Perintah Agung

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Perintah Agung

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2014 · 26 October 2014

Di dalam gereja adalah waktunya kita harus mendengar Firman Allah dengan teliti. Dia memperhadapkan kita dengan kebenaran-Nya supaya kita merespon dengan cara yang menyenangkan-Nya. Tidak peduli kapan, atau berapa umurmu, atau dengan siapa Anda berbicara, pendapat umum adalah bahwa pengalaman yang terbesar mungkin adalah kasih. Namun kasih Allah berbeda sekali dengan kasih yang dimengerti dunia. Dan itulah pesan Allah bagi kami dari teks malam ini. Teks ini tentang kasih ilahi yang hanya terdapat dari Allah.

Ingatlah bahwa ini masih hari Rabu dari minggu terakhir, hari Rabu sebelum hari Jumaat ketika Yesus akan disalibkan. Dan Yesus berada di Bait Allah. Dia telah masuk ke kota pada hari Senin dan Dia disambut sebagai Mesias, yang akan membebaskan Israel. Dan mereka harapkan bahwa Dia memang Mesias seperti itu. Namun pada hari Selasa Dia datang ke Bait Allah dan menyerang sistim agama palsu mereka dan membersihkan Bait Allah itu, mengusir para penukar uang dan para pembeli dan penjual yang telah mencemarkan rumah Allah yang suci.

Setelah nginap di Betania di rumah Maria, Marta dan Lazarus, Yesus bersama murid-murid-Nya kembali ke Bait Allah dan seharian Dia mengajar tentang injil kerajaan Allah. Nah para pemimpin agama sangat benci Yesus Kristus. Firman Allah mengatakan mereka sudah merencanakan untuk membunuh-Nya. Mereka benci Dia karena Dia mengajar berlawanan ajaran mereka. Alasan kedua: Dia lebih populer dari pada mereka. Dan ketiga: Dia menunjukkan kuasa dan kemampuan yang tidak terbayangkan mereka.

Jadi mereka mencoba untuk mencela Yesus didepan umum. Pertanyaan mereka pertama ada di ayat 15. Orang Farisi bersama orang Herodian menanyakan-Nya apakah mereka harus bayar pajak kepada Kaisar. Dalam pikiran mereka pastilah Dia akan menyangkal karena Dia mewakili hukum Allah dan Dia pasti tidak akan menyetujui pemerintah Roma. Dan jika Ia melakukan itu mereka akan mengirim orang Herodian untuk melaporkan-Nya sebagai pemimpin yang memberontak dan orang Romawi akan membunuh-Nya. Tetapi kita tahu jawaban-Nya, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Jadi mereka tidak berhasil.

Jadi orang Saduki menanyakan pertanyaan kedua di ayat 23; mereka ingin tahu pandangan Yesus mengenai kebangkitan. Mereka bikin-bikin suatu keadaan aneh dan mereka pikir jika Dia menegaskan kebangkitan Dia akan mendapatkan suatu keadaan aneh dan orang-orang akan melihat bahwa Yesus ada salah-Nya. Namun sekali lagi jawaban-Nya membingungkan dan menakjubkan mereka dan ujian ini juga gagal seperti kita lihat minggu terakhir. Dan ini membawa kita kepada pertanyaan ketiga.

Sekali lagi di ayat 35 mereka menanyakan Yesus suatu pertanyaan untuk menguji Dia. Itu upaya mereka terakhir. Ayat 34, “Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka.” Yang menarik adalah bahwa dikatakan orang-orang Saduki dibuat bungkam; kata kerja itu berarti disumbat. Itu dipakai misalnya di Markus 1:25 dalam mengbungkamkan roh jahat. Juga dalam Markus 4:39 dalam membungkamkan angin. Mereka mau mengatakan lebih banyak namun mereka tidak dapat mengatakan apa-apa.

Dalam pertukaran kata ini kita melihat suatu penggenapan nubuatan. Di Mazmur 2, dimana si Pemazmur melihat kedepan kepada sang Mesias, dikatakan, “Para pembesar bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya.” Di Kisah Para Rasul 4:26 dikatakan, “Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya.” Ini khususnya yang terjadi. Jadi marilah kita melihat cara pendekatan orang Farisi itu.

Kita harus tahu apa yang mereka pikirkan. Dan ini seringkali tidak dijelaskan. Sangat penting kita mengerti mengapa mereka menanyakan pertanyaan khusus ini. Biasanya kita mengacu kepada bagian firman ini, kita membicarakan bagian ini, kita memisahkan ini dari konteksnya dan kemudian kita fokus kepada ayat 37 yang agung itu tanpa mengerti apa yang mereka ingin sebenarnya. Akan tetapi setelah kita mengerti apa yang mereka maksudkan, baru semuanya masuk akal.

Ayat 35, “Dan seorang dari orang Farisi, seorang pengacara,” Nah perkataan pengacara berarti ahli Taurat, yang tahu hukum Taurat, yang menterjemahkan hukum Taurat, dan yang mengajar hukum Taurat. Dan sekarang dia diutus untuk menanyakan suatu pertanyaan atas nama orang Farisi lain. Dia adalah utusan yang dikirim langsung dari orang Farisi yang penuh kebencian, namun kelihatannya dia tidak begitu benci sendiri. Dia lebih obyektif dan dia tertarik kepada kebijaksanaan Yesus.

Dan dikatakan di ayat 35, “dia bertanya untuk mencobai Dia.” Jadi dia tidak benar-benar jujur. Nah sangat penting kita mengerti inti pertanyaan ini. Menurut sejarah, pahlawan terkemuka di Yudaisme masih Musa. Hanya Musa saja berbicara dengan Allah muka ke muka seperti orang berbicara dengan temannya. Musa telah dipilih untuk menerima Sepuluh Perintah dari Allah. Musa adalah yang menulis kelima buku pertama Perjanjian Lama. Banyak orang Yahudi percaya bahwa Musa tingkatnya lebih tinggi dari pada malaikat.

Orang Yahudi percaya bahwa Yesus menyerang ajaran-ajaran Musa. Karena itu di Khotbah di Bukit di Matius 5:17 Yesus mengatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Namun mereka percaya bahwa Yesus mengurangi Musa dan mereka ingin Dia menyatakan hal itu. Mereka ingin Yesus menegaskan bahwa perkataan-Nya menggantikan Musa supaya mereka dapat menuduh Dia adalah sesat yang sudah meninggalkan iman yang telah disampaikan otoritas tertinggi, yaitu Musa sendiri.

Jadi datanglah pertanyaan di ayat 36, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Nah hukum Yahudi memiliki 613 hukum-hukum yang terpisah, karena di dalam Sepuluh Perintah ada 613 huruf-huruf. Itulah cara orang Yahudi, itu dinamakan cara huruf rabi. Dan mereka memisahkannya dalam dua bagian. Mereka mengatakan ada 248 hukum-hukum positif, satu bagi setiap bagian tubuh manusia dan ada 365 hukum-hukum negatif , satu bagi setiap hari dalam setahun. Kemudian mereka membagikan 613 hukum itu menjadi hukum ringan dan hukum berat. Yang ringan opsional dan yang berat mengikat.

Jadi ada banyak debat mengenai yang mana adalah ringan dan yang mana berat, hukum mana penting sekali dan hukum mana tidak begitu penting, dan sebagainya. Jadi mereka pikir, jika Yesus mencoba untuk menyatakan diri-Nya menjadi Mesias, pasti Dia akan mengatakan sesuatu untuk menyatakan diri-Nya sebagai otoritas. Jadi mereka minta, berikanlah kami hukum yang terbesar, dan mereka pikir jika Dia ingin menyatakan sesuatu yang baru, pastilah Dia tidak akan memberikan kami suatu hukum lama.

Lihatlah jawaban-Nya di ayat 37, “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Wah, jawaban yang tepat! Yesus mengutip Ulangan 6:5, Dia mengutip Musa. Dia mengutip tulisan Musa yang paling terkenal yang pernah dituliskan, Shama di Ulangan 6:5, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Itu Firman yang paling terkenal bagi semua orang Yahudi.

Didalam rumah orang Yahudi Anda akan melihat ada kotak kecil, biasanya dengan Bintang Daud diatasnya. Didalamnya ada Ulangan 6:4-5. Pernahkah Anda melihat seorang Yahudi ortodoks yang menggantungkan kotak itu ke dahinya, dan ada kotak lain diikat ke tangannya dan dalam kedua kotak itu ada tulisan Ulangan 6:4-5. Setiap orang Yahudi di zaman Yesus yang setia kepada agamanya dua kali sehari diharuskan berhenti dan mengulangi pernyataan itu. Yesus menegaskan solidaritas-Nya dengan Musa.

Perkataan di Ulangan 6:5, kasihilah aheb dalam Bahasa Ibrani, kata kerja ini mengacu terutama kepada kasih kehendak, kasih akal budi, kasih dalam perbuatan daripada kasih berdasarkan perasaan, kasih emosi saja. Itu kasih yang paling tinggi. Bukan kasih karena perasaan saja namun kasih dedikasi, kasih komitmen, kasih yang mengatakan ini benar dan ini mulia tidak peduli perasaan saya. Dan itulah kata agapeo, yaitu kasih dengan kecerdasan, kasih dengan tujuan, itu adalah kasih kehendak yang berlawanan dengan phileo, yang adalah kasih berdasarkan perasaan atau kasih sayang dan eros, yaitu kasih berdasarkan indra fisik.

Kata hati pada dasaranya dalam pengertian Ibrani adalah inti identitas orang. Masih ingat Amsal 4:23, “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Semuanya datang dari hati. Hati dalam pengertian Ibrani adalah akal budi yang menghasilkan pikiran dan menghasilkan kata-kata dan menghasilkan perbuatan-perbuatan. Jadi seperti dipikirkan orang di dalam hatinya begitulah dia.

Dan perkataan jiwa sebaiknya mengacu kepada emosi. Misalnya di Matius 26:38 dikatakan, “Jiwa-Ku sangat sedih.” Akal budi adalah suatu perkataan lain untuk mengatakan kekuatan. Kuasa adalah kata yang artinya luas namun ini berhubungan dengan maksud dan kehendak. Ini berhubungan dengan kemajuan dengan tujuan dan semangat atau dengan maksud atau dengan kehendak. Kemudian Markus menambahkan kata kekuatan yang berarti seluruh kekuatan fisik kita.

Jadi kita mendapatkan disini suatu keadaan dimana secara tumpang tindih ada empat jalur dimana kasih diimbangkan dengan sempurna. Itu kasih yang cerdas, kasih yang penuh perasaan, kasih yang rela dan kasih yang melayani. Dan itu dipertunjukkan dengan bagaimana kita bertindak dalam kekuatan fisik kita. Jadi bagian kita yang berakal budi, bagian kita yang beremosi, bagian kita yang rela dan bagian kita yang fisik semua bergabung untuk mengasihi Allah dengan segala keberadaan kami, dengan segalanya yang ada untuk mengasihi Allah benar-benar, itulah Perintah Agung.

Allah tidak mencari orang yang hanya melakukan upacara agama, yang dari luar kelihatannya bertindak benar. Allah menginginkan orang-orang yang mengasihi- Nya dengan segenap hati mereka. Allah mengasihi kita dengan segenap hati-Nya. Karena Dia memberikan kita keseluruhan Dia dulu, sekarang dan dimasa depan. Dia mengorbankan diri-Nya dalam kematian bagi dosa-dosa kita. Dan Dia yang mengasihi kita dengan segenap hati-Nya tidak mau menerima kembali kasih yang setengah-setengah.

Dan karena kasih-Nya begitu besar sehingga Dia memberikan kita Anak-Nya, kita juga harus mengasihi Dia sampai kita juga rela memberikan diri kita, seperti Dia katakan di Yohanes 15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Kita harus berani memberi nyawa kita bagi Dia. Allah mengasihi kita dan memberikan kita Anak-Nya, dengan demikian Dia menujukkan bahwa kasih terjadi meskipun pada mulanya tidak ada tindakan balasan. Jadi kami harus mengasihi Allah bukan berdasarkan keuntungan kami namun karena itu adalah hal yang wajar kami lakukan.

Allah ingin lebih dari kepercayaan kami saja. Yakobus 2:19 mengatakan bahwa setan-setanpun percaya dan mereka gemetar, karena meskipun mereka percaya Allah, mereka tidak mengasihi Allah. Dan itulah tanda yang membedakan orang- orang yang telah ditebus. Mereka mengasihi Allah. Dan Allah menuntut kami mengasihi-Nya dengan kasih yang sempurna, dengan kasih yang selebar segala kemampuan dan kapasitas kami. Tidak ada orang yang benar dihadapan Allah sampai hatinya, jiwanya dan akal budinya dan kekuatannya menyatakan kasih kepada Allah.

Seseorang tidak menjadi Kristen hanya karena mereka mungkin percaya. Seseorang menjadi Kristen ketika mereka mendemonstrasikan kasih Allah yang memenuhi mereka. Paulus mengatakan di Roma 7, hal-hal dosa yang saya lakukan saya tidak mau lakukan, namun didalam aku ada kedaginganku dan kedagingan itu melakukannya, namun bukan itu yang saya inginkan. Pada dasarnya dia mengatakan saya mengasihi Allah dan saya cinta kebenaran dan saya cinta apa yang memuliakan Allah dan meskipun saya tidak selalu melakukan itu saya cinta hal itu. Dan walaupun aku masih berbuat dosa, saya benci hal itu.

Ini selalu mulai dengan mengasihi Yesus dan akibat kasih itu ada keinginan dan komitmen untuk menaati. Ketika Yesus berada bersama murid-murid-Nya di Ruangan Atas Dia mengatakan di Yohanes 14:15, “Jikalau kamu mengasihi Aku, turutilah segala perintah-Ku.” 1 Yohanes 4:19 mengatakan, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Efesus 6:24 mengatakan, “Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.”

Jadi Allah ingin kita mengasihi Dia, dan itu kasih seperti apa? Itu kasih yang bersandar kepada kuasa Allah yang besar di Mazmur 18. Itu kasih yang mencari persekutuan dengan Allah di Mazmur 31:23. Itu kasih yang menjamin damai sejahtera jiwa di Mazmur 119:165. Itu kasih yang peka akan perasaan Allah di Mazmur 69:9. Itu kasih yang mengasihi apa yang dikasihi Allah di Mazmur 119:72, 97 dan 103. Itu kasih yang mengasihi mereka yang dikasihi Allah di 1 Yohanes 5:1. Itu kasih yang benci apa yang dibenci Allah di Mazmur 97:10. Itu kasih yang berduka cita atas dosa di Matius 26:75. Itu adalah kasih yang menolak dunia di 1 Yohanes 2:15. Namun yang terpenting adalah kasih ini adalah kasih yang menaati.

Jadi kita adalah mereka yang mengasihi Dia dan yang menaati perintah-perintah- Nya, dan itulah tanda orang percaya. Coba tunjukkanlah kepadaku seseorang yang tidak peduli menaati perintah-perintah-Nya dan aku akan menunjukkan kepadamu seseorang yang tidak mengasihi Dia dan tidak mengenal Dia. Kita perlu diampuni akan hal itu dan Allah ingin mengampuni kita untuk itu dan karena itu Kristus mati di kayu salib. Dia menanggung dosa-dosa kita yang seharusnya kita tanggung. Dan dosa apa itu? Terutama itu dosa penolakan Allah.

Namun Allah juga menanamkan di dalam hati kami kemampuan untuk mengasihi Allah sekarang dan di masa depan. Dan itulah artinya di Roma 5:5 ketika dikatakan, “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Roh Allah yang telah dikaruniakan kepada kita dalam keselamatan memberikan kita kemampuan untuk mengasihi Allah. Kita tidak mampu mengasihi caranya kita harus mengasihi dan karena kita tidak mampu mengasihi dengan cara demikian kita perlu kemampuan itu, jadi Yesus datang untuk membayar denda kami, untuk mengampuni dosa-dosa masa lalu dan untuk memberikan kita kemampuan untuk mengasihi Allah di masa depan.

Marilah kita melihat ayat 39, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ini mengalir dari kasih Allah, ketika Anda mengasihi Allah sungguh-sungguh, Anda akan mengasihi orang lain sungguh-sungguh. Orang Farisi tidak melakukan itu. Mereka menggunakan orang. Mereka kejam terhadap orang lain. Saksikanlah caranya mereka memperlakukan para nabi dan caranya mereka memperlakukan Kristus. Mereka tidak mengasihi orang. Mereka benci orang, mereka mencuri uang mereka, mereka menerima sogokan dan mereka lakukan banyak hal yang jahat. Mereka mengasihi diri mereka sendiri.

Jadi kita harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dengan kata lain saya memelihara orang lain sama seperti saya memelihara diri sendiri. Kita sangat mementingkan kenyamanan kita sendiri, dengan memenuhi keperluan kita sendiri, kita sangat mementingkan tujuan-tujuan kita. Ketika saya melihat orang lain lapar, apakah saya memelihara mereka dengan kecepatan yang sama, dengan kepedulian yang sama? Apakah saya merasa sama terhadap orang lain yang ada kebutuhan? Ketika saya merasa tidak nyaman saya ingin mencari kenyamanan. Apakah saya merasa hal yang sama terhadap orang lain yang merasa tidak nyaman?

Kekristenan tidak terlalu rumit, itu hanya mengatakan kasihilah Allah dan kasihilah manusia. Jika Anda mengasihi Allah Anda akan melakukan apa yang Dia katakan. Jika Anda mengasihi manusia Anda akan melakukan apa yang mereka butuhkan. Ayat 40 menyimpulkan semua itu, “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Jika Anda mengasihi Allah dengan segenap keberadaan Anda dan mengasihi semua orang lain seperti dirimu sendiri, Anda tidak memerlukan perintah-perintah lain. Semua yang lain hanya menjelaskan hal itu.

Pengacara yang menanyakan pertanyaan itu mengatakan di Markus 12, “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu,” kemudian dia mengulangi perkataan Yesus. Kemudian Yesus mengatakan, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Jadi jika Anda percaya hal ini Anda tidak terlalu jauh, namun hanya percaya saja masih satu langkah kekurangan dari mengasihi Dia. Jawaban-Nya begitu tepat dan begitu jelas sehingga dikatakan, “Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.”

Jadi pesan bagi kita sebagai orang Kristen adalah, selidikilah dirimu, apakah Anda benar-benar mengasihi Allah? Lihatlah kedalam hatimu. Apakah Anda merasa itu ada? Dan apakah Anda mengasihi orang lain juga di dalam nama Yesus Kristus? Marilah kita minta pertolongan-Nya supaya kita belajar mempraktekkan kasih seperti itu di dalam kehidupan kita sehari-hari, Amin? Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content