlah, kepercayaan untuk menolong orang lain itu baik, tetapi ini tidak ada hubungannya dengan cerita ini.

Tetapi saya tidak heran jika hal ini disalahpahami, karena Yesus berkata bahwa hal-hal ini hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki mata untuk melihat. Teologi pembebasan mengatakan ini tentang kebutuhan solidaritas yang menyeluruh. Sebagian besar dari kita tidak akan terjebak dalam bentuk keadilan sosial ini, mereka hanya akan mengatakan ini tentang membantu orang yang menderita. Dan tentu Allah menuntut kita untuk bersikap baik dan penuh kasih.

Namun kita perlu menyadari bahwa semua perumpamaan itu adalah kisah keselamatan. Bahkan Yesus sedang melakukan penginjilan pribadi kepada orang pria yang berdiri di depan-Nya. Semua perumpamaan adalah tentang keselamatan dalam satu bentuk atau lain. Mereka itu mendalam, teologis dan doktrinal dan mereka adalah presentasi dari kebenaran yang tersembunyi dari mereka yang tidak memiliki telinga untuk mendengar atau mata untuk melihat.

Tetapi itu dinyatakan kepada orang-orang yang beriman. Mereka adalah teka-teki jika tidak dijelaskan. Yesus dalam Perjanjian Baru menjelaskan banyak dari mereka dan bagi perumpamaan yang tidak dijelaskan secara khusus, ketika kita mulai mendengar penjelasan dari beberapa perumpamaan, kita memiliki cukup informasi untuk hal-hal yang tidak Dia jelaskan secara spesifik. Dan pada saat kita mendapatkan seluruh Kitab Suci, kita diberitahu cukup tentang keselamatan untuk menafsirkannya.

Inilah keadaan penginjilan pribadi. Hal ini seperti Yesus dan Nikodemus dalam Yohanes 3, dan sama dengan Yesus dan penguasa muda itu dalam Matius 19. Jadi marilah kita mengerti keadaannya dalam ayat 25 yang menetapkan maksud dari perumpamaan itu, “Pada suatu kesempatan seorang guru agama tampil untuk menguji Yesus. “Guru,” dia bertanya, “apakah yang harus saya lakukan untuk mewarisi hidup kekal?” Ini memberitahu kita bahwa motivasinya hanya untuk menjebak Yesus sehingga mereka bisa menuduh Dia dan membunuh Dia.

Dia tidak mencari kebenaran. Dia adalah bagian dari pemimpin-pemimpin agama dan dia adalah seorang ahli dalam Hukum Perjanjian Lama. Jadi di sini dia sedang menguji Yesus dengan harapan Dia akan gagal. Dan dia menanyakan pertanyaan yang sama yang ditanyakan oleh penguasa muda yang kaya itu kepada-Nya, dan dia menanyakan pertanyaan yang sama yang Nikodemus ada di dalam hatinya. “Guru, apakah harus saya lakukan untuk mewarisi hidup kekal?” Apakah jalan menuju ke surga?

Itu adalah pertanyaan yang tepat ditanyakan kepada orang yang tepat. Yesus sendiri adalah Hidup kekal dan Pemberi hidup. Tetapi orang ini tidak memintanya untuk mencari tahu tetapi dia memintanya untuk menjebak Yesus untuk mempermalukan Dia dan untuk menyalahkan Dia. Perhatikan apa yang Yesus katakan di ayat 26, “Apa yang tertulis di dalam Hukum Taurat? Bagaimana pendapatmu tentang itu?” Marilah kita kembali ke Perjanjian Lama, apa yang dikatakannya?

Dia adalah sarjana Kitab Suci Perjanjian Lama yang cerdas, dan dia memberikan jawaban yang tepat. Ayat 27, “Dia menjawab, “‘Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu’; dan, ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ini adalah dua firman yang merangkum seluruh Hukum Allah. Yesus berkata bahwa itu adalah penggenapan dari seluruh Hukum Taurat dan Para Nabi.

Bagian pertama dari Sepuluh Perintah itu berhubungan dengan mengasihi Allah dan bagian kedua berhubungan dengan mengasihi sesamamu manusia. Inilah penjumlahan dari itu. Semua bagian lain dari Hukum itu berkaitan dengan hubungan Anda dengan Allah atau hubungan Anda dengan orang lain. Dan apa yang perlu dilakukan oleh Perjanjian Lama? Kasih yang sempurna untuk Allah dan kasih yang sempurna untuk manusia. Kalian harus mengasihi sesamamu manusia seperti kalian mengasihi dirimu sendiri.

Ayat 28, "Jawabanmu itu benar," jawab Yesus. "Lakukan itu dan engkau akan hidup." Mengapa Yesus mengatakan itu padanya? Karena ada masalah lain di sini, bagaimana orang ini memandang dirinya sendiri? Tidak ada kabar baik kecuali orang itu menerima kabar buruk. Tetapi pria ini tidak mau tahu evaluasi kondisinya yang sebenarnya. Ini jelas dalam ayat 29, “Tetapi guru agama itu ingin membenarkan diri, maka ia bertanya kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia itu?”

Dia sangat merasa benar diri, begitu membenarkan diri sendiri sehingga dia tidak memikirkan bagaimana dia mengasihi Allah atau bagaimana dia mengasihi manusia, yang dia pikirkan hanyalah mungkin Yesus memiliki definisi yang berbeda tentang sesama itu. Dia tidak menyadari kondisinya yang sebenarnya. Dia memusuhi gagasan bahwa dia tidak benar, bahwa dia tidak dibenarkan, bahwa dia belum memiliki hidup kekal. Dia pikir dia mengasihi Allah dan dia mengasihi sesamanya.

Dalam Matius 5:43 Yesus berkata. “Kalian telah mendengar hukum seperti ini, ‘Kasihilah sesamamu’ dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata, kasihilah musuhmu!” Jadi musuh tidak dimasukkan sebagai tetangga oleh para rabi. Perjanjian Lama sebenarnya mengatakan, “kasihilah orang asingmu di tengah-tengahmu.” Tetapi orang-orang Yahudi tidak mengasihi musuh mereka, mereka tidak mengasihi orang asing, dan mereka tidak mengasihi semua orang Yahudi, hanya orang-orang di dalam kelompok elit mereka.

Mereka membenarkan diri menurut Mazmur 139:21-22, “Ya Tuhan, bukankah aku harus membenci orang yang membenci Engkau? Bukankah seharusnya aku membenci mereka yang menentangmu? 22 Ya, aku membenci mereka dengan kebencian total, karena musuhmu adalah musuhku.” Jadi mereka mengubah kebencian terhadap musuh-musuh Allah menjadi suatu kebajikan di mana mereka membenarkan diri mereka sendiri untuk membenci orang-orang dalam masyarakat mereka sendiri. Dalam Keluaran 23 mereka diperlukan untuk berbelas kasihan pada seekor lembu jika lembu itu jatuh ke dalam parit.

Tetapi mereka memperlakukan orang lebih buruk dari itu. Mereka tidak dianggap sebagai sesama. Jadi itulah sebabnya guru agama itu berkata dengan mengejek, 'Siapakah sesamaku?' Dia berkata kepada Yesus, berilah saya definisi tentang tetangga itu. Artinya dalam benaknya sendiri ia telah melewati syarat mengasihi Allah dengan sempurna dan mengasihi sesamanya. Ini adalah pria yang tidak mau tahu kondisi sebenarnya.

Dia pikir dia mengasihi Allah dengan sempurna seperti yang Allah minta dari dia dan bahwa dia mengasihi orang-orang seperti seharusnya dia mengasihi, saya baik-baik saja dengan Allah dan saya baik-baik saja dengan orang-orang, saya baik-baik saja dengan membenarkan dirinya sendiri. Inilah orang yang terhilang. Inilah salah satu dari banyak orang religius yang Yesus temui dalam hidup-Nya yang berpikir bahwa mereka dapat memperoleh hidup kekal melalui kebajikan mereka, melalui moralitas mereka, oleh agama mereka, dan dengan hubungan emosional mereka dengan Allah.

Tetapi Yesus bertindak dalam belas kasih penginjilan dengan orang ini dan Dia memberikan kepada orang ini satu wawasan yang lebih kuat. Tujuan dari cerita ini adalah untuk menghancurkan kebenaran diri orang ini. Ini benar-benar peringatan untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia binasa. Kisah itu ada untuk menghancurkan harga dirinya, untuk menghancurkan spiritualitas palsunya. Kalian mungkin merasa benar diri ketika mendengar tentang Imam dan orang Lewi di seberang jalan itu.

Tetapi dalam mengutuk mereka, kalian mengutuk dirimu sendiri. Dan aku mengutuk diriku sendiri. Karena itulah cara kita berperilaku kebanyakan waktu. Di permukaan, ini tampaknya seperti cerita sederhana tentang kebaikan, tetapi itu sama sekali bukan cerita sederhana. Jadi marilah kita lihat, Yesus sedang menjawab seorang pria yang membenarkan dirinya sendiri. Sekarang apa yang akan Anda lakukan jika Anda ingin menginjili dia, dan Anda mau memberinya pesan Injil itu.

Mereka merasa benar diri karena mereka religius, mereka pergi ke gereja, mereka dibaptis, mereka mengasihi Allah, dan mereka tahu tentang Yesus, mereka melakukan pekerjaan keagamaan, dll. Bagaimana caranya mendekati mereka? Bagaimana Anda dapat menerobos? Hal yang populer saat ini adalah menyebutkan Sepuluh Perintah dan mengatakan apakah Anda melanggar perintah ini dan melanggar perintah itu. Yesus tidak melakukan itu.

Dia memiliki pendekatan yang jauh lebih menghancurkan daripada sekadar mengisolasi beberapa perintah. Bagaimana saya membuat orang ini menyadari bahwa dia tersesat? Itulah intinya. Bagaimana saya bisa membuatnya sadar bahwa dia tersesat sebelum saya menyelamatkannya? Ayat 30, “Seorang pria Yahudi sedang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, dan dia diserang oleh perampok. Mereka menanggalkan pakaiannya, memukulinya, dan meninggalkannya setengah mati di pinggir jalan.”

Yesus mengarang sebuah cerita sederhana. Yerusalem adalah sekitar 3000 kaki di atas permukaan laut dan Yerikho adalah 1000 kaki di bawah permukaan laut. Dan sejauh 17 mil ada jalan menakutkan yang sangat berkelok-kelok di antara kedua kota itu, dipenuhi dengan batu besar dan itu adalah tempat persembunyian yang baik bagi para perampok. Inilah tempat dimana ada banyak kekerasan dan pertumpahan darah. Entah dari mana perampok itu menyerang dan memukulinya dan mengambil semua yang dia miliki termasuk pakaian luarnya.

Ayat 31, “Secara kebetulan seorang imam datang. Tetapi ketika dia melihat pria itu terbaring di sana, dia menyeberang ke seberang jalan dan melewatinya.” Mula-mula guru hukum itu mendengar seorang imam datang, yang kedengarannya baik. Itu memberi sedikit harapan kepada pendengarnya, bagaimanapun juga seorang imam adalah seseorang yang tahu Perjanjian Lama, tahu bahwa dia harus menunjukkan kebaikan, tahu bahwa dia harus melayani orang asing.

Imamat 19:34 mengatakan, “Perlakukan orang asing seperti orang Israel asli, dan kasihilah mereka seperti kalian mengasihi dirimu sendiri. Ingatlah bahwa kalian dulunya adalah orang asing yang tinggal di tanah Mesir.” Mazmur 37:21 mengatakan, "Orang fasik meminjam dan tidak pernah membayar kembali, tetapi orang saleh adalah pemberi yang murah hati." Dan Mikha 6:6, 8 berkata, “Apa yang dapat kami bawa kepada Tuhan? 8 lakukanlah apa yang benar, mengasihi belas kasihan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu.”

Beberapa komentator mengatakan, dia tidak menyeberang jalan karena dia tidak ingin menyentuh mayat dan menjadi najis. Ada yang mengatakan dia tidak ingin menyeberang karena dia akan menjadi najis dan dia harus kembali ke bait suci nanti. Ada yang bilang, dia tidak mau terlalu dekat karena mungkin masih ada beberapa perampok. Ada yang mengatakan dia tidak pergi ke sana karena orang itu dipukuli karena itulah penghakiman dari Allah yang harus dibiarkan saja.

Seorang imam pasti tahu itu. Tetapi imam itu lewat di seberang jalan dan sama sekali mengabaikan pria yang jatuh ini. Dia menghindarinya. Jadi imam ini tidak mengasihi pria itu sama sekali. Dan kasihnya nol untuk Allah, karena jika dia mengasihi Allah dia akan menuruti apa yang Allah inginkan dengan mengasihi orang asing dan mengasihi sesamanya. Imam ini adalah seorang imam khas dalam sistem Yahudi yang membenarkan diri dan hanya terlihat benar dari luar.

Coba pikirkan, pria itu tidak memiliki pemikiran seperti itu karena dia tidak ada. Ini adalah sebuah perumpamaan, sebuah cerita. Intinya sederhana, Kita mengharapkan seorang imam yang mewakili Allah dan juga mewakili orang-orang kepada Allah untuk cukup mengasihi Allah untuk melakukan apa yang Allah katakan. Dia tidak mengasihi Allah dan dia tidak mengasihi orang lain. Dia merupakan representasi dari sistem kepercayaan orang Yahudi yang merasa benar diri itu. Ini adalah sikap kebencian umum terhadap orang lain.

Ayat 32, “Seorang Lewi berjalan dan melihat dia berbaring di sana, tetapi dia juga lewat di seberang.” Dari suku Lewi, anak Yakub, tetapi bukan dari keluarga Harun, jadi bukan dari keluarga imam, tetapi tetap mereka membantu di bait suci. Mereka bekerja pada liturgi, mengawasi bait suci dan mereka mengurus kebutuhan di bait suci. Ini adalah pria religius yang terhubung dengan imamat.

Kita berharap dia mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya, tetapi dia tidak mengasihi keduanya. Jika dia mengasihi Allah, dia akan melakukan apa yang Allah kasihi, dan itu adalah mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri dan dia akan merawat orang yang terluka ini. Jadi dia tidak mengasihi Allah atau sesamanya. Jadi kita melihat beberapa orang yang tidak memiliki hidup kekal. Apakah ada yang mau melakukan yang benar? Apakah ada yang akan menunjukkan kasih?

Ayat 33, “Lalu datanglah seorang Samaria yang hina, dan ketika dia melihat orang itu, dia merasa kasihan kepadanya.” Ini mengejutkan, Yesus baru saja mendakwa pendirian Yahudi dalam cerita ini. Dan sekarang Dia memperkenalkan orang yang dibenci, seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan dan menemuinya. Keberadaan orang Samaria itu dipandang sebagai kejahatan karena mereka menikah dengan orang-orang non-Yahudi ketika kerajaan utara diduduki.

Mereka jahat karena mereka mencoba mengganggu pembangunan kembali Yerusalem dan Bait Suci ketika mereka kembali dari pembuangan. Mereka begitu jahat sehingga orang-orang Yahudi pada tahun 128 SM menyerang dan menghancurkan bait suci mereka. Jika Anda ingin memanggil seseorang dengan nama yang sangat buruk, Anda memanggilnya orang Samaria. Yohanes 8:48 mengatakan, “Orang-orang Yahudi berkata kepada Yesus, “Engkau setan Samaria! Bukankah selama ini kami mengatakan bahwa engkau kerasukan setan?”

Orang Samaria itu tidak memiliki akses ke bait suci, tidak ada akses untuk beribadah, tidak ada akses untuk berkorban, tidak ada akses kepada Allah. Dan di sini dalam cerita ini dia melakukan hal yang benar. Apakah maknanya? Dua pria yang mewakili pendirian Yahudi yang mengira mereka mengasihi Allah dan mengasihi orang lain seperti diri mereka sendiri, sama sekali tidak memiliki kasih. Sistem agama itu bangkrut dan orang-orang yang membenarkan diri itu hanya berbohong dan tersesat.

Ayat 34-35, “Ketika orang Samaria itu menghampiri dia, dia mengobati lukanya dengan minyak zaitun dan anggur, lalu membalutnya. Kemudian dia menempatkan pria itu ke atas keledainya sendiri dan membawanya ke sebuah penginapan, di mana dia merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, sambil berkata, 'Rawatlah orang ini. Jika tagihannya lebih tinggi dari ini, saya akan membayar Anda lain kali saya di sini.’

Tetapi satu orang yang terbuang ini, menunjukkan kualitas mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. Dia menjadi pusat perhatian dalam cerita ini dan ini mengejutkan para pendengar. Karena apa yang dilakukan orang Samaria ini begitu banyak. Ini adalah perawatan yang luar biasa untuk seseorang yang dia tidak kenal. Dia lebih dari sekadar membantu. Dia tinggal bersamanya sepanjang malam dan kemudian memberi pemilik penginapan itu hari berikutnya 2 dinar.

Tidak lama setelah itu ada papan tanda yang ditemukan dari sebuah penginapan di daerah yang sama, dan biayanya 1/32 dinar untuk menginap satu malam. Jadi untuk 2 dinar orang yang terluka ini bisa tinggal selama dua bulan. Intinya adalah bahwa ini adalah kasih yang luar biasa. Inilah perhatian terbesar yang dapat diberikan. Dan jika itu tidak cukup dia berkata kepada pemilik penginapan, rawatlah dia dan berapa pun lagi yang kau perlukan ketika aku kembali, aku akan membayarmu kembali.

Nah itu adalah formula untuk pemerasan. Apakah akan terjadi ketika Anda memberi tahu pemilik penginapan untuk membelanjakan apa pun yang ingin Anda belanjakan dan ketika saya kembali, saya akan membayar Anda untuk apa pun yang Anda belanjakan? Ini adalah kasih yang luar biasa. Dan itulah makna dari cerita ini. Ini adalah kemurahan hati yang luar biasa bagi orang asing, kepada orang yang adalah musuhnya, yang membencinya. Yesus mengatakan inilah yang dimaksud dengan mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.

Pernahkah Anda melakukan itu untuk orang lain? Apakah Anda melakukan itu untuk semua orang lain dalam kondisi itu? Orang yang berpikir bahwa memberi uang kepada orang miskin adalah sama dengan mereka melakukan keadilan sosial dan memenuhi prinsip dalam cerita ini, mereka harus benar-benar melihat cerita ini lagi, karena mereka akan dikutuk olehnya. Jika Anda berpikir bahwa mengirim uang ke suatu tempat adalah apa yang dikatakan cerita ini, Anda salah mengerti.

Siapakah yang melakukan ini? Ada orang yang melakukan ini sekali. Nah itu tidak cukup. Sepuluh kali pun tidak cukup. Jika Anda ingin hidup kekal, Anda perlu mengasihi Allah Anda dengan segenap jiwa, pikiran dan kekuatan Anda sepanjang waktu dan mengasihi sesama Anda seperti diri Anda sendiri sepanjang waktu. Siapakah yang dapat melakukan itu? Tidak ada satu orangpun! Tidak kamu, dan tidak aku. Memberitahu pemilik penginapan untuk melakukan apa yang diperlukan adalah kasih tanpa batas. Itulah intinya.

Inilah kasih yang dilakukan orang Samaria untuk dirinya sendiri. Jadi Orang Samaria yang Baik Hati itu mengasihi orang itu seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Bisakah kita melakukan itu sepanjang waktu? Apakah ini pola hidup Anda yang konstan? Orang-orang yang melakukan pekerjaan keadilan sosial dan berpikir bahwa mereka memenuhi persyaratan ini, perlu melihat ini lagi. Karena jika Anda tidak mengasihi Allah dengan sempurna dan mengasihi sesamamu manusia dengan sempurna sepanjang waktu, Anda tidak akan masuk surga, jika Anda datang melalui Hukum.

Jadi Yesus bertanya dalam ayat 36, “Nah, yang manakah dari ketiga orang ini yang akan kamu katakan adalah tetangga dari orang yang diserang oleh perampok?” Nah Tuhan baru saja mengubah pertanyaannya. Ayat 29 bertanya, siapakah sesamaku? Ini bukan tentang siapakah sesamamu, ini tentang, apakah Anda bersikap seperti sesamamu manusia? Ini bukan tentang siapa yang memenuhi syarat sebagai sesamamu? Ini mengenai apakah Anda seseorang yang mengasihi tanpa syarat.

Tunjukkanlah kasih yang tidak mengenal kualifikasi. Lakukan itu untuk semua orang di jalan Anda, sepanjang waktu di manapun ada kebutuhan. Kasihlah mewah, kasihilah dengan penuh pengorbanan, kasihilah dengan murah hati, kasihilah secara lembut, kasihilah tanpa batas, kasihilah secara ramah, kasihilah selama itu dibutuhkan, untuk setiap orang, setiap saat, bahkan jika orang itu adalah musuh Anda. Siapa yang mengasihi seperti itu? Guru Hukum itu menjawab, pria yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.

Dan kemudian Yesus berkata kepadanya lakukanlah hal yang sama. Anda pergi mengasihi seperti itu dan Anda akan memiliki hidup kekal. Apa yang seharusnya menjadi tanggapannya? Dia seharusnya mengatakan, saya tidak pernah mengasihi orang seperti itu. Saya tidak pernah mengasihi orang Farisi lain seperti itu. Aku hanya mengasihi diriku seperti itu. Keyakinan itu diletakkan pada orang itu dan kemudian tidak ada jawaban. Anda tahu tidak ada yang bisa Anda lakukan jika mereka tidak mau menerima kabar buruk tentang kondisi mereka.

Kita semua harus mengaku bahwa kita tidak sanggup mengasihi seperti itu. Kita butuh belas kasihan dan pengampunan dosa, kita membutuhkan anugerah, dan itulah sebabnya dikatakan dalam Roma 3 bahwa tidak ada manusia yang dibenarkan oleh Hukum. Kita hanya dibenarkan oleh iman kepada Yesus Kristus, yang adalah pendamaian bagi dosa-dosa kita, dan melalui pengorbanan-Nya telah membayar lunas hutang kita kepada Allah. Sehingga Dia bisa adil dan menyatakan kita benar. Ini semuanya tentang keselamatan seseorang! Amin?
JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content