Raja di Kayu Salib

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Raja di Kayu Salib

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2022 · 3 April 2022
Peristiwa salib di sini diberikan oleh Yohanes dan keempat penulis Injil: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes memberikan laporan tentang salib itu. Kita perlu mempelajari semua laporan untuk mendapat gambaran lengkap. Tetapi maksud Yohanes dinyatakan di Yohanes 20:31, “Inilah yang tertulis, supaya kalian percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, sang Mesias.” Yohanes menulis supaya dengan kepercayaan kita dapat memperoleh hidup kekal.

Marilah kita baca Yohanes 19:16 – 30, “Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Kemudian mereka mengambil Dia dan membawa-Nya pergi. 17 Sambil memikul salib-Nya, Dia pergi ke suatu tempat yang disebut Tempat Tengkorak, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota, 18 Dan disitu mereka menyalibkan Dia, dan bersama-sama dengan Dia, ada dua orang lain bersama Dia, sebelah-menyebelah, dan Yesus di tengah-tengah. 19 Nah Pilatus menulis sebuah judul dan memasangnya di kayu salib.

Dan tulisannya adalah: 'Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.' 20 Kemudian banyak orang Yahudi membaca judul ini, karena tempat di mana Yesus disalibkan letaknya di dekat kota; dan itu ditulis dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin. 21 Karena itu, kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus, "Jangan menulis, 'Raja orang Yahudi', tetapi, 'Dia berkata, 'Akulah Raja orang Yahudi'." 22 Jawab Pilatus, "Apa yang telah saya tulis, saya telah menulis."

23 Kemudian para prajurit, setelah mereka menyalibkan Yesus, mengambil pakaian-Nya, dan membuat empat bagian, untuk setiap prajurit satu bagian, dan juga jubah. Nah jubah itu tanpa jahitan, ditenun dari atas kebawah dalam keadaan utuh. 24 Karena itu mereka berkata di antara mereka sendiri, “Janganlah kita merobeknya, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya,” supaya Alkitab digenapkan yang mengatakan: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka.

Dan mereka membuang undi untuk jubah-Ku.” Oleh karena itu para prajurit melakukan hal-hal ini.” 25 Sekarang di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya, dan saudara perempuan ibu-Nya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena. 26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya, dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekat-Nya, Dia berkata kepada ibu-Nya, "Ibu, lihatlah anakmu!" 27 Lalu Dia berkata kepada murid itu, “Lihatlah ibumu!”

Dan sejak saat itu murid itu membawanya ke rumahnya sendiri. 28 Setelah itu, Yesus, tahu bahwa segala sesuatu sekarang telah tercapai, berkatalah,Dia supaya genaplah yang tertulis di Alkitab, "Aku haus!" 29 Di situ ada bejana berisi anggur asam; dan mereka menaruh bunga karang yang penuh anggur asam itu pada sebatang hisop dan membawanya ke mulut-Nya.30 Jadi setelah Yesus menerima anggur asam itu, berkatalah Dia, "Sudah selesai!" Dan sambil menundukkan kepala-Nya, Dia menyerahkan nyawa-Nya.”

Penyaliban Tuhan Yesus Kristus adalah tindakan kasih dan keadilan ilahi yang paling memberkati yang pernah ada. Dan walaupun orang-orang Yahudi terlibat dalam penolakan Kristus dan ingin Dia dibunuh, dan sebenarnya orang-orang Romawi melakukan pembunuhan itu, tetapi Allahlah yang menggenapi rencana-Nya. Allah menjamin keselamatan kekal bagi jutaan jiwa-jiwa dan membuka surga bagi mereka, tanpa mengkompromi keadilan-Nya.

Allah harus menghukum dosa dan karena itu Ia menghukumnya di dalam Kristus; ini melindungi kekudusan-Nya. Tetapi Dia juga ingin mengampuni orang-orang berdosa, karena itulah kasih-Nya. Kasih dan kekudusan jadi bertemu di kayu salib. Tuhan kita Yesus bukan hanya korban dari orang-orang yang tidak adil dan jahat. Dia mati dengan rela dan tunduk pada kehendak Bapa yang telah mengutus Dia menjadi korban untuk menebus dosa-dosa seluruh umat-Nya.

Di permukaan mungkin kalian berpikir bahwa tidak ada kemuliaan dalam kematian Kristus, di mana Anak Allah dipakukan di kayu salib, digantung telanjang, karena pakaian-Nya diperjudikan di kaki salib. Tetapi Yohanes ingin kita melihat kemuliaan Kristus, dalam empat cara: dengan mengacu pada Alkitab, dengan mengacu pada judul, dengan mengacu pada simpati Tuhan kita dan dengan mengacu pada keunggulan-Nya atas kematian.

Hal pertama yang kita lihat dalam penyaliban Kristus di tulisan Yohanes adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi menggenapi Alkitab. Inilah bukti yang sangat besar, karena orang-orang yang melakukan semua ini kepada Yesus adalah orang-orang penyembah berhala yang tidak ada hubungannya dengan Alkitab. Tidak ada upaya di pihak mereka untuk memenuhi apa pun. Mereka hanya melakukan apa yang biasa mereka lakukan. Mereka melakukan apa yang selalu mereka lakukan di penyaliban.

Ayat 17, “Sambil memikul salib-Nya, Yesus pergi ke tempat yang disebut Tempat Tengkorak, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota.” Biasanya para korban penyaliban sangat ketakutan, tetapi Yesus pergi dengan rela. Kata "Keluar" berarti keluar dari kota yang diwajibkan dalam Imamat 16 dan juga dalam Ibrani 13:11. Golgota adalah sebuah bukit yang berbentuk tengkorak. Ayat 18, Dan disitu mereka menyalibkan Dia, dan bersama-sama dengan Dia, ada dua orang lain sebelah-menyebelah, dan Yesus di tengah-tengah.

Kita diberi gambaran Kristus ini dalam Bilangan 21, di mana orang-orang Israel diselamatkan ketika mereka memandang keatas ke arah ular, seperti yang dijelaskan dalam Yohanes 3:14. Yesus sendiri mengatakan ini dalam Yohanes 8:28 dan lagi dalam Yohanes 12:32. Penyaliban itu sendiri dijelaskan dalam Mazmur 22. Mazmur 22:18 dan dikutip langsung dalam ayat 24. "Mereka menyalibkan Dia di antara dua orang lain," yang dijelaskan dalam Yesaya 53:9, "Dia terhitung di antara orang-orang jahat."

Lihatlah ayat 23 - 24, para prajurit membagi pakaian luar menjadi empat, tetapi ada 'jubah' yang mulus. Hanya imam besar saja memakai pakaian tanpa jahitan. Mereka memutuskan untuk tidak merobeknya tetapi untuk membuang undi. Itu menggenapi Mazmur 22:18 dengan tepat. Semua yang dilakukan tentara adalah menggenapi nubuatan, menggenapi Alkitab hingga ke detail terkecilpun. Dan di sinilah terdapat kemuliaan Kristus.

Ayat 19, “Nah Pilatus menulis sebuah judul dan memasangnya di kayu salib. Dan tulisannya adalah: 'Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.' Ayat 20 berkata judul itu ditulis dalam tiga bahasa, Ibrani, Latin dan Yunani. Itulah bahasa-bahasa yang dipilih Pilatus supaya semua orang bisa membacanya. Tetapi dalam sarkasmenya, dia menyatakan kebenaran mutlak, karena inilah Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Dia adalah Mesias; Yang Diurapi.

Ayat 21 - 22, “Karena itu, imam-imam kepala orang Yahudi berkata kepada Pilatus, “Jangan menulis, ‘Raja orang Yahudi,’ tetapi, ‘Dia berkata, ‘Akulah Raja orang Yahudi.” 22 Pilatus menjawab, "Apa yang telah saya tulis, saya telah menulis." Dia telah diperas oleh orang-orang Yahudi untuk mengeksekusi Yesus, dan inilah caranya untuk membalas dendam. Tetapi inilah ironi yang pertama kali muncul di bagian yang menakjubkan ini.

Sungguh suatu ironi bahwa orang-orang jahat, yang tidak bertuhan dan bodoh melakukan hal terburuk yang dapat mereka lakukan, sedang menggenapi Kitab Suci. Sungguh ironis bahwa gubernur Romawi Pilatus, yang ingin membalas dendam dan mencemooh orang-orang Yahudi, akhirnya menempatkan pernyataan di atas kepala Yesus yang sepenuhnya benar. Orang-orang Yahudi, imam-imam kepala, Sanhedrin, Pilatus, dan tentara Romawi semuanya bodoh.

Dia adalah Raja bukan hanya atas Israel, tetapi Dia akan menjadi Raja seluruh dunia, dan Filipi 2:10 mengatakan, “Setiap lutut akan bertekuk.” Dan Allah menggunakan tanda itu untuk menyelamatkan seorang pencuri yang sekarat di samping Yesus. Marilah kita lanjutkan cerita di ayat 25, “Tetapi berdiri di dekat salib Yesus adalah ibu-Nya, dan saudara perempuan ibu-Nya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena.

Ayat 26 - 27, Ketika Yesus melihat ibu-Nya, dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekatnya, Dia berkata kepada ibu-Nya, 'Wanita, lihatlah, anakmu!' 27 Lalu Dia berkata kepada murid itu, 'Lihat, ibumu!' Dan sejak saat itu murid itu membawanya ke rumahnya sendiri.” Disini terlihat tindakan simpati terhadap Maria, ibu-Nya. Di kaki salib hanya ada empat pengikut Yesus.

Para rasul telah melarikan diri, kecuali satu pria, dan itu adalah Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, dan tiga wanita. Itu memang hal yang berani untuk dilakukan, karena mereka mengidentifikasikan dengan seorang penjahat yang sedang dieksekusi. Itu membutuh keberanian untuk muncul, itu membutuh kasih yang luar biasa. Ibu Yesus hanya diidentifikasikan oleh Yohanes sebagai ibu-Nya tanpa menyebut namanya.

Ini konsisten dengan profil rendah yang dimiliki Maria dalam Perjanjian Baru. Sudah jelas dia dipilih oleh Allah untuk menjadi ibu duniawi dari Tuhan Yesus Kristus, tetapi dia tidak ada tempat khusus dalam penebusan di luar itu. Maria dikasihi oleh Dia dengan kasih yang tidak seperti kasih lain yang pernah dikenal manusia lain, dan akibatnya Maria mencintai Yesus dengan cara khusus yang tidak dapat dibandingkan dengan mencintai orang lain.

Dan di sini itu berakhir di salib, seperti sebuah pedang menembus jiwanya. Yusuf telah menghilang jauh sebelum ini; tentu saja dia sudah mati. Maria telah diurus oleh Yesus, dan saudara-saudari; tetapi pada titik ini, tidak seorang pun dari mereka percaya kepada-Nya. Jadi sekarang ibu-Nya membutuhkan seseorang untuk merawatnya, seseorang yang sangat percaya kepada Yesus, dan orang itu adalah murid yang dikasihi Yesus; yaitu Yohanes.

Yohanes telah mengalami kasih Kristus dan itu telah mengubahnya, sampai dia dikenal sebagai rasul kasih, dan jika ada sesuatu yang mengidentifikasikan Injilnya adalah bahwa dia memahami kasih Allah, dan kasih Kristus. Karena ia telah dikasihi oleh Tuhan maka ia pun mengasihi untuk membalasnya. Jadi Yesus melihat ke bawah dan melihat saudara perempuan ibu-Nya, Salome, istri Zebedeus, yang adalah bapa Yakobus dan Yohanes.

Dan kemudian ada Maria, istri Clopas. Dia adalah ibu dari rasul Yakobus putra Alfeus, dan Maria Magdalena, wanita yang Lukas 8 katakan telah dibebaskan dari delapan setan-setan oleh Tuhan. Tiga dari wanita ini bernama Maria, yang berarti kepahitan. Ini adalah nama populer, karena itulah nama Miryam, saudara perempuan Musa. Banyak ibu-ibu Yahudi memilih itu.

Maria bukanlah makhluk supranatural; dia adalah seorang janda yang telah kehilangan cintanya yang terbesar, yaitu Putra sulungnya; dan anak-anaknya yang lain tidak percaya kepada-Nya. Maka Yesus melihat ke bawah ke arahnya dan berkata, "Wanita, lihatlah, anakmu!" dan Dia mengarahkannya kepada rasul Yohanes, karena Dia melihat kepada Yohanes di ayat 27, dan berkata, “Lihatlah, ibumu!” Sejak saat itu murid itu membawanya ke rumahnya sendiri.

Yesus berkata, "Wanita." Dan Anda mungkin berpikir itu kurang sopan. Mengapa Dia tidak memanggilnya ibu? Nah, panggilan itu sudah hilang tiga tahun sebelum ini ketika Dia mulai pelayanan-Nya. Mukjizat pertama yang Dia lakukan adalah dalam Yohanes 2 pada pernikahan di Kana. Mereka kehabisan anggur, dan Maria datang kepada Yesus dan berkata, "Mereka kehabisan anggur," dan Yesus menjawab, "Wanita." 'Wanita' adalah istilah martabat dan rasa hormat.

Itu membawa kita kepada supremasi Kristus dalam ayat 28 - 30, “Sesudah itu Yesus, yang tahu, bahwa sekarang segala sesuatu telah diselesaikan, supaya Alkitab digenapi, berkata: “Aku haus!” 29 Di situ ada bejana berisi anggur asam; dan mereka menaruh bunga karang yang penuh anggur asam itu pada sebatang hisop dan membawanya ke mulut-Nya.” 30 Jadi, setelah Yesus menerima anggur asam itu, Dia berkata, "Sudah selesai!" Dan sambil Dia menundukkan kepala-Nya, Dia menyerahkan nyawa-Nya.”

Di sini Dia mengendalikan kematian-Nya. Pertama-tama kalian melihat kemahatahuan-Nya. Dikatakan, "Yesus, yang tahu bahwa segala sesuatu telah diselesaikan." Sebelumnya di dalam doa Yohanes 17:4, Dia berkata, "Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk dilakukan." Itu mengantisipasi saat ini beberapa jam kemudian pada hari berikutnya. Tetapi ada satu nubuatan yang belum digenapi, jadi Dia berkata, “Aku haus.” Dia memikirkan Mazmur 69:21.

Mazmur 69:21 mengatakan, "Mereka memberi saya empedu, tetapi untuk kehausan saya, mereka memberi saya anggur asam untuk diminum." Nubuatan itu harus digenapi, jadi ayat 29 mengatakan, “Disitu ada sebuah bejana berisi anggur asam; dan mereka menaruh bunga karang yang penuh anggur asam itu pada sebatang hisop dan membawanya ke mulut-Nya.” Mereka telah mencoba memberi Dia empedu, tetapi Dia tidak mau mengambilnya, karena empedu adalah obat penenang untuk mencoba mengurangi rasa sakit.

Kalian perlu tahu Dia mati jauh lebih cepat dari jadwal untuk orang-orang yang disalibkan. Jika pernah ada seorang pria yang sekuat itu, Dia adalah pria itu. Tidak ada dosa, tidak ada korupsi, dan penting bagi kalian untuk mengetahui bahwa ketika Dia mati, Dia mati karena Dia menghendaki diri-Nya mati, dan Dia menyerahkan roh-Nya. Dikatakan dalam Matius 27:50 dan Markus 15:37 bahwa ketika Dia berkata, "Sudah selesai," Dia berteriak.

Dalam Yohanes 10:17-18 Yesus berkata, “Tidak seorang pun dapat mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku; Aku meletakkannya dari Diri-Ku sendiri. Aku memiliki kuasa untuk meletakkannya; Aku punya kuasa untuk mengambilnya lagi.” Dan Dia akan melakukan itu pada hari Minggu pagi: “Sudah selesai!” Apakah yang Dia selesaikan? Dia menyelesaikan penebusan dengan substitusi. Dia selesai menanggung murka Allah atas dosa-dosa umat-Nya. Semua inilah kesaksian kuat tentang keilahian Kristus.

Sekali lagi, ada ironi luar biasa lain di Kalvari, Matius dan Markus memberi tahu kita bahwa pencuri ini, seperti yang lain, mulai “melecehkan Yesus.” Inilah transformasi seseorang melalui apa yang dia lihat dalam kematian Yesus; dia ditransformasikan di kayu salib. Dia menjadi takut akan Allah. "Apakah kamu bahkan tidak takut Allah?" katanya kepada sesama kriminalnya. Orang berdosa ini berubah dari menghujat Yesus menjadi penegur pencuri lainnya.

Dia bukan saja takut akan Allah, tetapi dia memahami keberdosaannya sendiri. Dia mengatakan kepada pencuri lain, “Dan kami benar-benar menderita secara adil, karena kami menerima apa yang pantas kami terima untuk perbuatan kami.” Dia tahu dia membutuhkan belas kasihan, anugerah, dan pengampunan dosa untuk menghindari penghakiman, dan dia dengar apa yang Yesus katakan di ayat 34, "Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," jadi dia tahu ada pengampunan, bahkan untuk orang kriminal yang terburukpun.

Dan kemudian dia tahu bahwa Yesus tidak berdosa. Dia berkata, "Orang ini tidak melakukan apa-apa." Dan dia berkata, “Ingatlah aku ketika Engkau datang dalam kerajaan-Mu!” Dia tahu tidak ada yang selamat dari penyaliban. Jadi dia tahu bahwa Yesus bukan hanya akan bangkit, tetapi Yesus juga dapat membangkitkan dia. Teologinya terbentuk saat dia melihat Yesus dalam kematian-Nya. Ketika Yesus hidup kembali, dia ingin hidup juga.

Kata Yesus, “Sesungguhnya hari ini kamu akan bersama-Ku di surga.” Dia melihat kuasa salib itu, dan dia tidak sendirian. Di dalam Lukas 23:47, “Ketika perwira itu melihat apa yang terjadi, ia mulai memuji Allah.” Jadi orang-orang Romawi ini memutuskan dengan melihat caranya Yesus meninggal bahwa Dia adalah Allah. Mereka melihat ada gelap gulita pada siang hari, ada gempa bumi besar, dan mereka melihat cara Dia mati, sampai mereka yakin akan kemuliaan-Nya. Apakah Anda juga yakin? Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content