Doa Bapa Kami - Persekutuan Indonesia Riverside

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content
Pemahaman Alkitab 2021
Doa Bapa Kami
Matius 6:9-15, “Karena itu berdoalah demikian, “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu. 10 Kerajaan-Mu datanglah. Kehendak-Mu jadilah di bumi seperti yang terjadi di surga. 11 Berilah pada hari ini makanan yang kami perlukan. 12 Dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. 13 Dan janganlah membiarkan kami dicobai, tetapi bebaskanlah kami dari kuasa si jahat. Karena Engkaulah memiliki kerajaan, kuasa dan kemuliaan untuk selama-lamanya. Amin."

14 “Karena jika kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga juga akan mengampuni kamu. 15 Tetapi jika kamu tidak mengampuni kesalahan orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Ada dua aktivitas spiritual yang menjadi bagian dari kehidupan orang percaya, dua tiang besar yang menopang sorang percaya itu dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satunya adalah mempelajari Firman Tuhan. Nomor dua adalah berdoa.

Doa adalah cara kita berbicara kepada Allah. Mempelajari Firman itu adalah Allah berbicara kepada kita. Kedua hal tersebut merupakan pembicaraan gabungan di antara manusia dan Allah. Jadi Alkitab mengatakan bahwa kita harus terlibat dalam keduanya, terus-menerus, setiap hari, mempelajari Firman Allah; terus-menerus, setiap hari menanggapi dalam persekutuan dengan Allah. Hukum Allah itu harus menjadi bahan pikiran dan percakapan sepanjang waktu.

Nah kita telah berbicara banyak tentang mempelajari Firman Allah. Tetapi sekarang kita akan fokus pada doa. Doa, adalah salah satu dari dua hal yang konstan dalam kehidupan orang percaya. George Mueller, seorang penginjil Jerman terkenal, ditanya berapa banyak waktu ia habiskan untuk berdoa. Dia menjawab, “Saya hidup dalam semangat doa. Saya berdoa saat saya berjalan, ketika saya berbaring, dan ketika saya bangun. Jawabannya selalu datang.” Itulah cara hidupnya.

Tuhan kita tahu bahwa doa harus menjadi cara hidup. Tuhan kita di sini berhenti di tengah-tengah khotbah-Nya di Khotbah di Bukit, yang secara khusus membandingkan standar palsu agama orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan standar Allah yang benar, dan Dia memasukkan kata-kata instruksi kepada semua orang yang menyebut nama-Nya, supaya mereka tahu bagaimana mereka harus berdoa.

Jadi kita perlu memahami bagaimana caranya berdoa. Sebenarnya, inilah teladan doa yang sama yang dia berikan di sini juga diberikan dalam Lukas sebagai jawaban atas pertanyaan, “Tuhan, ajarkan kami untuk berdoa.” Jadi Tuhan kita mengajarkan kita untuk berdoa. Yesus tidak memberi tahu kita tentang waktu tertentu, tempat tertentu atau sikap badan tertentu. Doa adalah persekutuan terbuka dengan Allah yang berlangsung setiap saat. Jadi itulah yang Yesus ajarkan kepada kita di sini.

Ini adalah model untuk semua doa. Bagi banyak orang, doa ini hanyalah sesuatu yang telah mereka katakan berulangkali, dan dengan membatasinya pada itu, Anda kehilangan seluruh tujuannya karena itu jauh lebih dari itu. Orang percaya harus belajar bagaimana berdoa untuk mengalami persekutuan penuh dengan Allah, untuk membuka pintu berkat surga, dan untuk mengalami kepenuhan berkat dari Allah.

Dan ketika kita mempelajari Firman Allah, kita juga menemukan kondisi sebenarnya dari hati kita sendiri, dan kehidupan rohani kita, dan itu mendorong kita ke dalam doa pribadi, di mana kita membuka hati kita kepada Allah. Oleh karena itu, belajar Firman Tuhanlah yang melahirkan kehidupan doa yang bermakna. Bukan pentingnya seberapa lama doa Anda, tetapi apakah doa Anda menyentuh hal-hal vital dan penting.

Salah satu cara untuk melihat doa ini mengungkapkan hubungan yang kita miliki dengan Allah, dikatakan, “Bapa kami.” Itu berarti bahwa kita memiliki hubungan bapa-anak dengan Allah. Dikatakan, “Dikuduskanlah nama-Mu.” Kita memiliki hubungan penyembah dengan Allah. Dikatakan, "Kerajaan-Mu datanglah." Kita memiliki hubungan subjek dengan Allah. Dikatakan, "Jadilah kehendak-Mu." Kita memiliki hubungan hamba dengan Allah.

Dikatakan, “berilah hari ini makanan yang kami perlukan.” Kita memiliki hubungan penerima manfaat dengan Allah. Dikatakan, "ampunilah kami dari kesalahan kami." Kita memiliki hubungan penyelamat-pendosa dengan Allah. Dikatakan, “jangan membiarkan kami dicobai.” Kita memiliki panduan dan hubungan peziarah dengan Allah. Kita dapat mempelajari doa ini dengan cara itu. Coba saya melihatnya dengan cara lain. Ini mendefinisikan semangat yang kita harus miliki untuk berdoa.

Apakah yang harus menjadi sikap kita saat kita berdoa? Pertama-tama, itu mengatakan, "kami." Itu adalah semangat yang tidak mementingkan diri. Kemudian dikatakan, “Bapa,” itu adalah semangat keluarga. Kemudian dikatakan, “dikuduskanlah nama-Mu,” itu roh yang hormat. "Kerajaan-Mu datanglah," itu roh yang setia. "Kehendak-Mu jadilah," itu semangat tunduk. “Berilah hari ini makanan yang kami perlukan,” itu roh yang bergantung. “Ampunilah kesalahan kami,” itu roh yang bertobat. “Janganlah membiarkan kami dicobai,” itu semangat yang rendah hati.

Nah, kita tahu bahwa dorongan utama dari doa ini adalah bahwa doa itu berfokus pada kemuliaan Allah, dan itu tepat, karena itulah yang harus dilakukan oleh semua doa. Doa bukan berusaha untuk membuat Allah setuju dengan saya. Doa tidak mencoba untuk menyelaraskan Allah dengan apa yang saya butuhkan. Doa adalah diri saya menegaskan kedaulatan dan keagungan Allah, dan mengambil kehendak saya dan membuatnya tunduk pada kehendak-Nya. Itulah doa yang benar.

Yunus berada di dalam perut ikan besar, dalam ketakutan dan kesengsaraan. Di sana Yunus mulai berdoa, dan kita pikir bahwa dia akan membuang semua hal lain dan hanya berkata, “Tuhan, keluarkanlah saya dari sini,” Tetapi Yunus mulai dengan pujian dan penyembahan yang luar biasa, karena tidak seorang pun dapat benar-benar memohon sesuatu kepada Allah kecuali dia menegaskan bahwa Allah memiliki hak berdaulat untuk mengatakan iya atau tidak.

Dalam Daniel 9 dia berada di jurang bencana sepanjang waktu karena tempat dia berada ada di tengah-tengah masyarakat Babilonia kafir. Di tengah situasi yang mengerikan dia mengucapkan doanya, dan seluruh doa terbuka, hampir mengabaikan situasi itu dengan penegasan keagungan, dan kemuliaan, dan martabat, dan kekudusan, dan karakter Allah yang berdaulat.

Dalam Yeremia 32, Yeremia memakai sebagian besar waktunya dengan tangisan karena dia patah hati atas umatnya, tetapi doanya tidak lain adalah pembacaan keagungan Allah. Mengapa doa ini dimulai dengan, “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu.” Dan mengapa itu berakhir “karena Engkau memiliki kerajaan dan kuasa dan kemuliaan untuk selama-lamanya”? Karena Allah adalah fokus dari semua doa.

Nah lihatlah tema Doa Bapa Kami. Setiap pernyataan dalam doa ini berfokus pada Allah. “Bapa kami yang di surga”, itulah Allah Bapa kami. “Dikuduskanlah nama-Mu,” itulah prioritas Allah. “Datanglah Kerajaan-Mu,” itulah program Allah. “Jadilah kehendak-Mu,” itulah tujuan Allah. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,” itulah ketentuan Allah. “Dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” itulah pengampunan Allah.

“Dan janganlah membiarkan kami dicobai, tetapi bebaskanlah kami dari si jahat,” itulah perlindungan Allah. “Karena Engkau memiliki kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan untuk selama-lamanya, amin,” itulah keunggulan Allah. Setiap fase berbicara tentang Allah. Doa, kemudian, adalah menempatkan Allah di tempat-Nya yang tak terbatas dan agung. Marilah kita lihat yang pertama: peran Tuhan sebagai Bapa kita. “Bapa kami yang ada di surga.” Doa itu dimulai dengan pengakuan bahwa Allah adalah Bapa kita.

Allah adalah bapa kita. Sekarang kata “kita” mengacu kepada orang-orang yang percaya. Kaum liberal, selama bertahun-tahun, telah mengajarkan kebapaan universal dari Allah. Kita semua adalah anak-anak Tuhan, dan kita semua bersaudara. Yah, itu benar hanya dalam arti penciptaan. Yesus berkata dalam Yohanes 8:44 kepada para pemimpin Yahudi, “Kalian berasal dari bapamu si Iblis.” Dalam 1 Yohanes 3, Yohanes dengan jelas mencirikan dua keluarga: Anak-anak Allah, dan anak-anak iblis.

Paulus membuat perbedaan yang jelas di antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan. Yesus menjelaskan hal itu. Petrus berkata dalam 2 Petrus 1:4 bahwa hanya mereka yang percaya yang telah dijadikan "pengambil bagian dalam sifat ilahi." Hanya mereka yang telah dilahirkan kembali yang telah dilahirkan ke dalam keluarga Allah. Yohanes 1:12 mengatakan, hanya “semua orang yang menerima Dia” berhak disebut “anak-anak Allah.”

Namun sisi positifnya adalah, “Bapa Kami” adalah penegasan keintiman dengan Allah yang luar biasa. Sampai Yesus datang, manusia tidak memahami keintiman Allah. Itu diilustrasikan secara grafis ketika Filipus berkata kepada Yesus, “Tunjukkanlah kepada kami Bapa,” dan Yesus berkata, “Sudah begitu lama dengan Aku, Filipus, Anda tidak tahu bahwa saat Anda telah melihat Aku, Anda telah melihat Bapa? ” Yesus menjelaskan keintiman itu.

Seiring berjalannya waktu, pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi telah kehilangan konsep Bapa itu tentang Allah. Allah tidak bergerak, tetapi mereka bergerak. Mereka menjauhkan diri dari agama yang benar, saat mereka menjauhkan diri dari ibadat sejati, dan mereka merubahkan sistem agama mereka untuk menoleransi keberdosaan, mereka memisahkan diri dari pemeliharaan kasih Allah. Mereka telah kehilangan rasa kebapaan Allah, bahkan secara nasional yang mereka kenal di masa lalu.

Dalam konsep bapa, kita melihat kedekatan Allah. Dalam Mazmur 68, Dia adalah bapa bagi anak yatim. Allah sebagai Bapa juga menunjukkan kasih anugerah-Nya. Seorang bapa itu pemaaf, seorang bapa berhati lembut, seorang bapa itu penyayang. Dan kebapaan Allah ditunjukkan dalam cara-Nya memberi petunjuk. Seorang bapa membimbing anak-anaknya dan memberi mereka kebijaksanaan dan instruksi. Dan karena Allah adalah Bapa kita, kita dituntut untuk menaati-Nya.

Yesus mengulangi hal ini dalam Matius 7:7-11, “Mintalah, maka itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan Anda akan menemukannya; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8 Karena setiap orang yang meminta akan menerima, dan setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetok, itu akan dibukakan pintu. 9 Atau siapa di antara kalian, jika anaknya minta roti, yang akan memberinya batu? 10 Atau jika dia minta ikan, apakah dia akan memberinya ular?”

“11 Jika kalian, sebagai orang jahat, tahu bagaimana memberikan pemberian yang baik kepada anak-anakmu, terlebih lagi Bapamu yang di surga akan memberikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya!” Kita kembali diperkenalkan pada fakta bahwa Allah adalah Bapa yang pemurah, peduli, penuh kasih, menopang, sama seperti seorang ayah di dunia yang mengurus kebutuhan anak-anaknya. Yesus memasukkan ke dalamnya sesuatu yang kaya, sesuatu yang istimewa, sesuatu yang intim.

Ketika Yesus berdoa Dia selalu menggunakan kata “Bapa;” selama lebih dari 70 kali, Abba adalah istilah yang akrab. Abba adalah istilah kesayangan yang digunakan oleh seorang anak kecil untuk bapanya. Dalam Roma 8:15 dan Galatia 4:6, Alkitab mengatakan bahwa kita dapat berseru, “Abba, Bapa.” Apakah artinya bahwa Allah adalah Bapa kita? Nomor satu, itu berarti ketakutan itu berakhir. Anda tidak perlu takut pada hal apa saja. Dia adalah bapamu yang mahakuasa melalui Kristus.

Kedua, Allah sebagai Bapa memberikan kita harapan. Anda tahu, dunia ini musuh kita. Ada hukum di dunia ini bahwa ketika Anda melanggar hukum itu, Anda melakukannya dengan risiko besar. Anda berdosa, dan konsekuensinya datang, dan “upah dosa adalah maut.” Tidak heran Voltaire mengatakan bahwa hidup adalah lelucon buruk. Tidak heran dia mengatakan manusia itu bodoh, yang tenggelam di lautan lumpur. Karena dia tidak memiliki bapa yang mengasihi.

Ketiga, itu membuat kita tidak pernah sendirian. Jika Allah adalah seorang Bapa, maka itu adalah sesuatu yang perlu diketahui oleh orang yang tersendiri, benar? Hati itu tahu kepahitan, kehilangan harga diri, ketidaklayakan dan keputusasaan diri. Kita semua pernah menderita mengasihani diri sendiri. Kita sangat membutuhkan rasa hormat. Di mana kita akan mendapatkan itu? Apakah ada orang yang mengenal kita apa adanya dan tetap mengasihi kita? Allah sanggup. Dia adalah Bapa kita.

Keempat, “Bapa Kami” menghilangkan keegoisan. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa doa adalah sesuatu yang tidak mementingkan diri sendiri. Itu merangkul komunitas iman, selalu. Faktanya, tidak ada kata ganti orang tunggal dalam seluruh doa ini. Berdoa dengan tangan Anda sambil merangkul orang lain. Efesus 6:18 mengatakan, “Berdoa selalu dengan segala doa dan permohonan untuk semua orang kudus.” Berdoalah untuk semua orang.

Kelima, Allah sebagai Bapa menyediakan sumber daya yang diperlukan, karena dikatakan, “Bapa kami yang di surga.” Ketika Anda pergi ke bapa Anda untuk mendapatkan sumber daya, Anda pergi karena Dia memiliki semua wewenang supernatural yang tersedia untuk-Nya. Semua surga itu, semua artinya dalam Efesus untuk “diberkati di surga dengan segala berkat rohani” tersedia di dalam Dia. Dia adalah Bapa yang penuh kasih yang memiliki semua sumber daya surga.

Jika Allah ada di surga, maka doa perlu menjadi bagian dari hati dan bukan bibir, karena tidak ada suara fisik di bumi yang dapat menyentuh langit. Jika kita berdoa kepada Allah di surga, maka iman harus memberi sayap kepada permohonan kita. Anda ingin kepuasan? Allah sanggup memberikannya. Jika Anda ingin ada keadilan? Allah memilikinya di surga. Dia memiliki kedamaian, persekutuan, pengetahuan, kemenangan, dan keberanian, semua yang Anda butuhkan ada di sana.

Keenam, Allah sebagai Bapa memberi Anda ketaatan. Itu sangat penting sehingga dalam Perjanjian Lama, Allah berkata jika Anda menemukan anak yang tidak patuh, lemparlah dia dengan batu, karena Aku ingin dunia tahu bahwa kalian harus mematuhi bapa Anda. Karena itulah cerminan bagaimana kalian harus menanggapi Allah Bapa kalian. Anak-anakku harus mematuhi saya, dan saya adalah bapa duniawi yang tidak layak. Kita harus menaati Dia, karena Dia adalah Bapa yang jauh lebih berharga.

Inti dari kebapaan Allah berarti pada fakta bahwa kita harus taat. Yesus menaati Allah Bapa. Dia berkata, “Aku datang bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, tetapi kehendak Dia yang mengutus Aku.” Dia berkata, “Misi Aku adalah untuk melakukan kehendak Bapa. Meskipun demikian, bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah.” Jika Dia dapat menempatkan diri-Nya sendiri untuk tunduk dalam kesempurnaan, tentu saja kita dapat tunduk dalam ketidaksempurnaan kita.

Akhirnya, Allah Bapa kita memiliki hikmat yang tak tertandingi. Jika Allah adalah Bapa, maka Dia jauh lebih bijaksana daripada kita. Bapa kita sangat bijaksana, dan kita segera kembali ke tempat kita mulai, tunduk pada kehendak-Nya, karena itulah yang terbaik. Jadi untuk mulai doa, “Bapa kami yang ada di surga,” adalah untuk menunjukkan keinginan saya untuk datang sebagai seseorang yang dikasihi kepada Allah Bapa yang mengasihi, untuk menerima semua yang mungkin dapat diberikan oleh kasih-Nya kepada saya. Marilah kita doakan itu bersama.
JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content