Perceraian dan Pernikahan kembali II

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Perceraian dan Pernikahan kembali II

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2011 · 20 March 2011

Sifat manusia digunakan untuk menurunkan standar Allah untuk menyesuaikannya dengan gaya hidup kita. Itu terjadi di zaman Yesus dengan orang Yahudi dan ini terjadi juga sekarang dengan kita sebagai orang Kristen yang hidup di dunia ini.

Ketika kita mempelajari secara mendalam Khotbah di Bukit, kita belajar apa yang akan terjadi jika kita melakukan ini di Matius 5:20, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Ini benar-benar pernyataan yang mengejutkan, jika mereka yang adalah orang-orang yang paling religius di Israel tidak selamat, siapa yang bisa? Dan Yesus memberitakan kebenaran yang sama bagi kita yang hidup 2000 tahun kemudian.

Standar Allah bukan saja berhubungan dengan perbuatan kita dari luar, Allah ingin itu disertai hati yang murni dari dalam. Orang Yahudi menafsirkan hukum Musa adalah hukum hal-hal luar, namun Allah dalam wujud Yesus datang ke dunia untuk memberitakan kepada kami bahwa sikap hati adalah yang paling penting.

Yesus memberikan kita enam contoh dalam kehidupan sehari-hari bagaimana kita merendahkan standar Allah dengan berbagai cara. Contoh pertama berhubungan dengan kemarahan dan pembunuhan, contoh kedua berhubungan dengan gairah dan perzinahan dan sekarang kita membicarakan perceraian dan pernikahan kembali untuk kedua kalinya hari Minggu ini.

Tuhan Yesus mengatakan di Matius 5:31-32, “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”

Ini topik yang sangat kontroversial. Kesakitan dari perceraian disaksikan di mana-mana di dalam dan di luar gereja. Boleh dikatakan semua dari kita terpengaruh. Statistik mengatakan bahwa 50% dari gereja secara pribadi terpengaruh oleh karena keluarga, sahabat dan kenalan.

Namun Alkitab sangat jelas mengenai hal ini. Kenyataannya adalah bahwa tingkat perceraian di gereja sama dengan yang di dunia. Ini adalah pembahasan yang sensitif sekali karena banyak orang percaya telah menurunkan standar Allah. Kebenaran diri menurunkannya dalam rangka membenarkan tindakan kita.

Dan ada tiga hal yang berkaitan dengan ini yang penting untuk diingat. 1. Teks ini bukan penjelasan lengkap mengenai hal ini. Masih ada banyak pertanyaan yang tidak dijawab, karena tujuan Yesus dalam enam ilustrasi ini hanya contoh bagaimana kita sebagai orang cenderung menurunkan standar Allah.

2. Alkitab selalu mengasumsikan bahwa ada seseorang yang bersalah, ada inisiator utama. Hal ini penting dalam budaya perceraian tanpa-kesalahan hari ini. Anda bisa mendapatkan perceraian mudah untuk alasan apapun. Tapi jangan lupa, Allah melihat hati dan kadang-kadang satu dan kadang-kadang keduanya bertanggung jawab atas perceraian itu, dan mereka akan dihakimi.

3. Pihak-pihak yang terlibat setiap kali adalah orang yang beriman. Di PL itu adalah Israel, dan dalam Matius 5 ini ditujukan kepada murid-murid Yesus. Dan sekarang bagian ini ditujukan juga kepada kita sebagai orang Kristen. Di sisi lain dunia ini tidak memiliki standar sama sekali, standar mereka ke mana saja mengikuti angin waktu dan dengan keinginan daging apapun juga.

Kita di dalam gereja harus berbeda. Dengan tingkat perceraian melebihi 50%, keadaannya sangat buruk. Kita harus kembali kepada kebenaran Firman Tuhan dan apa yang ada di dalam hati Tuhan. Dan kita perlu melawan semua godaan untuk menurunkan standar kebenaran-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jadi apakah yang dikatakan Alkitab? Nah, pada dasarnya: Allah menciptakan pernikahan untuk menjadi gambaran persatuan permanen antara Kristus dan gereja. Allah tidak pernah membenarkan atau menyetujui perceraian. Kejadian 2:24 secara praktis dikutip di setiap pernikahan.

“Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Tidak ada sesuatu yang lebih mengikat daripada itu. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” Sekali lagi hubungan permanen yang ditekankan.

Pada permulaan ini tidak dipergunakan untuk Adam dan Hawa, karena mereka tidak memiliki seorang ayah atau ibu. Ini rencana Allah untuk pernikahan di masa depan. Dan semua ini menggambarkan hubungan permanen.

Kita perlu tahu bahwa pernikahan itu adalah bagian dari sifat Allah. Dan begitupun keabadian juga merupakan bagian dari sifat Allah. Yakobus 1:17, “Di dalam Tuhan tidak ada bayangan yang bertukar.” Allah tidak merubah pikiran-Nya tentang perkawinan dan dengan cara yang sama Dia tidak berubah pikiran tentang penyelamatan Anda dan saya. 2 Timotius 2:13 mengatakan, “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

Kita tidak memandang perkawinan dengan cara yang sama. Kita selalu memandang diri kita dan memikir tentang pergumulan kita dan kekecewaan kita dan kesakitan kita. Kita selalu berpikir tentang apa yang kita rasakan, namun Yesus membawa ini kembali kepada kemuliaan dan sifat Allah sendiri.

Dia mengatakan ini bukan tentang melanggar kesukaan dan keinginan, tetapi ini adalah tentang melanggar karakter Tuhan yang Anda sembah. Yesus mengatakan dari permulaan bahwa keadaannya tidak seperti itu dan Dia mengutip lagi Kejadian 2:24.

Namun Dia menambahkan, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Dua istilah keabadian lagi, sebenarnya seluruh bagian ini berbicara tentang keabadian.

Marilah saya memperlihatkan apa yang dilakukan Allah dengan keabadian itu dalam penjelasan akan tujuan pernikahan. Keabadian itu berhubungan dengan tujuan! Allah menyatakan pernikahan itu permanen karena tujuan yang dibicarakan rasul Paulus.

Dia menulis di Efesus 5:22-32 dimana dia membandingkan pernikahan dengan hubungan Kristus dan gereja. Dan dia tidak memakai ini hanya sebagai ilustrasi akan tetapi Paulus mengatakan bahkan itulah sebabnya pernikahan itu diciptakan dari awal mula.

Seringkali ini tidak disebut sebagai alasan mengapa orang menikah, meskipun inilah tujuan ciptaan Allah, untuk menjadi suatu gambar hubungan Kristus dan pengantin-Nya, yaitu gereja.

Lima kali dalam bagian firman ini Paulus membandingkan Kristus dan gereja-Nya. Dia mulai berkata: Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. Dan setelah itu ia mengatakan kepada suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan tiga kali lagi Paulus menyatakan hubungan yang sama.

Dan supaya tidak ada seorangpun yang salah mengerti dia mengatakan lagi di Efesus 5:31-32, “Sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”

Apakah Anda tahu bahwa tujuan tertinggi pernikahan Anda bukanlah soal sex meskipun itu bagian yang indah dari perkawinan, itu bukan persahabatan meskipun saya bersyukur kepada Tuhan untuk memberikan saya pendamping hidup yang membuat pernikahan saya lengkap. Tujuan tertinggi pernikahan adalah menjadi gambaran komitmen Kristus untuk pengantin-Nya, yaitu gereja.

Kenyataannya adalah bahwa ini telah dirancang Allah. Mari kita kembali ke Kejadian 2:24 sejenak. Meskipun Adam dan Hawa tidak memiliki ayah dan ibu untuk ditinggalkan bersama-sama, Yesus Kristus Anak Allah memiliki Bapa untuk ditinggalkan dan Dia datang ke bumi untuk mencari pengantin-Nya, gereja, sehingga Ia dapat bergabung dan menjadi satu dengan dia.

Ini adalah dalam pikiran Tuhan pada penciptaan! Ketika Allah melakukan upacara pertama dan memberikan pengantin pertama, Ia mendirikan tujuan pertama pernikahan. Dan jika perkawinan Anda bukan untuk tujuan itu, Anda merendahkan standar Allah dan Anda mengorbankan keinginan Allah bagi pernikahan Anda.

Ini adalah gambaran dari Injil Yesus Kristus, gambar yang paling murni dari Injil yang ada, representasi paling nyata terlihat jika kita memahami pernikahan yang diciptakan untuk tujuan itu. Jadi ada motivasi baru untuk pernikahan menjadi permanen.

Tujuan seks dan persahabatan dalam pernikahan dengan sendirinya tidak akan sanggup bertahan, karena Iblis akan selalu menempatkan orang lain dalam gambar perkawinanan di mana Iblis berkata, "Persahabatan akan lebih baik dengan orang ini dan seks akan lebih baik dengan orang itu."

Pemahaman bahwa pernikahan adalah gambar Kristus dan Gereja memberikan pengertian yang berbeda sekali untuk istri dalam menyesuaikan dirinya di bawah kepemimpinan suami dan memberikan motivasi yang berbeda untuk tinggal bersama dalam perkawinan.

Coba kita lihat hal itu di Maleakhi di Perjanjian Lama dimana umat Tuhan telah menurunkan standar penyembahan-Nya. Maleakhi 2:13-16, “Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu.”

Apakah Anda mengerti apa yang telah terjadi? Mereka menyembah dengan upacara mereka dan perpuluhan mereka dan mereka nyanji lagu-lagu mereka dan mereka main alat–alat musik mereka dan mereka menyembah semua itu, namun sudah terang Allah tidak menerima itu.

Marilah kita teruskan dengan ayat 14, “Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.”

Anda Anda melihat apa yang dikatakan Tuhan, apakah Anda melihat kata kerja masa kini dalam bahasa itu? Meskipun Anda telah menceraikannya dan walaupun Anda telah menikah dengan orang lain, dia masih tetap rekan Anda dan isteri Anda oleh perjanjian! Masalah keabadian di dalam Firman Allah janganlah dianggap enteng!

Ayat15, “Bukankah Tuhan menjadikan mereka satu dengan sebagian Roh di dalam kesatuannya?” mengatakan TUHAN. Disini kita melihat kuasa penciptaan Allah dan bagaimana Dia melakukan itu. perhatikanlah apa yang dikatakan-Nya, “dengan sebagian Roh di dalam kesatuannya.”

Perhatikanlah hal ini, pada saat seorang laki-laki dan perempuan menjadi satu dalam hubungan perjanjian, sesuatu kejadian supranatural terjadi! Di antara umat Allah ini bukan hanya kontrak sah! Allah dengan Roh Kudus menyatukan mereka dengan cara supranatural yang dimaksudkan untuk menjadi permanen.

Dan ayat 15 meneruskan, “Dan apakah yang dikehendaki Allah dalam kesatuan itu? Keturunan ilahi!” Jadi anak- anak sebagian dari rencana Allah! Kadang kita hanya dapat memikirkan akibat perceraian terhadap anak-anak dan memang itu sangat menyedihkan. Dan memang statistik itu menghancurkan.

Tetapi apakah Anda mengerti bahwa efek pada anak-anak bukan masalah terbesar di dalam pikiran Tuhan? Keinginan-Nya dari awal adalah supaya pernikahan itu menghasilkan keturunan ilahi. Kita sering membicarakan penginjilan dan memang itu baik. Namun salah satu jalan yang bisa dimulai disini adalah dengan menghilangkan perceraian dan menjalankan pernikahan ilahi untuk memiliki keturunan ilahi.

Ayat 15 teruskan, “Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. 16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel—karena itu menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!”

Dan apakah yang dikatakan kebenaran diri? Yesus setiap kali menjelaskan hal ini dalam semua contoh ini, sifat berdosa kita selalu merendahkan standar apa yang dikatakan kebenaran. Dengarkanlah lagi ayat 31, “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.”

Perhatikanlah, kita melihat sikap berlainan dalam pemikiran orang Yahudi zaman itu. Mereka tidak memikirkan sifat Allah atau kehendak Allah, atau kasih diantara suami dan isteri yang tidak bisa berubah. Tidak, mereka hanya memikirkan surat cerai yang sah yang di perlukan untuk mendapatkan perceraian yang mereka inginkan.

Begitulah keadaannya hari ini, perceraian tanpa–kesalahan membuat semuanya mungkin selama Anda setuju pada hak pengasuhan dan pembagian aset finansial. Itulah situasi dulu seperti yang dijelaskan dalam Ulangan 24:1-4. Pada dasarnya perceraian diizinkan berdasarkan persetubuhan pra-nikah (di sekolah satu rabi) atau berdasarkan apa saja (di sekolah rabi lain).

Masalah ini telah banyak diperdebatkan waktu itu, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa itu bukan perzinahan. Bagaimana kita tahu itu? Nah hukuman bagi perzinahan adalah rajam, kan? Tidak ada sesuatu setelah perzinahan karena tidak ada kehidupan lagi, benar?

Tapi kita harus tahu sesuatu yang sangat penting, Tuhan tidak mendukung perceraian. Sebaliknya ini adalah peringatan tentang sesuatu yang akan terjadi jika Anda menceraikannya, dan hukum mengatakan bahwa suami pertama tidak bisa menikahnya kembali. Ini adalah tentang pernikahan kembali bukan tentang perceraian. Ini adalah tentang perlindungan bagi wanita.

Lihatlah Matius 19:3-8, disini orang Farisi ingin menjebak Dia. Jadi mereka menanyakan, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus di Matius 19:4-6: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 5 Dan firman- Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Yesus langsung mengacu kepada perkataan Allah, “6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Dia mengatakan di ayat 8, "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.” Allah tidak merencanakan pernikahan dengan cara itu.

Kebenaran diri selalu membuat perintah dari konsesi. Orang selalu mengambil satu bagian yang tidak jelas dalam Alkitab dan menggunakan itu untuk mengambil insiden kecil, cerita kecil dan mereka menggunakan itu dan berkata, lihatlah Allah mengizinkan saya untuk menceraikan istri saya.

Kebenaran diri selalu menyalahkan Allah untuk apa yang Dia lakukan. Orang-orang Farisi ingin supaya Yesus bertentangan dengan Musa karena mereka berkata bahwa Musa berbicara bagi Allah. Dan pada intinya mereka mengatakan bahwa Allah memperbolehkan untuk menceraikan istri Anda selama Anda menggunakan dokumen yang tepat.

Kebenaran diri selalu bersandar terhadap penafsiran Kitab Suci yang paling liberal. Pembenaran diri selalu melakukan hal itu. Orang-orang Farisi memilih pendapat yang paling liberal dari kedua sekolah pemikiran tentang hal itu.

Daripada itu kita harus mempertahankan karakter Allah dan reputasi-Nya dan tujuan-Nya untuk menyebarkan Injil dengan menjadi yang gambar kesetiaan dalam pernikahan yang menggambarkan kasih Kristus bagi pengantin wanita-Nya gereja, Amin?



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content