Siapakah pembunuh?

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Siapakah pembunuh?

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2011 · 27 February 2011

Yesus mulai dengan memberikan kita standar kebenaran di Matius 5:17-20; Dia mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapkan Hukum Taurat Musa dan satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan, sebelum semuanya terjadi. Dengan kata lain Yesus memberikan kita teladan kebenaran yang diperlukan untuk masuk ke Kerajaan Surga. Dan Dia satu-satunya orang yang sanggup melakukan itu.

Orang Farisi dan Ahli Taurat, orang yang paling religius di Israel, memakai tradisi rabi untuk merendahkan standar kebenaran Hukum Taurat sehingga mereka dapat memenuhinya. Dan mereka melakukan itu dengan mementingkan hal-hal eksternal, apa yang Anda dapat lakukan, tanpa melihat hati kita dan motivasi kita.

Dan justru itu dimana mereka diserang Yesus. Lihatlah lagi ayat 20, Dia mengatakan bahwa persyaratan Allah tidak boleh dikurangi sedikitpun, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup kebenaranmu tidak lebih benar dari pada hidup kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Tidak membunuh itu tidak cukup. Dia mulai dari ayat 21 sampai ke ayat 48 dengan memberikan kita enam ilustrasi bagaimana kebenaran kita harus melebihi kebenaran ahli Taurat dan orang Farisi. Dan kita mulai malam ini dengan ilustrasi pertama saja. Mereka sudah meyakinkan diri mereka itu kudus karena mereka tidak membunuh. Yesus mengatakan mereka sama sekali salah. Marilah kita mendengar apa yang Dia katakan.

Matius 5:21-23, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya patut dihukum; siapa yang menghina saudaranya harus dihadapkan ke pengadilan dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau.”

Matius 5:24-26, “tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

Orang Yahudi pada waktu Yesus bergantung seluruhnya kepada tradisi. Karena Perjanjian Lama itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan mereka tidak lagi bisa berbahasa Ibrani. Sejak pembuangan di Babel mereka berbicara bahasa Aram. Dan ketika mereka kembali dari penawanan, ahli-ahli Taurat tidak menterjemahkan Alkitab dalam bahasa mereka sendiri, sehingga mereka membiarkan orang dalam ketidaktahuan.

Jadi orang rabi menjelaskan apa yang mereka pikir artinya, dan itu memberikan mereka kekuatan luar biasa karena masyarakat tidak bisa memverifikasi apakah itu benar atau tidak. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa ajaran mereka itu palsu karena orang-orang hanya diberikan pengetuan sebagian saja. Ajaranmu mengatakan janganlah membunuh karena Anda akan dihukum di pengadilan sipil Israel.

Tetapi bagaimana dengan karakter Allah yang suci dan bagaimana dengan standar-Nya? Nah itu malah tidak dibicarakan sama sekali. Mereka menyepelekan hal itu sebegitu banyak sehingga mereka tidak menyebut nama Allah lagi, mereka tidak memikirkan penghukuman ilahi, mereka tidak membicarakan sikap internal dan mereka tidak membicarakan hati. Mereka hanya mengatakan janganlah membunuh sebab kalau tidak pasti banyak masalah.

Mereka lupa Perjanjian Lama yang mengatakan di Mazmur 51:6 bahwa Allah menginginkan kebenaran di dalam hati kita. Perjanjian Lama juga mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatanmu. Allah yang mengenal hati orang juga akan menghakimi mereka.

Dengan kata lain bagian hukum Allah yang dihilangkan adalah bagian internal. Tidak cukup Anda tidak membunuh. Allah prihatin tentang apa yang terjadi di dalam hati. Mereka membatasi perintah-perintah Tuhan untuk pengadilan peradilan duniawi saja; mereka telah membatasi perintah Allah hanya untuk tindakan pembunuhan saja.

Disini Yesus mengajarkan mereka bahwa pembunuhan itu hanya akibat terakhir dari sikap hati yang mulai jauh sebelumnya ada tindakan pembunuhan itu. Yesus mengajarkan mereka bahwa bahkan amarah terhadap saudaramu atau menghina sesamamu manusia akan mengakibatkan penghakiman Allah.

Karena itu Yesus teruskan di ayat 22 dan mengatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu.” Disini Tuhan Yesus memberikan kita penafsiran yang benar. Yesus mengatakan ini bukan masalah pembunuhan saja, ini masalah amarah dan benci di dalam hatimu. Anda tidak bisa membenarkan diri karena Anda tidak pernah membunuh, karena jika ada benci di dalam hatimu Anda sama dengan seorang pembunuh.

Namun terkadang kita orang Kristen menjadi begitu marah dari dalam dengan seseorang, kita mencela orang, kita mungkin mengutuk orang, kita mungkin merasa kepahitan terhadap orang, kita mungkin mempertahankan dendam terhadap orang, kita memiliki perasaan pahit terhadap orang dan Tuhan Yesus mengatakan, itu semua sama dengan pembunuhan.

Yesus menyingkirkan semua tradisi rabi, dan Dia mementingkan Hukum Taurat di mana Tuhan telah dari awal meletakkan penekanan itu seperti seharusnya. Orang Farisi dan ahli Hukum Taurat melakukan apa yang menjadi keinginan semua orang; mereka merendahkan standar Allah sehingga dalam pikirannya mereka sanggup mencapainya.

Kemarahan adalah akar dari pembunuhan, dan Tuhan Yesus mengatakan kemarahan dan pembunuhan layak mendapatkan hukuman yang sama. Di ayat 22 Dia mengatakan Anda kemungkinannya dihukum; dihadapkan ke pengadilan dan mungkin diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Bahkan amarah kepada saudaramu sama dengan pembunuhan di mata Allah, jadi siapakah pembunuh? Jawabannya adalah kita semua pembunuh.

Dengarkanlah 1 Yohanes 3:15, “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.” Dan “saudara” disini maksudnya dalam hubungan sosial Anda sesuatu yang luas, yaitu semua orang di dalam hidup Anda. Ini bukan saudara seiman Anda karena orang yang mendengarkan Yesus pada waktu itu masih belum mengerti istilah itu. Jadi di mata Tuhan tidak ada perbedaan dengan membunuh seseorang.

Apakah Anda tahu bahwa kebencian membawa Anda lebih dekat kepada keinginan untuk membunuh daripada emosi lain? Dan kebencian hanyalah perpanjangan kemarahan. Dan tahukah Anda bahwa kebencian dan kemarahan juga dapat membunuh Anda, karena itu dapat menyebabkan kanker dan membunuh Anda hidup-hidup dari dalam. Yesus memakai tiga ilustrasi untuk menjelaskan dosa ini di ayat 22. Marilah kita melihatnya.

“Setiap orang yang marah terhadap saudaranya patut dihukum.” Yesus tidak berbicara tentang kemarahan yang benar di sini. Ada kalanya orang percaya memiliki hak untuk marah, malah semakin kita dewasa semakin marah kita tentang beberapa hal. Ada beberapa kecenderungan dalam masyarakat kita yang patut menyebabkan kita marah, seperti hal-hal yang meracuni anak-anak kita di internet, dosa kita sendiri, dll.

Namun disini Yesus berbicara tentang kemarahan egois, kau marah dengan saudara. Bila Anda menyimpan dendam terhadap seseorang, saat Anda memegang kepahitan terhadap seseorang, Anda sama bersalahnya dengan orang yang membunuh dan Anda layak mendapatkan penilaian yang sama. Dia mengatakan pada dasarnya bahwa orang yang marah bersalah sama dengan orang yang membunuh.

Sekarang marilah kita melihat contoh kedua yang dipakai Yesus di ayat 22, “siapa yang menghina saudaranya harus dihadapkan ke pengadilan.” Menghina orang disamakan dengan pembunuhan, ini orang yang seharusnya menerima hukuman mati yang sama. Dia mengatakan kepada orang Yahudi, standar Allah untuk kemarahan sama bagi yang menghina orang.

Dalam beberapa terjemahan Inggris ada kata Raca, yang adalah istilah yang jarang dipakai. Ini sukar diterjemahkan; ini adalah semacam istilah ejekan. Ini adalah suatu ekspresi memfitnah terhadap seseorang. Yang di katakan Yesus adalah apa yang Anda merasakan di dalam hati Anda cukup untuk membuang Anda ke neraka sama seperti apa yang Anda perbuat dari luar, mengerti?

Ada ilustrasi ketiga di ayat 22, “siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” Dalam Alkitab Ibrani seorang jahil itu seseorang yang memberontak melawan Allah. Jadi memanggil seseorang pemberontak Allah, dengan ada maksud kebencian, itu dosa. Mazmur 14:1 mengatakan, “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah."

Ini lebih buruk dari pada kata Raca itu dan ini sama dengan mengutuk orang ke neraka. Jika Anda pernah mengatakan kepada seseorang, terkutuk lu atau Allah mengutuk kamu karena Anda marah, Anda menjadi pembunuh. Ketika Yesus menyebut neraka, maksud-Nya adalah itu suatu api yang tidak pernah berhenti di tempat yang terkutuk dimana buangan manusia akan terbakar untuk selamanya.

Perkataan Yesus ada akibat kedua di ayat 23 dan 24. Pengaruhnya bukan saja dalam membenarkan diri namun juga dalam mempengaruhi penyembahan mereka kepada Tuhan. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi selalu ada di bait Allah mempersembahkan korban dan menjadi pelaku tradisi mereka. Hidup mereka penuh penyembahan, namun Tuhan Yesus malah menyalahkan penyembahan mereka itu.

Di dalam Matius 5:23-24 Dia mengatakan, “Sebab itu, jika engkau mempersembah-kan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau. 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Jika orang Yahudi berdosa, terjadi suatu pembatas antara dia dan Tuhan, hubungan mereka terganggu. Itu hanya dapat diperbaiki oleh hati yang remuk dan patah, dan orang itu harus mengakui dosanya, dan orang itu perlu mewujudkan pertobatan dan kehancuran. Dan kemudian dalam rangka mewujudkan dari luar perasaan batinnya dia membawa binatang sebagai korban.

Pengorbanan binatang itu bukan masalahnya, yang menjadi masalah adalah sikap hati kita. Allah mengatakan bahwa ketaatan hati lebih penting dari pada pengorbanan, pengorbanan hanya sesuatu simbol luar dari hati yang taat dan bertobat. Jadi saatnya ada halangan dan orang itu bertobat dan dengan hati yang tulus minta ampun untuk membenarkan lagi hubungannya dengan Tuhan, hanya pada saat itu ia membawa korban.

Dan orang itu datang dan dia memberikan binatang korban itu ke dalam tangan imam itu dan dia menaruh tangannya diatas korban itu dan tiba-tiba Yesus mengatakan kepadanya, berhentilah disini. Masih ingat Anda ada saudara yang ada sesuatu dalam hatinya terhadap engkau? Janganlah meneruskan pengorbanan itu sebelum Anda pergi berdamai dengan saudaramu dulu. Hapuskanlah dulu penghalang antara manusia dan manusia sebelum Anda menghapus penghalang antara manusia dan Allah.

Mulai di Yesaya 1:11 Allah mengatakan kepada Israel, “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. 13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi- Ku. 14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.”

Mengapa? “Tanganmu penuh dengan darah. Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:16-17) Dia mengatakan, jangan kau berani datang kepada-Ku dengan agama Anda sampai Anda telah hidup benar berhubungan dengan orang miskin dan yang tertindas dan anak yatim piatu dan para janda. Dengan kata lain layanilah saudara Anda dulu dan baru setelah itu layanilah Aku.

Karena Allah memperhatikan hal-hal internal, karena Allah memperhatikan sikap terhadap orang lain, bagaimana perasaan Anda tentang saudaramu dan bagaimana Anda berbicara dengan saudaramu dan apakah Anda mengutuk saudaramu atau tidak lebih penting dari ibadah. Namun masih ada yang lain.

Anda mungkin tahu bahwa seseorang marah pada Anda, meskipun Anda mungkin tidak merasa marah terhadap mereka, atau Anda tidak mengerti mengapa mereka merasa seperti itu, dan Anda sendiri tidak merasa marah sama sekali. Namun jika mereka merasa seperti itu sebaiknya Anda menyelesaikan hal itu. Allah tidak ingin orang marah kepada Anda karena itu menyebabkan Anda bersalah atas pembunuhan.

Jadi Yesus berkata, “jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah,” jika Anda datang untuk beribadah, “dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Dengan kata lain berdamai mendahului beribadah.

Ada kalanya kita datang ke gereja dan ada perasaan buruk terhadap orang lain dalam persekutuan kita atau tetangga, namun kita tidak melakukan apa-apa tentang hal itu. Ada sesama orang Kristen yang kita tidak senang dan sesuatu telah terjadi, dan kita membiarkan hal itu menjadi kepahitan dan Alkitab mengatakan Anda tidak menyembah kepada Allah, Dia tidak senang dalam ibadah Anda.

Mazmur 66:18 mengatakan, “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.” 1 Samuel 15:22 mengatakan, “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”

Mungkin ada orang yang marah kepada saya tanpa pengetahuan saya. Akan tetapi jika saya tahu ada seseorang yang marah kepada saya dan saya mencoba untuk memulihkan hal itu dan saya berusaha sekuat mungkin dan saya memohon pengampunan dan saya bekerja untuk membenarkannya dan mereka tetap tidak mau mengampuni saya dan tidak ada lagi sesuatu yang dapat saya lakukan, maka setelah itu saya bebas untuk menyembah Tuhan.

Dan Yesus memberikan kita contoh khusus di ayat 25 dan 26. Masalahnya disini adalah Anda beribadah dan Anda masih ada hutang. Dan yang terjadi adalah Anda benar dituntut dipengadilan tentang hutang itu. Kuncinya di ayat 25 adalah, “Segeralah berdamai dengan lawanmu.”

Dan Yesus mengatakan selesaikanlah kasus Anda diluar pengadilan jika ada kesempatan. Janganlah hal ini terus berlarut-larut sampai Anda masuk ke pengadilan, karena pasti ada orang yang akan kalah dan dilemparkan kedalam penjara dan tidak akan dapat melunaskan hutang itu.

Pokoknya janganlah kasus itu dibiarkan terlalu lama. Janganlah dibiarkan sampai Allah akan menghakimi Anda, selesaikanlah hal itu sebelumnya. Dalam analisa terakhir Dia mengatakan Tuhan sajalah hakim tulen, dan neraka adalah hukuman yang benar ada. Dan jika Anda tidak mau menyelesaikan soal itu, Anda mungkin sendiri akan masuk ke neraka dengan hutang yang tidak mungkin dapat dilunaskan.

Kebenarannya adalah bahwa kita semua telah beribadah secara munafik, kita semua pernah marah, kita semua pernah memakai kata-kata yang menyakitkan, kita semua pernah ada pikiran mengutuk orang atau pernah mengutuk, kita semua bersalah tidak mencari damai dengan saudara, kita semua pernah melakukan hal itu. Jadi apakah yang kita dapat lakukan?

Dan inilah khususnya yang Tuhan Yesus ingin kita sadari. Dia ingin meyakinkan kita semua bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menghasilkan kebenaran dengan usaha sendiri. Dan fakta ini memaksakan kita semua berlutut di kaki kayu salib untuk menerima kebenaran yang diperhitungkan kepada kami yang hanya dapat diberikan oleh Yesus Kristus.

Allah memiliki banyak alasan untuk marah dengan kami. Allah ada banyak alasan untuk membenci kita. Allah ada banyak alasan untuk mengutuk kita, selayaknya. Allah memiliki banyak alasan untuk mengirim kita keneraka karena kita pembunuh. Tapi tahukah Anda sesuatu?

Meskipun kita pembunuh, Dia mengasihi kita, Dia mengampuni kita, Dia membayar hutang kita dan Dia berusaha untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya dalam kerajaan kekal-Nya karena Dia ingin bersekutu dengan kami. Sekarang jika Tuhan yang kudus ada keinginan untuk berdamai dengan pembunuh seperti kita, bisakah kita temukan di hati kita untuk berdamai dengan saudara-saudara kita sendiri?Dia memberikan teladan yang indah kepada kami. Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content