Hidup dalam ketakutan

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Hidup dalam ketakutan

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2010 · 21 February 2010

“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Kita datang malam ini kepada perintah ketiga kehidupan Kristen dalam 1 Petrus. Ayat-ayat 1-12 merupakan suatu puji-pujian dari perbuatan Allah untuk menjadikan kita milik-Nya selama-lamanya. Setelah itu di ayat 13 kita melihat perintah pertama, “Sebab itu letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” Jadi perintah pertama adalah pengharapan sepenuhnya atas kasih karunia Allah.

Perintah kedua kita membahas minggu kemarin di ayat 15 adalah, “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu.” Allah mengatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (ayat 16). Jadi perintah pertama berharaplah kepada anugerah Tuhan, dan perintah kedua adalah jadilah kudus sama seperti Allah kudus.

Sekarang kita sampai kepada perintah ketiga, “Hiduplah dalam ketakutan.” Ayat 17, “Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Hiduplah dalam pengharapan, hiduplah dalam kekudusan dan akhir ini, “Hiduplah dalam ketakutan!”

Pada waktu kita membahas perintah pertama. “Hiduplah dalam pengharapan,” saya meragukan ada orang yang memikir, “Ah tidak mungkinlah dia akan meyakinkan saya bahwa pengharapan adalah cara hidup alkitabiah.” Berharap kepada Tuhan adalah sesuatu yang perlu dimiliki semua orang Kristen.

Untuk perintah kedua. “hiduplah kudus,” saya kira ini diterima cukup baik karena kita percaya Allah itu kudus, namun kita masih belajar untuk hidup kudus dan kita masih memperjari bagaimana caranya melakukannya. Jadi mungkin masih ada beberapa pertanyaan mengenai khotbah minggu lalu untuk hidup dan menjadi kudus.

Mengenai perintah ketiga, “Hiduplah dalam ketakutan,” saya menganggap mungkin ada beberapa kecurigaan untuk apa yang akan saya katakan. Bukannya Anda tidak percaya saya. Hidup dalam ketakutan akan Allah bukanlah caranya kita hidup sekarang. Ini bukan pandangan yang diterima masyarakat sebagai hidup rohani yang sehat dan memuaskan.

Dan bukan itu saja, akan tetapi ketakutan kelihatannya tidak sesuai dengan pengharapan dan iman dan damai dan suka cita. Dan bukankah tertulis dalam 1 Yohanes 4:18, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.”

Iya benar, tetapi ayat itu meneruskan, “Sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Jadi selama kita masih belum sempurna dalam kasih, kita tidak boleh memakai ayat itu untuk mengatakan tidak ada tempat untuk takut akan hukuman.

Jadi saya mengerti mengapa pendeta jarang berkhotbah tentang takut akan Tuhan. Namun yang saya ingin Anda mengerti malam ini adalah untuk bertumbuh lebih mendalam dan lebih kuat sebagai orang Kristen tidak datang dengan hanya menerima ajaran-ajaran Alkitab yang Anda sudah mengerti dan merasa nyaman, karena Anda tidak akan bertumbuh dengan cara itu.

Akan tetapi Anda akan bertumbuh lebih dalam dan kuat dengan merangkul ajaran-ajaran yang masih belum nyaman dan yang sukar dimengerti dengan kepercayaan bahwa Allah tidak akan mengajarkan kita sesuatu yang tidak benar dan berbahaya dalam Firman-Nya.

Hal kedua saya ingin Anda lakukan adalah untuk menerima ayat 17-19 dengan serius dan berusaha untuk bertindak melawan kultur dan berusaha untuk bertumbuh alkitabiah lebih mendalam lagi dan untuk menjadikan ketakutan itu sebagian dari kehidupan Anda sehari-hari.

Marilah saya menjelaskan bagaimana Petrus melihat “takut akan Tuhan” itu berhubungan dengan penghakiman dan penebusan. Ada perintah untuk takut di bagian kedua dari ayat 17, “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”

Tidak ada perkataan khusus untuk “menghormati” atau “ketakutan yang menghormati” dalam bahasa Yunani. Jika kita menambahkan kata itu, ini hanya suatu penterjemahan editor yang memikir tambahan itu memberi pengertian yang lebih jelas. Mungkin itu benar tetapi mungkin juga terlalu membatasi.

Di kedua sisi dari perintah untuk hidup dalam ketakutan ada alasan untuk ketakutan ini. Disebelah depan ayat 17 ada alasan ini, “Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya.”

Jadi alasan pertama untuk hidup dalam ketakutan adalah Dia yang kita sebut Bapa menghakimi semua orang menurut perbuatannya. Jadi apakah kehidupan kita dan perbuatan kita menyatakan kepada orang- orang tentang hati kita?

Tidak akan ada aturan yang berbeda untuk orang yang berbeda. Hanya ada satu hal yang menyelamatkan, yaitu iman kita. Dan hanya ada satu standar penghakiman, yaitu kehidupan dan perbuatan kita.

Petrus mengatakan bahwa selama kita hidup di dunia ini patutlah kita takut, yaitu takut akan kehidupan sepertinya kita tidak percaya Allah dan tidak ada pengharapan kepada Allah dan tidak bertindak sesuai dengan keinginan Allah. Inilah hubungannya ayat 17 dan 13, diantara hidup dalam pengharapan dan hidup dalam ketakutan. Maksud Petrus adalah supaya kita takut seandainya kita tidak hidup untuk Tuhan.

Ketika kita tergoda untuk melakukan kehidupan kita dengan cara yang akan menunjukkan bahwa harapan kami adalah uang, bukan Tuhan, kita harus takut. Ketika kita tergoda untuk bertindak dengan cara yang menunjukkan harapan kami adalah kesenangan porno daripada Tuhan, kita harus takut.

Ketika Paulus mengatakan di 1 Korintus 6:18, “Jauhkanlah dirimu dari percabulan!” maksudnya adalah, “Takutlah jika pengharapan Anda letaknya dalam percabulan.” Yesus mengatakan di Matius 5:29, “jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” Takutlah jika kehidupan Anda memperlihatkan bahwa kepuasan Anda bukan di dalam Tuhan.

Ini salah satu bagian yang paling penting yang sering kehilangan di dalam kekristenan modern, dan satu alasan utama mengapa gereja sering sama saja dengan dunia. Kita pikir artinya anugerah adalah kita tidak perlu takut sama sekali dalam kelakuan kita. Jadi hal penghakiman sudah dilupakan dalam hidup kita.

Dan ayat 1 Petrus 1:17 malah di hilangkan saja dalam keinginan kita beradaptasi terhadap budaya sekarang. Namun Allah penuh kasih dan anugerah dan Dia memanggil kita kembali malam ini untuk takut akan kelakuan seperti itu yang menuju kepada kebinasaan.

Dan sekarang perhatikanlah sisi belakang ayat 17 dimana Petrus memberikan kita suatu alasan lain untuk hidup dalam ketakutan. Dia mengatakan, “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Dengarkanlah Filipi 1:27, “hendaklah kamu hidup berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.”

Itu alasan yang sama kita miliki di ayat-ayat ini, “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan,” karena kamu tahu kamu telah ditebus bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. Sederhana: “hiduplah dalam ketakutan, karena Anda telah ditebus dengan biaya tak terbatas.”

Apakah ini masuk akal bagi Anda? Pada permulaan saya juga tidak mengerti hal ini. Namun disinilah kita dapat bertumbuh. Anda dapat berakar rohani lebih mendalam lagi dan bertumbuh cabang Anda lebih tinggi lagi. Jangan meremehkan hal ini. Ini kedengarannya sama seperti Mazmur 130:4, “Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.”

Pengampunan menyebabkan ketakutan! Dengan cara yang sama Petrus mengatakan, “Ada penebusan kekal telah dibayar, darah Yesus, untuk menyelamatkan Anda dari cara hidup Anda yang dulu, jadi hiduplah dalam ketakutan supaya janganlah kembali kepada cara hidup yang lama.”

Yang ditekankan Petrus di ayat-ayat 18 dan 19 adalah nilai agung dan ketahanan tebusan abadi yang telah dibayar untuk umat Allah. Dia mengatakan bahwa emas dan perak adalah barang fana, yang tidak bertahan lama. Namun darah Yesus mahal sekali dan nilai-Nya tak terhitung.

Dan pokok hubungan dengan ayat 17 adalah: sebanding dengan keberhargaan dan kekalnya tebusan, kita semua harus lebih-lebih lagi hidup dengan rasa takut. Biasanya kita pikir sebaliknya, semakin berharga dan kekal penebusan bagi kita, semakin kita kehilangan ketakutan.

Iya, Iya! Dan memang itu benar di satu sisi. Roma 8:33-34 mengatakan, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? 34 Kristus Yesus, yang telah mati dan yang membayar penebusan yang berharga kekal dan permanent.”

Namun Petrus sebenarnya mengatakan, “Takutlah akan Allah jika kamu hidup seolah-olah penebusan itu tidak berharga.” Itu percis maksudnya. Karena di dalam ayat 18 dia mengatakan bahwa tujuan penebusan itu adalah untuk menyelamatkan kamu dari “cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu.”

Apakah Anda bisa melihatnya? Ayat 18, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.” Tujuan dan maksud penebusan ini bukanlah pengampunan melainkan transformasi.

Tujuan utama ayat ini adalah kemenangan atas kuasa dosa di dalam kehidupan sehari-hari, bukan pengampunan dari kesalahan dosa (walaupun itu benar juga). Alasan Yesus mempersembahkan darah- Nya yang harganya tak terhitung adalah untuk merubahkan cara hidup kita.

Titus 2:14 mengatakan, “yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.”

Jadi ketika Petrus mengatakan, “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan sebab kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus,” maksudnya hendaklah kamu hidup dalam ketakutan jikaAnda hidup seolah-olah darah Yesus tidak mahal dan tidak berharga.

Ada buku oleh Michael Lewis berjudul ‘the Blind Side’ (Sisi yang Buta). Ini cerita benar yang terjadi di Memphis. Tokoh pusat adalah atlet hitam bernama Michael Oher. Oher sekarang pemain football tackle kiri untuk Universitas Mississippi dan ia adalah pra-musim Semua Amerika dan diperkirakan menjadi pemain football profesional yang hebat.

Michael Oher dibesarkan di kode pos termiskin ke-3 di Amerika, sebuah daerah kumuh di Memphis. Ayahnya tewas dalam situasi terkait kejahatan. Ibunya seorang pecandu narkoba dan tidak memedulikannya. Oher bertumbuh pada dasarnya membawa kantong sampah penuh barang-barangnya dari satu rumah teman kepada yang lain selama bertahun-tahun. Dia piatu dan tunawisma dan dia juga sangat besar. Pada waktu dia berumur 15 tahun dia tingginya hampir 2 meter dan beratnya 159 kilogram.

Untuk membuat cerita panjang pendek, Oher ditemukan oleh Sean dan Leigh Anne Tuohy, keluarga kulit putih yang kaya di Memphis, yang membawanya kedalam rumah mereka dan secara praktis mengadopsinya. Dia disekolahkan di sekolah swasta eksklusif yang sama untuk anak-anak Tuohy laki- laki dan perempuan.

Oher orangnya besar sekali namun dia takut akan segala hal. Dia tidak pernah mengangkat kepalanya dan memandang orang mata ke mata. Dia tidak pernah menjawab pertanyaan atau berbicara kepada siapapun. Dia seolah-olah ingin hidup tanpa ada orang melihatnya supaya dia tidak menyusahkan siapapun dan karena itu ada tempat tidur malam itu.

Namun keluarga Tuohy ini merangkul dia, memberikan dia rumah, pakaian, makanan, les khusus dan keterlibatan dalam olahraga. Dan setelah itu mereka menyaksikan suatu transformasi. Orang yang tidak dihargai ini mulai menerima kasih keluarga ini. Dia mulai menerima pendidikan untuk pertama kalinya. Setelah main football satu tahun dia diidentifikasikan oleh pengintai unversitas sebagai pemain football lineman SMA terbaik di negara.

Dia berubah dari seseorang yang tidak kelihatan dan tidak dianggap yang tidak pernah mengangkat kepalanya dan tidak pernah bicara menjadi anak pungut keluarga kulit putih yang kaya sekali. Hal yang sama terjadi terhadap Anda dan saya ketika kita datang kepada Kristus. Namun Michael selalu ingat caranya dia dibersarkan dan selalu masih ada ketakutan mengingat kasih orang tua angkat dan tanpa kasih itu dia bisa saja kembali hidup di jalan.

Apakah dia berani hidup dengan cara yang akan memalukan orang tua angkatnya? Tidak, pasti tidak! Dan itulah pesan Petrus juga kepada kita malam ini. Cara Anda hidup adalah kesaksian pemikiran Anda tentang hadiah keselamatan yang telah diberikan Allah kepadamu.

Kita tidak layak untuk memikirkan kita dapat mendekati Allah. Kita orangnya penuh dosa, rusak dan jelek. Namun dalam kemurahan hati-Nya, Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kita dan Dia telah menyelamatkan kita sehingga kita dipungut menjadi anak-anak laki-laki dan perempuan Allah alam semesta. Karena itu dengan kepercayaan dan ketakutan kita datang kehadirat Allah sebagai keluarga yang mengingat nilai keselamatan itu.

Jika hati Anda dipenuhi jaminan selagi Anda merenungkan besarnya nilai tebusan yang telah dibayar Yesus dengan darah-Nya, itu baik sekali. Allah ingin Anda terisi jaminan kekal. Namun selalu ingat nilai jaminan itu dengan memberikan teladan hidup yang membuktikan bahwa Anda sangat menghargai darah Yesus itu.

Marilah akhirnya saya menjelaskan hal ini dengan cara sistematis: Tujuan Allah dalam mencurahkan darah Yesus adalah pembenaran dan proses pengudusan kita. Dia telah menyediakan pengampunan kita dan pemurnian kita. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. (Petrus menekankan kemurnian itu di ayat 18).

Karena itu, jika kita tidak melawan dosa itu sekeras mungkin, seolah-olah harga besar dan nilai besar darah Yesus tidak dapat mencegah kita berdosa. Dan jika kita tidak mengingat tujuan hadiah Allah itu supaya kita di transformasikan, maka patutlah kita takut.

Karena jika kehidupan kita masih saja penuh dosa dan karena itu memperlihatkan kepada dunia bahwa darah Yesus itu tidak ada kekuatan-Nya, maka Yesus sebenarnya bukan pengharapan kita dan sukacita kita. Dan itu hal yang sangat menakutkan.

Intinya semua ini adalah; berharaplah kepada anugerah Allah! Dan jika Anda tidak berharap kepada anugerah Allah, Anda memiliki alasan besar untuk ketakutan. Takutilah kelakuan yang menunjukkan dunia bahwa Anda telah lupa akan nilai dan harga kasih Yesus. Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content