Yesus di hadapan Pilatus
Published by Stanley Pouw in 2022 · 20 March 2022
Dalam Yohanes 18 kita berada di tengah serangkaian pengadilan yang dilalui Tuhan kita: tiga dari para pemimpin Yahudi dan tiga dari para pemimpin non-Yahudi. Semuanya ada enam bagian dari keadilan palsu ini, dan kita sudah berada di tahap satu dari pengadilan non-Yahudi dalam Yohanes 18:28. Marilah kita membaca teks sekarang kepada kalian mulai ayat 28 - 38, “Kemudian mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan, dan hari sudah pagi.”
“Tetapi mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan, supaya mereka tidak dicemarkan, tetapi agar mereka dapat makan Pelewatan itu. 29 Pilatus kemudian pergi menemui mereka dan berkata, "Tuduhan apa yang kalian ajukan terhadap Orang ini?" 30 Mereka menjawab dan berkata kepadanya, “Jika Dia bukan seorang penjahat, kami tidak akan menyerahkan Dia kepadamu.” 31 Lalu Pilatus berkata, "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum kalian."
“Oleh karena itu, orang-orang Yahudi berkata kepadanya, “Tidak sah bagi kami untuk membunuh seseorang,” 32 supaya genaplah perkataan Yesus yang diucapkan-Nya, yang menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. 33 Kemudian Pilatus masuk lagi ke gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus, dan berkata kepada-Nya, "Apakah Engkau Raja orang Yahudi?" 34 Yesus menjawab dia, "Apakah engkau berbicara sendiri tentang ini, atau apakah orang lain mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
35 Pilatus menjawab, “Apakah aku orang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan para imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku. Apakah yang telah Engkau perbuat?" 36 Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika kerajaan-Ku berasal dari dunia ini, hamba-hamba-Ku akan berperang, supaya Aku tidak diserahkan kepada orang-orang Yahudi; akan tetapi kerajaan-Ku bukan dari sini.” 37 Karena itu, Pilatus berkata kepada-Nya, “Jadi Engkau adalah raja?”
Yesus menjawab, “Benar katamu bahwa Aku adalah raja. Untuk alasan inilah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dunia, bahwa Aku harus bersaksi tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” 38 Kata Pilatus kepada-Nya, "Apakah kebenaran itu?" Dan setelah dia mengatakan ini, dia pergi lagi kepada orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka, "Aku tidak menemukan kesalahan apapun pada-Nya." Inilah tahap pertama dari pengadilan-Nya non-Yahudi di hadapan Pontius Pilatus.
Jadi ada tiga fase pengadilan itu: yang pertama di hadapan Pilatus, yang kedua di hadapan Herodes, dan akhirnya kembali ke Pilatus. Ketika kita sampai pada ayat 28 kita membaca bahwa mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan, yang adalah ruang pengadilan Romawi. Nah disini ada bentrokan kepribadian, yang semuanya penuh dosa, karena semuanya bersalah dalam beberapa hal atas keadilan palsu ini.
Satu-satunya orang yang bersinar sebagai orang benar, suci dan murni adalah Tuhan Yesus Kristus, yang dituduh melakukan kejahatan. Orang-orang yang menjadi pelaku keadilan semuanya jahat. Yesus adalah korbannya. Dia diejek; Dia dihina; Dia ditertawakan. Dia dijatuhi hukuman mati, namun kemurnian-Nya dan keagungan-Nya mendominasi kejadian itu dengan latar belakang semua dosa-dosa mereka.
Siapakah mereka? Ada Annas, imam besar kepala keluarga. Ada Kayafas, imam besar yang sedang memerintah. Ada Sanhedrin, yang harus menegakkan hukum para rabi dan hukum Musa. Ada Pontius Pilatus, gubernur Romawi itu. Ada Herodes Antipas, seorang raja yang memerintah di daerah itu. Ada saksi-saksi palsu. Dan ada orang banyak yang minta darah Yesus dan berteriak-teriak.
Ada juga tentara Romawi dan algojo Romawi. Semua orang jahat itu menentang Yesus untuk melakukan kerusakan mematikan kepada Anak Allah. Di tengah-tengah semua itu ada Dia, Anak Allah yang tidak bersalah. Dia disebut Anak kudus di dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Baru mengatakan dalam Lukas 23:4, "Dia tidak melakukan kesalahan apa pun." Paulus berkata, “Dia tidak mengenal dosa.” Petrus berkata dalam 1 Petrus, “Dia tidak berbuat dosa.”
Itu adalah kesaksian akan kesempurnaan-Nya yang kudus dari awal inkarnasi kehidupan-Nya hingga akhir-Nya. Dan semakin keras mereka bekerja untuk menuduh Dia sebagai penghujat dan pelawan dan pemberontak, yang adalah ancaman bagi orang Yahudi dan non-Yahudi, bagi kuasa Romawi, dan kuasa Allah sendiri, semakin agung Dia kelihatan-Nya. Kemuliaan Kristus terlihat sebagai kontras dibanding semua karakter lainnya.
Bangsa Romawi memang mengizinkan negara-negara mereka yang telah ditaklukkan memiliki pemerintahan sendiri dalam cara tertentu, dan mereka mengizinkannya di Israel. Tetapi mereka tidak mengizinkan orang-orang Yahudi untuk melakukan hukuman mati. Hukum Perjanjian Lama telah menetapkan hukuman mati. Kejadian 9, menetapkan hukuman mati; dan tulisan-tulisan Musa mulai memperluas hukuman mati untuk kejahatan selain pembunuhan.
Hukuman mati itu dirancang oleh Allah untuk menjadi pencegah, dan ketika itu digunakan dengan cepat, itu memang pencegah. Tetapi di bawah peraturan Romawi, hak untuk hukuman mati telah dicabut dari orang-orang Yahudi. Meskipun itu benar, tampaknya itu tidak mengganggu orang Yahudi ketika mereka membunuh Stefanus dengan batu. Dalam Kisah Para Rasul 7, mereka menghancurkan hidupnya dengan batu. Tidak ada diskusi tentang, "Kami tidak boleh melakukan ini."
Jadi mengapa tiba-tiba mereka begitu khawatir untuk membuat orang-orang Romawi mengeksekusi Yesus? Nah, saat itu perayaan Pelewatan dan ada ribuan orang Yahudi di sana, banyak dari mereka tahu tentang mujizat-mujizat dan ajaran Yesus. Ini mungkin akan menyebabkan semacam pemberontakan.” Tetapi itu bukan alasan sebenarnya. Talmud Yahudi mengatakan, “Penghakiman dalam masalah hidup dan mati telah diambil dari Israel pada tahun 30 M.”
Tahukah Anda bahwa orang Romawi membuat hukum ini pada saat kematian Kristus? Di sini kita melihat Allah berkuasa lagi. Jika Yesus harus mati, itu harus dilakukan menurut hukum Romawi yang baru, jadi orang Romawi harus menjadi algojo. Pada saat mereka melewati tiga fase pengadilan sipil ini, banyak orang menjadi haus darah, dan berteriak sekeras-kerasnya, “Salibkanlah Dia. Salibkanlah Dia.”
Kebencian dapat menyebabkan itu. Jadi orang-orang Yahudi memainkan peran penting dalam drama ini. Mereka menyebabkan seluruh peristiwa ini. Mereka membawa Yesus ke kayu salib. Mereka tidak dapat dilepaskan dari kematian Mesias mereka; mereka mendorong seluruh eksekusi, melalui pengadilan Yahudi, dan melalui pengadilan non-Yahudi. Dalam kebutaan mereka yang bodoh, mereka yakin bahwa mereka menghormati Allah dengan membunuh Anak-Nya.
Tuhan yang mulia itu diperlakukan seperti penjahat keji. Yang Kudus itu dikutuk sebagai penghujat. Para pembohong memberi kesaksian palsu melawan kebenaran yang hidup, dan Yesus yang adalah kebangkitan dan hidup itu akan mati. Yohanes membawa kita ke ruang pengadilan, Praetorium itu. Yohanes mulai di ayat 28, “Kemudian mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan, dan hari sudah pagi.”
“Tetapi mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu karena mereka takut dicemarkan, supaya mereka dapat makan Pelewatan itu.” Pengadilan Romawi awal dimulai saat fajar dan berakhir saat matahari terbenam, sama seperti pengadilan Yahudi. Jadi orang-orang Yahudi membuat hukuman mereka layak saat fajar menyingsing dengan menjatuhkan hukuman terakhir, dan kemudian cepat-cepat membawa tawanan mereka untuk menjadi yang pertama di pengadilan Romawi saat fajar menyingsing.
Tetapi tidak ada peraturan hukum Perjanjian Lama tentang upacara seperti itu. Para rabi telah menciptakan hal-hal ini untuk lebih lagi memisahkan orang-orang non-Yahudi. Menurut Misnah, yaitu kodifikasi hukum Yahudi, "Tempat tinggal orang non-Yahudi itu adalah najis." Penafsiran yang salah ini mengisolasi orang-orang Yahudi. Apa yang ada dalam hukum Allah adalah bahwa jika Anda menyentuh mayat ada kenajisan upacara.
Ini adalah tingkat kemunafikan yang luar biasa; mereka tidak ingin dicemarkan, tetapi mereka akan membunuh Anak Allah. Mereka dengan senang hati menuruti hukum duniawi yang mereka ciptakan sendiri sambil membunuh Yang datang untuk memenuhinya dan adalah Yang pada mulanya menulisnya. Jadi, inilah penghinaan dan rasa jijik yang tak tertahankan terhadap Allah dan Anak Allah yang membuat mereka bertindak munafik seperti biasa.
Sekarang pengadilan secara resmi dimulai di ayat 29, “Lalu Pilatus pergi menemui mereka dan berkata, “Tuduhan apa yang kalian ajukan terhadap orang ini?” Di sini kita melihat tahap pertama persidangan, tuduhan, atau dakwaan. Mereka tidak dapat menjalani sidang itu sampai ada tuduhan. Pilatus keluar, dia ingin ada tuduhan. Dialah hakimnya. "Siapakah Dia? Apakah yang telah Dia lakukan?" Dan Pilatus menemukan bahwa Yesus tidak bersalah.
Pilatus adalah seorang hakim, dan dia memiliki tanggung jawab untuk menegakkan hukum Romawi, dan dia tidak ingin menghukum mati Yesus. Tetapi dia melakukannya. Dia tahu Yesus tidak bersalah, dia berulang kali mengatakan Dia tidak bersalah, dan dia tetap mengeksekusi-Nya. Dia mencoba beberapa kali untuk keluar dari itu, istrinya mencoba untuk mengeluarkannya dari hal itu; tetapi dia tidak pernah bisa. Mengapa Pilatus menyerah pada orang-orang Yahudi ini dan mengeksekusi seseorang yang dia tahu tidak melakukan kejahatan?
Israel sering memiliki gubernur yang bertanggung jawab atas kuasa militer Romawi yang ada di sana, dan juga memiliki tanggung jawab hukum di daerah tersebut dan gubernur ini tidak boleh menerima suap atau menaikkan pajak. Dan mereka dapat disingkirkan jika orang-orang melaporkannya kepada kaisar dan mereka ternyata tidak layak. Jadi Pilatus berada di bawah ancaman terus-menerus dari orang-orang Yahudi yang dapat melaporkannya kepada Kaisar.
Dalam Yohanes 19:12, orang-orang Yahudi berkata kepada Pilatus, “Jika kamu melepaskan orang ini, kamu bukan teman Kaisar. Kami akan memberitahunya lagi." Mengapa Pilatus bahkan melepaskan Yesus ketika dia tahu Dia tidak bersalah? Karena ada pemerasan! Dia tidak berani karena dia membunuh Yesus untuk mempertahankan pekerjaannya. Jadi ayat 30, "Mereka menjawab dan berkata kepadanya, "Jika Dia bukan seorang pelaku kejahatan, kami tidak akan menyerahkan Dia kepadamu."
Pilatus minta tuduhan, tetapi mereka menuduhnya mempertanyakan integritas mereka. Tidak ada tuduhan. Mereka tidak dapat menemukan satu kejahatan pun, dan mereka telah mencoba. Di sini kita melihat lagi kemurnian-Nya. Jika mereka tidak ingin ada pengadilan, mengapa mereka datang? Ayat 31, Lalu Pilatus berkata kepada mereka, "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum kalian." Apakah Anda mengerti apa yang baru saja dia katakan kepada mereka? "Bunuhlah Dia sendiri."
Nah hukum mereka adalah Hukum Musa, yang memberi mereka hak hukuman mati, terutama dengan penghujat. Imamat 24:16 mengatakan bahwa penghujat harus dibunuh dengan batu. Tetapi orang-orang Yahudi berkata kepadanya, ayat 31, “Tidak sah bagi kami untuk membunuh seseorang,” Jadi sekarang mereka mengutip hukum Romawi. Mengapa mereka memaksakan masalah ini melalui Pilatus, melalui Herodes, dan kembali ke Pilatus?
Ayat 32 memberikan kita jawaban, “supaya genaplah perkataan Yesus yang diucapkan-Nya, yang menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.” Mengapa semua ini? Karena Yesus mengatakan ini dalam Yohanes 12:32, “Dan Aku, jika Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang kepada-Ku.” Dia akan mati dengan diangkat. Begitulah cara orang Romawi mengeksekusi penjahat, mereka mengangkat mereka di kayu salib.
Yesus menubuatkan penyaliban-Nya sendiri. Kegilaan kejadian ini semua di bawah kendali Allah yang berdaulat untuk memenuhi kata-kata spesifik yang dikatakan Yesus. Anda berkata, "Sepertinya detail yang sangat kecil." Tidak. Jika Dia pernah mengatakan dusta, Dia bukanlah seperti apa yang Dia klaim. Jadi tidak ada tuduhan. Ayat 33, “Kemudian Pilatus masuk lagi ke gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus, dan berkata kepada-Nya, "Apakah Engkau Raja orang Yahudi?"
Ayat 34, “Yesus menjawab dia, "Apakah engkau berbicara sendiri tentang ini, atau ada orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" Nah orang-orang Yahudi telah mengatakan Dia melarang penghormatan kepada Kaisar. Yesus mengatakan Dialah seorang raja, tapi tidak ada sesuatu yang naik ke tingkat masalah apapun untuk Roma. Ini bukanlah orang yang mulai revolusi. Yesus membayar pajak-Nya; dan Dia menyuruh para murid untuk membayar pajak mereka.
Ayat 35, “Pilatus menjawab, “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsamu sendiri dan para imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku. Apakah yang Engkau telah perbuat?" Inilah semacam masalah Yahudi yang tidak ada hubungannya dengan militer. Ayat 36, Yesus menjawab, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika kerajaan-Ku berasal dari dunia ini, hamba-hamba-Ku akan berperang, supaya Aku tidak diserahkan kepada orang-orang Yahudi; tetapi kerajaan-Ku bukan dari sini.”
Yesus adalah raja secara alam, dan Dia adalah raja atas kekuasaan rohani. Dia memerintah sebuah kerajaan di mana Dia menciptakan dan kemudian melahirkan kembali umat-Nya sendiri. Kerajaan Yesus ada di dalam suatu wilayah tersendiri. Dunia manusia menghasilkan banyak raja, banyak penguasa. Raja Yesus adalah surgawi, kekal, dan supranatural. Tidak ada apapun tentang Yesus yang menyerupai raja duniawi. Dia adalah Raja di atas segala Raja.
Wahyu 11 menunjuk pada suatu hari ketika kerajaan-kerajaan dunia ini akan menjadi kerajaan Tuhan kita. Ayat 37, Pilatus berkata kepada-Nya, “Apakah Engkau seorang raja?” Yesus menjawab, “Benar katamu bahwa Aku adalah seorang raja. Untuk alasan inilah Aku dilahirkan, dan untuk alasan inilah Aku datang ke dunia, supaya Aku dapat bersaksi tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengar suara-Ku.”
Ada dua hal di sana: “Untuk inilah Aku dilahirkan,” itulah kemanusiaan-Nya. “Untuk inilah Aku datang ke dunia,” itulah keilahian-Nya. Dia berada sebelum Dia lahir. Dia berada di surga sebelum Dia datang ke dunia. Dan mengapa? “Untuk bersaksi tentang kebenaran.” Dia adalah raja kebenaran; Kerajaan-Nya adalah kebenaran; Dia adalah kebenaran. Yesus berkata, “Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengar suara-Ku.”
Jika Anda menolak Kristus, Anda tidak tahu kebenaran itu. Dia adalah kebenaran abadi dan kebenaran keselamatan. Ayat 38, Pilatus berkata kepada-Nya, “Apakah kebenaran itu?” Dan setelah dia mengatakan ini, dia pergi lagi kepada orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka, "Aku sama sekali tidak menemukan kesalahan pada-Nya." Itulah postmodernisme. "Tidak ada kebenaran mutlak." Yesus mengatakan ini, “Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengar suara-Ku.”
Kristus itu tanpa cacat; Dia sempurna; Dia benar. Dialah anak domba tanpa cacat. Dia adalah raja kebenaran, yang difitnah, dituduh, dibenci, dianiaya, dieksekusi; dan apa yang Anda lihat dalam keseluruhannya adalah kesempurnaan-Nya yang mulia. Inilah pandangan sekilas tentang Kristus yang seharusnya memunculkan kasih di dalam hati Anda. Dalam Perjanjian Baru, Allah telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya. Apakah yang akan Anda lakukan dengan kebenaran itu? Marilah kita berdoa.