Allah berkuasa atas penglihatan dan suara
Published by Stanley Pouw in 2012 · 19 August 2012
Kita sekarang sedang mempelajari Matius 9:27-33 dan kita belajar tentang kuasa Allah atas penglihatan dan suara. Ketika Allah menciptakan manusia, Dia memberikannya kuasa atas dunia. Kerajaan itu indah dan penuh keajaiban, namun manusia berdosa; dan dia kehilangan mahkotanya. Kuasa manusia diambil alih oleh Iblis dan karena itu terjadilah suatu kerajaan penuh air mata, kesakitan, duka cita, penyakit, penderitaan, pembunuhan dan peperangan.
Namun hampir pada saat yang sama manusia jatuh, Allah menjanjikan bahwa Dia pada suatu hari akan memulihkan kerajaan itu. Nanti kerajaan gelap itu akan berakhir dan kerajaan terang akan mulai kembali. Dengan demikian Perjanjian Lama dipenuhi janji-janji bahwa Allah akan mengutus seorang pembebas, Raja yang akan memulihkan Kerajaan, dan yang akan menghapuskan penyakit dan kesakitan dan penyakit, duka cita, peperangan dan kematian juga.
Tujuan Matius dalam menulis adalah untuk memberitahukan kita bahwa Yesus adalah Mesias. Dialah orang-Nya dan untuk membukitkan bahwa Kristus memiliki kuasa untuk itu, di bab 8 dan 9, Matius menunjukkan kita kuasa-Nya yang ajaib, dan menghubungkan semua itu kepada nubuatan Perjanjian Lama. Dan Matius memberikan kita tiga kelompok mujizat.
Kita sekarang membicarakan kelompok mujizat ketiga, yang terutama berhubungan dengan kuasanya atas kematian di ayat 18 -26. Kita membahas itu minggu kemarin. Dan ini khususnya yang dikatakan Yesaya 65. Mesias berkuasa untuk memperpanjang hidup; dan di Daniel 12:2 Dia mengatakan Dia berkuasa untuk membangkitkan orang mati; dan jika Yesus memang Mesias, Dia harus menunjukkan kuasa itu dan memang itulah yang Dia lakukan saat Dia membangkitkan anak perempuan Jairus dari kematian.
Bukan saja Dia berkuasa atas orang mati, namun juga atas bagian-bagian tubuh manusia yang mati, seperti mata dan telinga mereka dan lidah mereka. Dan itu didemonstrasikan dalam bagian firman malam hari ini dan marilah saya membacakan dua bagian Perjanjian Lama yang menubuatkan ini.
Pertama dengarkanlah Yesaya 29:18 waktu dia membicarakan hari kedatangan Mesias, “Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat.” Dan Yesaya 35:5-6, “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. 6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai.”
Semakin banyak kita mempelajari Perjanjian Baru, semakin jelas bahwa Yesus memberikan kita suatu pratinjau yang menyilaukan dari apa yang akan terjadi dalam Kerajaan-Nya. Dia naik ke gunung dan mentransfigurasi diri, Dia membuka baju-Nya dan memperlihatkan mereka kemuliaan-Nya. Dan sekarang Dia munujukkan kita semua mujizat lain yang mencapai puncak dengan kuasa-Nya atas kematian.
Dan sekarang kita melihat mujizat penglihatan dan suara. Lihatlah Matius 9:27, “Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana.” Coba berhenti sebentar, Dia baru dari mana? Dari rumah Yairus, saat itu sudah malam dan masih banyak sekali orang disekitar-Nya. Namun sekarang ada dua kelompok orang, yang satu yang sudah mengikuti-Nya sepanjang hari ditambah orang-orang pelayat professional dan pemain musik yang sudah dibayar yang tadinya mengadakan pelayanan pemakaman untuk gadis kecil itu.
Jadi marilah kita membicarakan penyembuhan kedua orang buta itu di ayat 27, “Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti- Nya.” Kebutaan adalah gangguan umum di Mesir dan Israel. Bahkan Injil mencatat lebih banyak penyembuhan orang buta dari pada penyembuhan jenis lain.
Kemudian kita melihat teriakan orang ini waktu mereka mengikuti-Nya. Mereka berada dalam kerumunan sambil mendorong orang supaya mereka tidak ketinggalan dan mereka berteriak, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” Mereka sangat berani. Tentu saja mereka telah mendengar tentang Yesus.
Selalu orang-orang yang kehilangan, yang menderita, yang tidak layak, yang terbuang, yang putus asa, yang tersendiri, yang berdosa dan yang bersalah yang mengikuti Yesus. Tidak pernah ada yang menganggap dirinya mandiri, tidak pernah orang-orang yang memikir sumber daya mereka cukup. Orang buta ini berteriak karena mereka putus asa dan kebutuhan mereka banyak, mereka memohon dan mengemis. Keputusasaan seperti ini akan menghasilkan keselamatan.
Mengapa mereka memanggil Yesus dari Nazaret, Anak Daud? Apakah mereka tahu bahwa Dia adalah keturunan Yusuf yang adalah keturunan Daud? Apakah mereka tahu bahwa Dia keturunan Maria, yang menurut Lukas 3 juga menjadi keturunan Daud? Nah belum tentu mereka tahu hal-hal itu, namun istilah “Anak Daud” sudah terbiasa dipakai orang Yahudi untuk menyatakan Mesias.
Dia adalah Yang Dijanjikan, dan judul, “Anak Daud” itu adalah seluruh konsep kekuasaan dan kerajaan yang dibicarakan para Nabi. Di Lukas 1:32 malaikat berkata, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya.”
Lukas 2:4 mengatakan, “Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud.” Dan di Kisah Para Rasul 2 dikatakan tentang Kristus bahwa Dia adalah pemenuhan janji kepada Daud, dan Paulus mengatakan yang sama di dalam surat-suratnya dan Yohanes melakukan yang sama di Wahyu. Berulangkali Kristus dinamakan Anak Daud.
Jadi ketika kedua orang buta ini datang di ayat 27 dan mengatakan, “Anak Daud,” mereka menegaskan bahwa mereka percaya ini adalah Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu. Ketika Yesus datang dan melakukan semua mujizat-mujizat itu, bahkan membangkitkan orang mati, sudah terang bagi beberapa orang, termasuk kedua orang ini, bahwa Dialah yang memenuhi semua harapan mereka, jadi mereka langsung memberikan kepada-Nya judul Mesias.
Namun mereka berteriak sesuatu yang lain yang menolong kita mengerti sedikit tentang ketulusan hati mereka. Mereka mengatakan, “kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Mereka memiliki kebutuhan rohani yang sama dalamnya dengan kebutuhan fisik mereka. Mereka tahu mereka tidak layak dan karena itu mereka minta belas kasihan, dan itu tidak akan keluar dari orang-orang Farisi karena mereka selalu merasa kerohanian mereka sudah cukup baik.
Yesus adalah manusia yang paling murah hati yang pernah hidup. Dia menjangkau orang sakit dan menyembuhkan mereka. Dia menjangkau orang cacat dan memberikan mereka kaki untuk berjalan. Dia menyembuhkan mata orang buta, telinga orang tuli dan mulut orang bisu.
Dia menemukan pelacur dan pemungut cukai dan mereka yang bejat dan mabok dan Dia menarik mereka kedalam lingkaran kasih-Nya dan menebus mereka dan mendirikan mereka kembali. Dia ambil mereka yang merasa sendirian dan menyebabkan mereka merasa dikasihi. Dia ambil anak-anak kecil dan merangkul dan mengasihi mereka. Tidak ada seorangpun di seluruh dunia yang memiliki belas kasihan seperti Dia.
Pernah ada prosesi pemakaman yang lewat di Lukas 7, dan Yesus melihat seorang janda menangis, karena anak satu-satunya meninggal. Dia sudah menjadi janda dan sekarang tidak ada anak yang dapat mengurus dia di hari tuanya. Siapa peduli? Yesus memberhentikan prosesi pemakaman, menyentuh anak itu dan membangkitkan anak itu dari antara orang mati, karena Dia benar peduli.
Sekarang marilah kita kembali kepada orang buta itu. Yang menarik adalah bahwa Yesus seolah-olah tidak memedulikan mereka. Dia terus membiarkan mereka curhat, terus menerus mewujudkan keaslian iman mereka sebagai cara untuk menarik mereka dari pada yang dangkal. Jika iman mereka benar tulus, mereka akan bertahan. Dan mereka terus mengikuti-Nya, jadi dengan demikian Dia menguji iman mereka.
Di ayat 28, pada akhirnya Dia merespon kepada mereka, dikatakan, “Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah.” Rumah siapa? Kita tidak tahu pasti, namun mungkin itu rumah Petrus di Kapernaum. Dan lihatlah apa yang dikatakan, “datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya.” Dia masuk kerumah dan mereka terus saja ikut masuk juga. Tidak seorangpun dapat mulai memahami seperti apa keadaan Yesus dimana orang-orang yang putus asa terus mengelilingi-Nya selama pelayanan-Nya.
Setiap penyembuhan yang kita lihat dalam bab ini memerlukan ketekunan, dan begitulah caranya Yesus menarik keluar iman yang sejati. Karena itu sampai sekarang semua penyembuhan yang kita melihat bukan saja penyembuhan fisik, akan tetapi konversi rohani juga. Orang lumpuh dan teman-temannya, untuk menyembuhkannya mereka harus membikin lubang di atap rumah itu. Itulah ketekunan nyata.
Dan pemimpin itu bertekun meskipun anak perempuannya sudah meninggal. Dan kita melihat wanita yang ada masalah perdarahan yang memegang ujung jubah-Nya, dan Yesus tidak menyembuhkannya secara fisik saja. Dan disini Dia membiarkan orang buta itu mengikuti-Nya sampai masuk ke rumah itu dan baru didalam rumah itu Dia berpaling kepada mereka.
Dan di ayat 28, “Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mengapa Dia menanyakan hal itu? Tujuan pertanyaan itu bukan untuk menyangkal iman mereka atau mempertanyakan apakah mereka percaya Dia berkuasa untuk melakukan itu. Yesus tahu mereka percaya. Alasannya Dia menanyakan mereka adalah untuk mendengar kesaksian pengakuan iman mereka dalam kata-kata mereka sendiri.
Rasul Paulus mengatakan di Roma 10:9, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Yesus menarik keluar pengakuan verbal, penegasan iman itu sebagai kesaksian apa yang diperlukan untuk konversi tulen. Dia berkata, “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya."
Injil itu penuh dengan kejadian-kejadian dimana Yesus menyembuhkan orang yang tidak percaya. Yesus ingin memisahkan orang buta ini dari semua orang yang hanya ingin mencari penyelamat politik, seseorang yang penuh karisma atau seorang pelaku mujizat. Jadi Dia menanyakan apakah kamu percaya bahwa Aku mewakili kuasa Allah untuk menyembuhkan kebutaan kamu?
Iman sejati diperlukan untuk konversi, dan Dia ingin membawa orang-orang ini sejauh mana iman mereka akan membawa mereka; dan ketika ada orang yang mengatakan, “Saya perlu belas kasihan,” dan “Engkaulah Mesias yang dijanjikan,” dan mengatakan, “Aku percaya engkau memiliki kuasa ilahi Allah,” dan mengatakan, “Ya Tuhan,” itu iman yang menyelamatkan, dan Yesus menarik mereka kepada pengakuan seperti itu.
Dari hal ini marilah kita sekarang melihat konversi orang-orang itu. Ayat 29 mengatakan, “Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu. 30 Maka meleklah mata mereka. "Dan bukan saja mata jasmani mereka terbuka, namun pada saat itu juga mata rohani mereka terbuka dan iman mereka berbunga dan mereka menjadi anak-anak Allah.
Yesus sering menyentuh orang dan dengan cara itu memperlihatkan kelemahlembutan-Nya. Dia menyentuh mata mereka dan langsung mata mereka sembuh. Perhatikanlah frase pada akhir ayat 29, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Jadi iman mereka sebesar apa? Apakah iman mereka cukup besar untuk penyelamatan? Iyalah.
Iman adalah ember yang dicelupkan ke dalam sumur keselamatan. Iman adalah tas yang di dalam dirinya bukan kekayaan tetapi yang berisi kekayaan. Iman adalah sesuatu yang dapat menerima apa yang Allah berikan, dan Dia mengatakan, tas Anda cukup besar untuk menerima semua yang Aku ingin berikan kepadamu. Embermu cukup besar untuk mengambil air yang Kusediakan di sumur keselamatan.
Sekarang dengarkanlah perintah yang diberikan mereka di ayat 30, “Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini." Bagaimana caranya melakukan itu? Apakah kita harus berpura-pura masih buta? Orang yang mengenal kita pasti akan tahu. Apakah maksud-Nya?
Pertama, proklamasi orang buta ini adalah “Anak Daud” dan itu judul Mesias, Pewaris tahkta, yang mungkin dapat menyebabkan banyak masalah. Orang Yahudi tentu salah mengerti karena Dia tidak datang dari pemimpin-pemimpin agama Yahudi, dan orang Romawi pasti tidak akan mengerti itu juga karena satu-satunya raja adalah Kaisar.
Dan akhirnya pengakuan bahwa Yesus raja membawa Dia kepada kayu salib, dan apa yang Dia katakan sekarang adalah, “Sekarang belum waktunya untuk itu.” Allah memiliki jadwal waktu ilahi tersendiri. Dan orang-orang ada kebiasaan untuk memandang Dia hanya sebagai pekerja mujizat, yang memberikan kesan yang salah kepada semua orang.
Masih ingat di Yohanes 6:26 ketika Yesus memberi makan kepada 5000 orang, mereka langsung ingin mengangkat-Nya menjadi raja? Dan Yesus mengatakan kepada mereka setelah mereka mengikuti-Nya kemana-mana, “sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.”
Yesus ingin orang datang dan melihat sendiri, dan mengambil keputusan sendiri dari pada mengambil keputusan berdasarkan perkataan dan pikiran orang lain. Mungkin kita ragu-ragu kedua orang buta itu benar-benar anak Allah jika mereka hanya keluar saja dan langsung tidak taat akan perintah-Nya, namun marilah kita melihat apa lagi mereka lakukan.
Ayat 32, “Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.” Itu diterjemahkan di Matius 11:5 sebagai orang tuli, mungkin itu berarti bisu dan tuli. Orang ini salah satu teman mereka. Inilah komitmen orang buta ini, mereka membawa sesama pengemis. Dan tulinya khususnya di terangkan di ayat 32, sebagai kerasukan setan.
Jadi kita melihat di ayat 33, “Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Ini sama sekali tidak membicarakan iman orang ini, namun yang kita tahu adalah bahwa kedua orang buta itu langsung menjadi berguna bagi Kristus karena mereka ikut membawa orang lain kepada-Nya.
Kisahnya sederhana, namun ini analogi yang sangat indah tentang keselamatan. Kebutaan mereka sama seperti kebutaan rohani. Pertama mereka ada kebutuhan, dan mereka menyadari hal itu. Disitulah mulai proses penyelamatan. Tidak ada orang yang akan datang ke Allah kecuali dia menyadari kebutuhan itu. Dia tidak memiliki sumber daya, tidak ada pengharapan. Dia tidak dapat membedakan yang mana benar, ada perasaan putus asa.
Mereka tahu siapakah Yesus; dan mereka tahu Dia adalah Mesias, Anak Daud. Mereka mencari dan mereka mendapatakan kebenaran. Perjanjian Lama mengatakan di Amsal 8:17, “Dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.” Dan itu disertai perasaan keberdosaan mereka sendiri. Mereka mengatakan, “Ampunilah kami,” kami memerlukan sesuatu yang kami tidak layak.
Kemudian datanglah pengakuan mereka. “Apakah kamu percaya?” “Iya Tuhan,” penegasan bahwa Dia adalah Tuhan. Dan setelah itu datanglah konversi mereka, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Dan tahukah apa yang sering terjadi sesudah konversi? Kelemahan dan ketidaktaatan.
Mengapa? Karena setelah mereka lahir baru, mereka masih bayi di dalam Kristus, benar? Dan bayi itu tidak tahu perbedaannya yang benar dan yang tidak, dan mereka bisa saja terombang-ambing. Mereka masih belum tahu hal-hal Allah yang dalam, dan tentunya mereka gampang tidak taat.
Namun, dicampur dengan ketidaktaatan mereka ada keinginan mereka untuk membawa orang lain kepada Yesus Kristus. Dan ini memang sering terjadi dengan orang Kristen baru. Mereka masih belum tahu semuanya yang termasuk. Yesus menyembuhkan orang ini untuk menunjukkan kepada kedua orang buta ini bahwa mereka berguna bagi Dia untuk memajukan Kerajaan.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda berguna dalam memajukan Kerajaan? Apakah Anda mau membawa teman-temanmu kepada Kristus? Apakah Anda masih bayi atau Anda sudah orang Kristen dewasa yang rela mengutamakan Kristus diatas segala sesuatu yang lain? Marilah kita berdoa.