Hidup kekal sesuai pengharapan kita

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Hidup kekal sesuai pengharapan kita

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2009 · 15 November 2009

“Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” Dan fokus khusus malam ini adalah kepada frase terakhir “hidup kekal sesuai dengan pengharapan kita”.

Saya ingin kita berpikir secara mendalam tentang frase itu supaya kita lebih mengerti makna pengharapan alkitabiah. Malam ini adalah keempat kalinya kita membicarakan apa yang kita sebagai orang Kristen patut mengharapkan. Supaya kita diperkuat melawan pengalaman hidup sulit.

Minggu lalu kita melihat bahwa termasuk isi harapan kita adalah “penampilan kemuliaan Allah Mahakuasa dan Juruselamat Yesus Kristus” (Titus 2:13). Dan malam ini dari Titus 3:7 kita baca bahwa yang termasuk juga dalam pengharapan Kristen adalah “hidup kekal”.

Dan untuk menolong pikiran kita tentang keuntungan kita “berhak menerima hidup yang kekal”, saya ingin menanyakan dan menjawab tiga pertanyaan. Apakah hidup kekal itu? Mengapa Paulus mengatakan kita “berhak menerima hidup yang kekal?” Dan apa artinya memiliki “hidup kekal sesuai dengan pengharapan kita.”

Jadi pertama, apakah hidup kekal itu? Frase ini sering dipakai dalam pembicaraan dan doa-doa orang Kristen. Namun khususnya karena ekspresi ini sering dipakai kita perlu sekali mengerti artinya.

Kebanyakan orang yang sering memakai istilah itu tidak bisa menerangkan artinya yang tepat. Jadi supaya ada keterangan dalam pikiran kita dan supaya ada suka cita dalam pengharapan kita, saya akan coba memberi definisi alkitabiah hidup kekal.

Ketika kita memakai adjective “kekal” untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu, yang kita maksud adalah orang atau sesuatu yang dibebaskan dari segala pembatasan waktu. Pada waktu kita mengatakan Allah kekal, artinya Dia tidak ada asal mulanya dan Dia tidak ada akhirnya. Allah selalu berada dan selalu akan ada.

Nah dalam pengertian ini hanya Allah saja yang kekal, karena hanya Allah tidak memiliki awal. Semua yang lain yang diciptakan Allah memiliki awal, segala yang lain ada titik permulaannya dalam waktu, termasuk kita anak-anak-Nya yang dijanjikan hidup kekal dalam Kristus.

Namun kita memanggil hidup baru kita dalam Kristus hidup yang kekal karena di masa depan tidak ada pembatasan waktu, durasinya tidak memiliki batas. Ini berarti hidup kekal kita dalam Kristus akan berlangsung selama-lamanya. Dan tidak mungkin itu diperpendek dan tidak akan ada akhirnya.

Nah jika Anda seperti saya, sukar sekali untuk membayangkan sesuatu yang berlangsung selamanya. Dan lebih sukar lagi untuk mencoba menjelaskan hal kekal itu dengan kata-kata. Stanza terakhir dalam madah “Amazing Grace” mungkin menjelaskannya cukup baik.

“Ketika kita telah berada disini (di surga bersama Tuhan menikmati hidup kekal) selama 10,000 tahun, bersinar terang seperti matahari, kita dapat menyanyikan puji-pujian kepada Allah sama lamanya dibanding saat kita baru mulai.”

Coba bayangkan hal itu! Sepuluh ribu tahun tidak ada artinya dalam janka waktu kekal. Sepuluh ribu tahun dibanding kekekalan sama seperti satu detik di jam. Jadi kita bisa mengerti perkataan rasul Yakobus tentang hidup kita di Yakobus 4:14, “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”

Saudara-saudaraku, hidup ini singkat sekali dan kekekalan itu lama sekali. Janganlah masuk perangkap pemikiran bahwa hanya hidup Anda selama 10, 20 atau 50 tahun berikut ini yang terpenting. Berpikirlah tentang 100 tahun dari sekarang atau 10,000 tahun dari sekarang.

Namun ada lebih lagi. Bukan saja tidak ada pembatasan panjangnya hidup kekal, juga tidak ada batas kualitas atau kendala. Kepuasan dan suka cita dalam hidup kekal kita dalam Kristus tidak ada batasnya juga.

Semua hal akan menjadi lebih baik terus menerus selama-lamanya. Tidak ada satu hal yang dapat mengurangi kualitas hidup di dunia ini sekarang yang akan menyusahkan kita nanti. Dosa sudah menghilang, penyakit tidak ada lagi, konflik diantara manusia sudah disembuhkan, setiap kesalahan telah dibenarkan, ketidakadilan sudah lenyap dan semua adalah suka cita.

Dengarkanlah rasul Yohanes menggambarkan hidup kekal di langit baru dan dunia baru di Wahyu 21:3-4, “Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Coba ingatkan kembali kehidupan Anda tahun lalu dan pusatkanlah pikiran Anda kepada kejadian yang paling besar dan menyenangkan dan bersuka cita yang Anda alami tahun itu. Mungkin itu sesuatu yang terjadi pada hari Minggu atau pada waktu renungan sendiri dengan Tuhan.

Mungkin itu terjadi dalam bidang pelayanan. Mungkin itu suatu pengalaman dengan isteri Anda atau suami Anda, atau anak-anak atau dengan orang tua, atau roommate atau bepergian bersama teman-teman. Atau mungkin waktu bersenang-senang di tempat kerja Anda.

Tapi apapun itu, pusatkanlah pikiran Anda kepada suka cita yang dialami saat itu, dan setelah itu kalikan suka cita itu seribu kali, dan setelah itu kalikan itu seribu kali lagi, dan baru Anda mampu mendapatkan sekilas kegembiraan dan suka cita di hidup kekal.

Akan tetapi kita belum selesai. Yang sangat luar biasa adalah bahwa suka cita yang hebat yang Anda bayangkan itu hanya merupakan titik permulaan saja. Suka cita hidup kekal dalam Kristus akan mulai saat itu dan selalu akan makin membaik dan makin membaik seterusnya selama-lamanya.

Namun untuk meyakinkan diri kita bahwa ini memang benar, kita perlu mengerti percis apakah hidup kekal itu. Saya mengatakan itu karena masih banyak diantara kita memiliki pengertian tentang hidup kekal yang tidak benar dan malah tidak menyenangkan.

Seorang penulis menggambarkan pandangan umum ini sepertinya, “menghabiskan waktu kekal di angkasa sebagai roh-roh tanpa badan melayang dari awan ke awan sambil memainkan harpa dalam hari libur tanpa akhir.” Inilah pandangan yang salah!

Memang benar selama beberapa waktu kita dalam perkataan Paulus di 2 Korintus 5:8, “beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan,” namun keadaan itu cuman sementara saja, dimana kita “mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita pada hari terakhir itu” (Roma 8:23). Hidup kekal akan dijalankan dimana “tubuh orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1 Korintus 15:52)

Hidup kekal berarti ada dunia baru dimana kita dapat hidup dan bekerja dan bermain bagi kemuliaan Allah. Firman Allah mengungkapkan bahwa Allah bermaksud bagi semesta alam-Nya di waktu kekal untuk memiliki bukan saja surga baru akan tetapi juga dunia baru (Yesaya 65:17, 66:22, 2 Petrus 3:13, Wahyu 21:1-2) dimana orang-orang kudus yang telah ditebus akan memerintah (Wahyu 5:9-10).

Dan hidup kekal tidak berarti Allah merecanakan kita ngangur saja. Tidak, Alkitab berisi sekilas aktivitas yang akan memenuhi kehidupan umat Allah untuk selama-lamanya. Di Wahyu 22:3 kita baca, “Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,” dan di ayat 5 bab yang sama kita baca, “Dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”

Dalam perumpamaan talenta di Matius 25:21, maka kata tuannya itu kepada hambanya yang setia, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.” Dengan kata lain tanggung jawab kita besar.

Dan dalam perumpamaan mina itu di Lukas 19, tuan itu memberi upah kepada hambanya dan mengatakan, “engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota (ayat 17) dan kepada yang menghasilkan lima mina dia memberi kuasa atas lima kota (ayat 19).

Didalam kedua perumpamaan, upah kesetiaan kepada Allah dalam hidup ini bukannya menganggur istirahat, akan tetapi pelayanan yang aktif dan menantang. Bayangkanlah terlibat dalam kegiatan yang sibuk, menantang dan memuaskan seperti menjadi walikota kota yang besar untuk selama-lamanya?

Paulus membicarakan di 1 Tesalonika 4:13-18 masa depan saudara-saudari Kristen yang telah meninggal. Dia mengatakan pada saat Tuhan Yesus kembali, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.”

Dan setelah itu Paulus menyimpulkan di akhir 1 Tesalonika 4:17, “Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” Itulah pandangan Paulus tentang hidup kekal, hidup kekal adalah kehidupan bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Dan pengertian kata preposisi “bersama” adalah kata yang sangat berharga, karena ini berarti bukan saja kedekatan akan tetapi juga keakraban, persekutuan, kehangatan dan suka cita.

Dengarkanlah caranya Paulus menggambarkan keadaan kekal terakhir ini di 1 Korintus 13:12, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Pada saat kita mengalami kehidupan kekal sepenuhnya, maka kita akan melihat-Nya muka dengan muka. Nanti kita akan mengenal dengan sempurna. Dan persekutuan kita dengan Pencipta dan Penebus kita pasti sempurna, tidak terbagi, tak terkendali, tidak terganggu, tanpa hambatan karena ada cacat moral di dalam diri kita, dan untuk selama-lamanya.

Dan dalam pengertian kehidupan kekal demikian, Paulus sejalan dengan janji Yesus di Yohanes 14:2-3, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

Dan dengarkanlah caranya Yesus berdoa kepada Bapak-Nya untuk Anda di Yohanes 17:24, “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”

Paulus menulis tentang kekekalan di 1 Korintus 15:22-26, 28, “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. 23 Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. 24 Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.

25 Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. 26 Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut…. 28 Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”

Setiap musuh kemuliaan Allah dan musuh suka cita kekal kita akan diletakkan dibawah kaki-Nya Kristus yang telah bangkit dan dibinasakan. Persekutuan kita dengan Tuhan Yesus akan menjadi sempurna selamanya dan Ia sendiri akan menaklukkan diri-Nya di bawah Allah, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Dan Allah tidak terbatas! Dia adalah sumber suka cita yang tidak ada habisnya bagi semua yang percaya kepada-Nya. Sekarang Anda dapat mengerti mengapa Paulus menulis di 1 Korintus 2:9, “Yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua telah disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

Nah ini hanya suatu usaha untuk mencoba memberikan Anda sekilas hidup kekal. Sekarang mari kita melihat dan menjawab pertanyaan kedua, “Mengapa Paulus mengatakan kita “berhak menerima hidup yang kekal?”Dalam arti apa kita mengharapkan hidup kekal ini?

Hidup kekal adalah obyek tepat pengharapan Alkitabiah karena memang itu baik dan sesuatu yang diinginkan, dan memang kebaikan ini tidak ada batasnya dan haruslah diinginkan semua orang yang mengasihi Allah. Dan hidup kekal memang obyek tepat pengharapan ilahi karena bagi orang Kristen penikmatan sepenuhnya adalah di masa depan nanti.

Dan kita mengalami hasil pertama dari hidup kekal itu sekarang. Kita diberi rasa pendahuluan hidup kekal itu dan pandangan kilas kemuliaan dan suka citanya pada saat kita mengadakan kebakitan seperti ini, atau di dalam perjalanan pribadi kita dengan Tuhan, atau dalam mengasihi dan dikasihi keluarga dan sahabat-sahabat.

Misalnya Yohanes di 1 Yohanes 5:11-12 mengatakan, “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. 12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup.” Namun sebagaimana baiknya dan indahnya buah pertama pengalaman kita, itu hanya suatu pandangan kilas masa depan saja dimana kita akan mengalami hidup kekal sepenuhnya.

Dan pada saat ini surat Paulus kepada Titus menolong kami untuk menjelaskan alasan utama pengharapan Kristen akan hidup kekal itu dapat dipercaya dan terjamin. Alasan utamanya adalah Allah sendiri.

Jadi Paulus membicarakan pengharapan akan hidup kekal di Titus 1:2 dan langsung mengaitkannya kepada janji-janji Allah. Umat Allah memiliki penghaparan hidup kekal karena Allah telah menjanjikannya. Dan janji Allah pasti akan digenapi, karena Allah yang menjanjikan itu adalah Allah yang tidak pernah bohong.

Jadi apakah status kita berhubungan dengan hidup yang kekal? Dan perkataan yang dipakai Paulus untuk menggambarkan status kita sekarang di Titus 3:7 adalah “berhak menerima hidup yang kekal” dan itu sama dengan “ahli waris.” Kita sebagai orang Kristen belum memiliki hidup yang kekal, tetapi kita berhak menerima hidup yang kekal.

Dan di Titus 3:7 menjadi “ahli waris pengharapan hidup kekal” adalah hasil yang dimaksudkan dari pekerjaan belas kasihan Allah yang hebat dan menyelamatkan. Ayat 5 mengatakan, “Dia telah menyelamatkan kita.” Semua ayat yang lain membicarakan soal kapan, mengapa dan bagaimana Dia melakukan itu, namun intinya adalah perkataan di ayat 6 yaitu “Dia telah menyelamatkan kita.”

Mereka yang percaya oleh anugerah Allah dan karena itu menjadi ahli waris hidup yang kekal berjagalah untuk mengapplikasikan diri untuk berbuat baik. Bagi Paulus, pengharapan hidup yang kekal bukanlah suatu impian yang tidak membuat perbedaan di dalam hidup sehari-hari. Pengharapan ini nyata dan praktis, dan membawa Anda suka cita besar dan keinginan sungguh-sungguh untuk berbuat baik.

Menjadi ahli waris pengharapan hidup yang kekal akan merubahkan segala sesuatu dalam hati dan dalam hidup Anda jika Anda benar-benar mengasihi Allah. Ada suatu persyaratan dalam janji Allah untuk hidup yang kekal itu. Dia hanya akan memberikan itu kepada mereka yang rela berjuang untuk itu.

Bergantung kepada Allah tidak pernah berarti kepasifan, santai-santai saja, ketergantungan kepada Allah tidak pernah berarti tidak ada aktivitas. Hidup Kekristenan kadang sangat berat dan Paulus menyamakannya dengan pekerjaan seorang prajurit, seorang atlit, seorang petani dan seorang pekerja. Dan setiap panggilan itu memerlukan tenaga kuat.

Dan kita semua perlu berdoa kepada Allah untuk pertolongan-Nya, kebijaksanaan dan kekuatan, namun siapakah yang harus berjuang? Yang harus berjuang adalah kita semua, itu kehendak Allah. Dan ya, kita hanya kuat “di dalam Tuhan” dan kita hanya sanggup berjuang “di dalam kekuatan kuasa-Nya.”(Efesus 6:10)

Hidup yang kekal itu terjamin, namun hanya jika kita berjuang dengan tenaga seorang prajurit, semangat kompetitif seorang atlet dan etika kerja keras seorang petani dan pekerja. Apakah Anda siap untuk maju bertindak saat keadaan hidup itu semakin sulit? Kita mampu melakukan itu karena kita memiliki pengharapan surgawi, Amin?



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content