Transisi

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Transisi

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2023 · 20 August 2023

Kisah KPR telah membuktikan kepada kami sebuah studi tentang peralihan, dari Yudaisme ke Yesus. KPR, yang ditulis oleh Lukas, menggambarkan tahun-tahun awal transisi gereja setelah permulaannya, ketika gereja mulai membentuk dirinya sendiri dan memisahkan diri dari Yudaisme. Hal-hal lama Yudaisme memudar perlahan-lahan, dan kekristenan sedikit-sedikit mulai masuk. Nah, Ibrani memberi kami teologi transisi ini.

Semua karakter Yudaisme itu telah digantikan dengan Yesus. Semua hukum, upacara, dan ritual Perjanjian Lama telah dirubah menjadi kehidupan anugerah seluruhnya. Dan Anda tidak lagi diatur oleh hal-hal eksternal tetapi Anda diatur oleh Roh Kudus yang ada di dalam. Dan umat Allah, Israel, telah dirubah menjadi umat Allah gereja. Dan banyak pengorbanan telah digantikan oleh satu pengorbanan terakhir.

Dan kami melihat sudut pandang dari Perjanjian Baru yang berarti yang lama dikesampingkan. Dan Ibrani bahkan berkata, “Yang lama akan membusuk dan memudar.” Dan KPR memberi kami sejarah Yudaisme berubah menjadi Yesus. Ini menunjukkan kepada kami aliran dan transisi periode tahun-tahun ketika gereja muncul dengan identitasnya sendiri. KPR memberi kami banyak wawasan tentang kedalaman Yudaisme, seperti yang kami lihat di orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Juruselamat.

Banyak orang Yahudi diperkenalkan ke gereja melalui baptisan Roh Kudus pada saat ada keselamatan, yang mengidentifikasi diri dengan gereja dalam segala hal tetapi tetap berpegang pada ciri-ciri Yudaisme. Kami melihat orang Yahudi yang melihat Kristus, yang dalam pikiran mereka mempercayainya tetapi tidak mau meninggalkan Yudaisme dan datang sepenuhnya kepada Kristus. Jadi Kisah Para Rasul bukanlah dasar untuk teologi sistematika karena gereja sedang dalam keadaan berubah-ubah.

Ketika orang mempelajari KPR, Anda mempelajari sejarah. Nah, peralihan itu tidak mudah bagi orang Yahudi, karena Yudaisme bukan sekadar agama saja. Itu adalah nasionalisme; itu adalah budaya dan ras. Ini adalah cara hidup. Itu adalah warisan. Orang-orang Yahudi jatuh cinta dengan Yudaisme, dan memang itu seharusnya. Itu telah ditetapkan oleh Allah. Itu adalah titik kebanggaan, institusi ilahi, dan itu tidak mudah hilang.

Nah gereja itu memiliki identitas yang terpisah dari Israel. Dan “Tuhan menambahkan kepada gereja.” Tetapi lihatlah di Kisah Para Rasul 3:1, “Nah Petrus dan Yohanes pergi bersama-sama ke dalam Bait Suci pada jam doa, yaitu jam kesembilan.” Gereja itu sudah didirikan. Namun mereka masih pergi ke bait suci pada jam-jam doa Yahudi yang ditentukan, di mana tabir itu telah terbelah dua untuk menunjukkan Allah dapat dihubungi.

Ini menunjukkan kesulitan dalam pikiran orang Yahudi untuk melihat kekristenan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi. Banyak orang Yahudi melihatnya sebagai perluasan dari Yudaisme, karena Yesus adalah Mesias mereka. Dia adalah pemenuhan Yudaisme. Dalam Kisah Para Rasul 15, kaum Yudais ingin supaya setiap orang menjadi orang Yahudi dulu dan setelah itu percaya kepada Yesus. Mereka berkata, “Kecuali kamu disunat, kamu tidak bisa diselamatkan.”

Masalah itu diselesaikan dalam Kisah Para Rasul 15, ketika Dewan Yerusalem muncul dengan pernyataan yang kuat bahwa orang non-Yahudi juga diselamatkan oleh iman. Banyak dari orang-orang Yahudi yang datang kepada Kristus ini merasa sulit untuk memahami ciri-ciri kekristenan. Bukan hanya karena Yudaisme, tetapi kedua, karena semua fitur kekristenan belum terungkap.

Hal lain adalah fakta bahwa ketika gereja itu lahir, gereja dilahirkan di dalam sinagoga. Setiap kali Paulus pergi ke sebuah kota, tempat pertama yang dia kunjungi adalah sinagoga. Nah, begitu ada sekelompok orang yang diselamatkan, mereka tidak keluar dari sinagoga. Paulus dalam Kisah Para Rasul 19:8, ketika dia datang ke Efesus, dia pergi ke sinagoga dan berbicara dengan berani selama tiga bulan.

Sangat menarik bahwa Akwila dan Priskila adalah orang Kristen ketika Paulus datang ke Korintus. Kemungkinan besar, mereka bertemu dengannya di sinagoga, jadi masih ada orang Kristen yang datang ke sinagoga. Lebih menarik lagi bahwa kemudian kami menemukan dalam Kisah Para Rasul 18:24 bahwa Apolos datang ke Efesus. Dan dia mulai berbicara di sinagoga dan Akwila serta Priskila mendengarnya. Jadi di Efesus, orang Kristen itu pergi ke sinagoga.

Nah, ada kalanya transisi itu terjadi lebih cepat. Ketika orang Yahudi benar-benar marah, terkadang gereja itu diusir dari sinagoga. Di Korintus dalam Kisah Para Rasul 18:6, orang-orang menentang mereka. Paulus mengibaskan jubahnya dan berkata, “Darahmu ada di kepala kalian. Mulai sekarang, saya akan pergi ke bangsa-bangsa lain.” Dan dia keluar dan mulai gerejanya di sebuah rumah non-Yahudi di sebelahnya sinagoga.

Roh Kudus melakukan hal-hal yang unik, yang memulai hal-hal yang tidak menjadi norma bagi kehidupan orang Kristen. Jadi kami harus menerima kitab Roma sebagai doktrin dan Kisah Para Rasul sebagai karya Allah khusus untuk sejarah gereja yang berubah. Nah, marilah kami lihat tiga orang dan kelompok dalam masa transisi. Seolah-olah Roh Kudus berhenti di sini dalam Kisah Para Rasul 18 dan berkata, “Nah, ada sesuatu yang harus Anda ketahui.”

Satu, Paulus; dua, Apolos, dan tiga, dua belas murid Yohanes Pembaptis. Dan ketiganya digambarkan dalam transisi dari Yudaisme sampai ke Yesus. Masing-masing dari ketiganya, Paulus, Apolos, kedua belas murid Yohanes Pembaptis, semuanya memiliki hubungan dengan Yohanes Pembaptis. Dan Yohanes Pembaptis mewakili pendirian terakhir dari Perjanjian Lama. Dia adalah nabi Perjanjian Lama yang terakhir.

Yohannes berkata, "Aku harus berkurang, dan Kristus harus bertambah." Apa yang dia katakan adalah, "Kamu harus melepaskan Perjanjian Lama, dan kamu harus berpegang teguh pada Yesus Kristus." Itu tidak berarti kami meremehkan Perjanjian Lama. Itu berarti kami harus mengadopsi agama Kristen sepenuhnya. Dan prinsip, moral, standar, dan kebenaran Perjanjian Lama tidak hilang oleh waktu, tetapi upacara dan ritualnya hilang seperti dikatakan dalam buku Ibrani.

Marilah kami pertama-tama melihat orang pertama dalam masa transisi, yaitu Paulus. Itu muncul begitu saja di ayat 18 sampai 23. Ayat 18, “Setelah tinggal beberapa lama, Paulus mengucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudari dan dia berlayar ke Siria, dan ditemani oleh Priskila dan Akwila. Dia mencukur kepalanya di Kengkrea karena sumpah yang dia buat.” Sumpah macam apa itu?” Kami akan melihat Paulus dalam masa transisi.

Paulus adalah seorang Yahudi pada batas kemampuan Yudaisme. Namun, dia menjadi orang Kristen. Nah, ketika dia menjadi seorang Kristen, meskipun hati orang itu diubahkan, dia adalah ciptaan baru, perubahan orangnya itu membutuhkan waktu. Yang telah terjadi adalah Allah telah menebus jiwanya. Sekarang, pekerjaan Roh mulai membuat perubahan itu tampak jelas dari luar.

Tetapi transisi itu membutuhkan waktu dan ciri-ciri lama Yudaisme itu mati perlahan bahkan dalam kehidupan Paulus. Dia berkata di dalam Filipi 3:7, “Tetapi segala sesuatu yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, kuanggap rugi karena Kristus.” Dan mulai sekarang, saya tidak tertarik dengan upacara dan ritual-ritual. Saya hanya tahu satu hal. Saya ingin mengenal Kristus. Dia berkata kepada orang-orang Kolose, “Aku ingin ada keagungan atas pengenalan akan Kristus.”

Paulus telah tinggal di Korintus beberapa waktu lamanya. Masih ingat betapa sulit perasaannya ketika dia sampai di sana? Dia sakit. Dia ketakutan. Dia lemah. Dia telah dikejar di mana-mana dari Filipi melalui Tesalonika, sampai ke Berea, dan ke Atena dan akhirnya ke Korintus. Dan dia melihat kota itu, dan itu malah membuatnya semakin buruk. Orang-orang disitu begitu buruk sehingga dia tidak tahu apakah Allah dapat melakukan sesuatu.

Tetapi Allah mengatasi itu semua, dan hal yang fantastis terjadi di Korintus. Sebuah gereja didirikan. Bukan hanya itu, Paulus yang dikejar kemana-mana akhirnya bisa tinggal di satu tempat, dan Allah mengaturnya supaya dia bisa tinggal disitu selama satu setengah tahun. Pada akhirnya, orang-orang Yahudi begitu marah sehingga mereka mendapatkan Gallio, gubernur di singgasananya dan berkata, "Lihatlah, kami harus menghilangkan orang ini."

Tetapi Gallio berkata, “Keluarlah dari sini. Saya juga tidak akan menghakimi dia. Itu masalahmu sendiri.” Dan Paulus di ayat 18, “Dapat tinggal lebih lama lagi.” Allah benar-benar memeluk Paulus dan berkata, “Aku ingin kamu berada di sini sebentar, jadi tetaplah di sini. Aku akan mengurus semua keadaan.” Tetapi setelah itu, dikatakan bahwa dia pamit kepada saudara-saudaranya dan berlayar dari sana menuju ke Siria.

Dan kemudian ada catatan kecil ini, “Dia membawa serta Priskila dan Akwila.” Nah, hanya ada satu cara dimana Paulus akan membawa kedua orang itu. Mereka mengambil tanggung jawab untuk menggembalakan orang lain juga, benar? Selama satu setengah tahun itu Paulus mengangkat para pemimpin rohani untuk kota Korintus. Dan ketika tiba waktunya untuk pergi, mereka tidak membutuhkannya lagi. Dan mereka bahkan tidak membutuhkan Akwila dan Priskila juga.

Sekarang dikatakan bahwa ketika dia sampai di Kengkrea, dia mencukur rambutnya. Itu adalah sesuatu yang memiliki arti penting, karena dikatakan, "Dia membuat sumpah." Nah apakah terjadi? Jadi marilah saya memberi tahu Anda apakah sumpah itu. Di dalam Perjanjian Lama, ada semacam sumpah yang berhubungan dengan rambut orang. Itu disebut sumpah Nazir. Seorang Nazirite berasal dari kata Ibrani asal nazir, yang berarti secara harfiah, orang yang dikuduskan.

Paulus membiarkan rambutnya bertumbuh. Anda dapat mempelajari hal itu di Bilangan 6. Ayat 3, “Dia harus menjauhkan diri dari anggur dan bir. Dia tidak boleh minum jus anggur atau makan buah anggur atau kismis segar.” Mengapa? Karena anggur selalu melambangkan ada pesta. Ayat 5, “Kamu tidak boleh potong rambut selama waktu sumpah pengudusannya.” Jadi Paulus harus membiarkan rambutnya bertumbuh selama ini sebagai pengingat, sebagai tanda luar supaya orang tahu.

Kami tidak perlu mengambil sumpah nazir hari ini, karena kami dipisahkan sejak saat kami diselamatkan hingga saat kami bertemu Yesus, benar? Nah, berapa lama sumpah itu bertahan? Yah, Alkitab tidak mengatakannya. Tetapi saya akan memberi Anda suatu ide. Talmud, peraturan orang Yahudi, menetapkan bahwa sumpah nazir bisa selama 30 hari, 60 hari atau 100 hari. Kemungkinan besar Paulus mengambil sumpah itu umtuk 30 hari.

Mengapa dia membuat sumpah ini?” Biasanya itu dibuat sebagai tanda syukur kepada Allah atas berkat khusus, benar? Nah, apakah Paulus mendapatkan pelepasan khusus di Korintus? Ya. Apakah dia mendapat berkat khusus? Benar. Allah bekerja, dan dia dapat memuridkan orang dan membangkitkan beberapa orang kudus dan melihat mereka dan gereja bertumbuh di kota dosa itu. Paulus ingin berterima kasih kepada Allah dengan cara yang paling ekstrim yang bisa dilakukan oleh seorang Yahudi.

Anda melihat Paulus dalam masa transisi. Dia masih berpikir dalam pola Yahudi. Pada saat dia tiba di Kengkrea, 30 hari telah berlalu. Dan dia mengikuti pola Yahudi, dan memotong rambut itu. Sekarang dia punya banyak rambut dan dia harus membawa rambutnya dalam perjalanan sejauh 1.500 mil. Dan kami melihat bahwa dia melakukan hal itu. Selain sumpah Nazir 30, 60, 100 hari, ada juga orang yang menjadi Nazir seumur hidup, yaitu Simson, lihatlah Hakim-hakim 13:5 - 7.

Hanya ada tiga orang di dalam Alkitab, yang adalah orang Nazir sejak lahir. Salah satunya adalah Simson. Kedua adalah Samuel. Ketiga adalah Yohanes Pembaptis. Ketiga orang itu sumpah nazir seumur hidup, dan itu dibuat di antara Allah dan orang tua mereka sebelum anak itu lahir. Di dalam Perjanjian Baru, prinsipnya adalah seperti Paulus katakan, “Segala sesuatu menurut hukum, tetapi aku tidak akan ditaklukkan di bawah kuasa siapa pun.”

Ayat 19, “Ketika mereka sampai di Efesus, dia meninggalkan mereka di sana, tetapi dia sendiri masuk ke sinagoga dan berdebat dengan orang Yahudi.” Dia meningggalkan Priskila dan Akwila disitu. Bekerja untuknya merupakan pengalaman yang luar biasa. Di sini mereka benar-benar ditempatkan dalam pelayanan Kristus. Mereka tinggal di sana rupanya selama 5 tahun. Paulus menulis kembali kepada jemaat Korintus, dan berkata, “Gereja telah didirikan di rumah mereka.”

Paulus sendiri masuk ke sinagoga untuk bertukar pikiran dengan orang Yahudi. Ayat 20-21, “Ketika mereka minta dia untuk tinggal lebih lama, dia malah menolak, 21 tetapi dia mengucapkan selamat tinggal dan menambahkan: saya akan kembali kepada kalian lagi, jika Allah menghendaki.” Kemudian dia berlayar dari Efesus. Kali ini, mereka ingin dia tinggal, dan dia pergi. Kemana dia pergi? Pertama, dia ada rambut di tangannya. Dan kedua dia harus sampai ke pesta itu di Yerusalem.

Nah, ada perdebatan tentang apakah itu hari raya Pentakosta atau hari raya Pelewatan. Siapa peduli? Tetapi, bagaimanapun, dia mendarat di Efesus dan dia meninggalkan mereka. Dan pekerjaan itu dimulai di Efesus dan kami dapat memuji Allah atas apa yang terjadi di sana, benar? Itu menjadi lokasi pekerjaan Allah yang luar biasa di tahun-tahun depan. Kota itu luar biasa, dan itu disebut Perbendaharaan Asia, pasar Asia Kecil.

Efesus adalah pusat komersial dan pusat pertunjukan Romawi. Itulah tempat Pertandingan Panionian, yang seperti Olimpiade. Ada sebuah kuil besar, yaitu Kuil Diana, yang panjangnya 425 kaki, lebarnya 220 kaki, tingginya 60 kaki, dan ada 127 pilar, masing-masing pilar diberikan oleh seorang raja, dan 36 di antaranya ada emasnya. Kuil Diana juga merupakan suaka bagi para penjahat, semuanya diberi perlindungan.

Nah, Paulus itu pergi. Ayat 22, “Saat dia mendarat di Kaisarea, dia pergi ke Yerusalem dan memberi salam kepada gereja, lalu dia turun ke Antiokhia.” Kaisarea adalah suatu pelabuhan tepat di seberang Yerusalem. Telah dikatakan dia naik dan memberi salam kepada gereja dan dia turun ke Antiokhia. Apa lagi yang dia lakukan? Paulus membakar rambutnya dan mengurus bagian terakhir dari sumpahnya, meskipun itu tidak disebut di sini. Dikatakan di ayat 23, “Dan menghabiskan beberapa waktu di sana.”

Itu terjadi di Antiokhia. Dia baru saja pulang dari satu perjalanan misionaris. Dan ingatlah, dia adalah pendeta di gereja Antiokhia, dan rekan pendeta bersama dengan Barnabas. Dia tinggal di sana sebentar, dan kemudian dia pergi lagi. Dia adalah seorang pendeta yang berkeliling terus. Dia pergi ke seluruh negeri Galatia untuk menguatkan semua murid-murid. Dia pergi dalam perjalanannya yang ketiga. Apakah Anda tahu ke mana dia pergi pada perjalanan ketiga?

Tempat yang sama dia pergi dalam perjalanan misionaris kedua. Anda tahu ke mana dia pergi pada perjalanan kedua? Tempat yang sama dia pergi pada perjalanan pertama. Anda mendapat gambaran tentang pola penginjilannya. Anda harus memperkuat para petobat dan membiarkan mereka bekerja, benar? Paulus kembali ke kelompok yang sama tiga kali. Jadi kami melihat Paulus dalam masa transisi. Nah kali berikutnya, kami akan melihat Apolos dalam masa transisi dan beberapa orang lain. Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content