Mulailah Saling Mengasihi

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Mulailah Saling Mengasihi

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2012 · 4 March 2012

Matius 7:7-12, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." 12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Ayat 12 adalah ayat kunci, dan bagian pertama dari ayat 12 adalah kuncinya bagi kita. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Sisa ayat itu memberi komentar dan berhubungan dengan kebenaran besar itu. Ada yang menamakannya etika gunung Everest. Tidak diragukan lagi, ini merupakan standar tertinggi dari segala hubungan manusia. Kita tahu ini dinyatakan dalam Peraturan Emas, “Perlakukanlah orang lain dengan apapun yang Anda ingin mereka lakukan kepadamu.”

Edersheim, ilmuwan Kristen Ibrani besar mengatakan tentang pernyataan itu, “Ini paling dekat kepada kasih mutlak yang sifat manusia mampu melakukan.” Dan Uskup Ryle menulis, “kebenaran ini menyelesaikan ratusan hal yang berbeda. Ini mencegah perlunya ada peraturan-peraturan kecil tanpa batas untuk perilaku kita dalam kasus- kasus tertentu.”

Saya percaya ada banyak hal etika yang dapat dilakukan dunia, dan kadang-kadang mungkin ada yang melakukan hal baik seperti itu. Namun kepenuhan pengertian apa yang dimaksudkan etika ini hanya mungkin bagi orang yang percaya, dan bukan bagi orang yang tidak percaya.

Kita belajar bahwa dari sudut Kekristenan kita adalah suatu Kerajaan dan Allah adalah raja kita. Allah adalah raja yang memerintah, berkuasa dan berdaulat, dan kita adalah subyek-Nya. Namun itu bukan metafora satu-satunya saja. Tuhan kita di Khotbah di Bukit juga mengatakan kita adalah keluarga. Konsep kerajaan berkaitan dengan peraturan dan konsep keluarga berkaitan dengan hubungan.

Malah di Efesus dikatakan bahwa kita adalah anggota keluarga Allah. Berkali-kali Yohanes mengatakan, “Kita adalah anak-anak Allah.” Matius telah memberitahukan kita dengan jelas sekali melalui perkataan Yesus bahwa Allah adalah Bapa kita, di dalam surga. Dan ada hubungan diantara anak-anak–Nya dan ini menyebabkan ada akibat yang sangat penting.

Nah, Yesus mengatakan di Matius 22, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Yesus mengatakan semua wahyu Alkitab dapat diringkaskan, semua informasi ilahi dapat disimpulkan, semua dapat di singkatkan kedalam realitas dua hal: hubungan dengan Bapa dan hubungan dengan saudara. Dan Anda tidak mungkin memiliki yang kedua selain Anda memiliki yang pertama. Kecuali Anda berhubungan baik dengan Allah, Anda tidak mungkin sanggup memenuhi standar kasih di ayat 12.

Nah, ini konsisten dengan Perjanjian Lama. Di Ulangan 6:5 terdapat bagian pertama, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Di Imamat 19:18 terdapat bagian kedua, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.” Jadi Hukum Taurat adalah untuk hubungan yang benar dengan Dia sebagai Bapa dan hubungan yang benar dengan orang lain sebagai saudara seiman.”

Bagian tertentu ini, ayat 1-12 adalah klimaks tema utama seluruh khotbah, yaitu untuk mengemukakan standar hidup di dalam kerajaan Allah. Dia mulai dengan standar yang berhubungan dengan diri kita, standar berhubungan dengan dunia, berhubungan dengan Firman, berhubungan dengan moralitas, berhubungan dengan agama dan berhubungan dengan uang dan harta milik. Dan sekarang kita datang kepada standar hubungan manusia.

Orang Farisi bersalah tentang diri mereka, tentang dunia dan tentang hukum Allah. Mereka salah tentang moralitas, tentang agama dan tentang uang dan harta milik. Dan mereka benar-benar salah tentang hubungan antara manusia. Mereka membenarkan diri, egois, bangga, congkak, yang mendirikan mereka di tempat yang tinggi dan mencemoohkan semua orang lain. Mereka sendiri telah melanggar standar dasar hubungan manusia.

Dan pada intinya Yesus berusaha untuk mendorong mereka kepada keputusasaan untuk mengatakan, “Kita tidak layak masuk ke dalam kerajaan Allah.” Dan saat mereka melihat hal itu, baru mereka mulai merespon dengan cara baik. Dengan kata lain, mereka harus mendengar kabar buruk dulu sebelumnya mereka terdorong ke arah kabar baik.

Dan setelah bagian ini, di ayat 13, baru Dia memberikan mereka undangan-Nya. Dia mengatakan, “Nah setelah kami menunjukkan dimana kamu berada, Anda dapat berjalan di jalanan lebar yang menuju kepada kebinasaan, jika memang itu keinginan Anda. Atau Anda dapat masuk ke pintu yang sesak. Dan itulah undangan yang datang setelah tema utama pesan itu.

Nah seluruh konsep ayat–ayat 1-12 dapat di ringkaskan dalam satu pernyataan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Nah, mengasihi orang ada dua sisi, ada yang negatif dan ada yang positif. Mengasihi seseorang berarti ada hal-hal yang janganlah dilakukan pada mereka dan ada hal lain yang harus dilakukan, benar? Karena itu ayat 1-6 adalah negatif dan ayat 7-12 adalah positif.

Jika Anda harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, jika Anda harus mengasihi caranya Allah ingin Anda mengasihi, jika kasih itu menguasai kehidupan kita dan kasih itu harus membimbing segala hubungan manusia, maka kita harus menyadari bahwa kasih itu tidak mengritik, menghakimi, menyalahkan dan mengutuk orang-orang yang tidak memenuhi standar kita sendiri.

Namun kasih itu lebih dari pada tidak melakukan sesuatu. Kasih bukan saja tidak melakukan beberapa hal, kasih itu adalah melakukan hal-hal tertentu dan karena itu kita ada keseimbangan di ayat-ayat 7-12. Dan kita akan mempelajari hal itu malam ini.

Jadi marilah kita melihat prinsipnya dulu, di ayat 12, “Jadi segala sesuatu,” bukan dalam beberapa hal saja, bukan hampir semua hal, “yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Dan kuncinya adalah kita karus berperilaku seperti kita ingin mereka berperilaku. Ini bukan berarti mereka telah berbuat baik atau nanti akan berbuat baik. Malah, kita mungkin tahu mereka pasti tidak akan melakukan itu. Namun itu tidak mengubah apa yang kita harus perbuat.

Kasih tidak menghakimi, kasih tidak mengritik. Dan kasih juga menjangkau dan melakukan terhadap orang lain apa yang ingin dilakukan terhadap dirinya, meskipun ada pengetahuan bahwa itu tidak pernah akan dilakukan. Peraturan ini didirikan oleh Yesus. Maksud saya, agama-agama manusia dan filsafat manusia dan sikap manusia telah menemukan konsep negatif yang hampir sama, namun mereka tidak pernah sanggup mencapai yang positif.

Semacam Peraturan Emas negatif muncul di hampir semua sistim etika. Misalnya, rabi Ibrani terkenal Hillel punya prinsip negatif seperti ini. Dia mengatakan, “Apakah yang Anda benci, janganlah perbuat terhadap orang lain.” dengan kata lain, janganlah perbuat sesuatu yang Anda tidak ingin orang lain berbuat terhapada Anda. Ini prinsip “janganlah.”

Anda bisa saja melihat ajaran Kong Hu Cu, “Apa yang Anda tidak ingin dilakukan terhadap diri Anda, janganlah lakukan terhadap orang lain. Setiap macam etika sampai sekarang adalah hal “janganlah.” Diantara orang Yunani Epiktetus mengatakan, “Penderitaan yang Anda hindari, janganlah ditimpakan kepada orang lain.” Orang Stoik mengatakan, “Yang Anda tidak ingin orang lakukan terhadap Anda, janganlah lakukan terhadap orang lain.”

Kelihatannya seluruh dunia tahu apa yang janganlah mereka lakukan, tapi mereka tidak tahu apa yang mereka harus lakukan. Dan jika hanya ada peraturan negatif, ini prinsip yang lemah sekali. Mengapa? Karena pada dasarnya ini hanya suatu pernyataan tentang egoisme manusia. Manusia seluruhnya secara total di dominasi diri sendiri. Dan karena itu dia hanya dapat memikir sejauh prinsip seperti ini, “Janganlah lakukan ini terhadap orang lain, karena jika Anda perbuat itu, maka mereka juga dapat melakukan hal yang sama terhadap Anda.”

Namun aspek positif itu mustahil. Keinginan yang terbaik di dalam hati bagi orang lain dan melakukan itu untuk orang lain melampaui kesanggupan manusia yang belum lahir baru. Itu tidak akan terjadi. Mengapa? Karena, tanpa Tuhan, Alkitab mengatakan di 2 Timotius 3:2, “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama.”

Jadi manusia dengan definisi seperti itu memiliki masalah besar. Mereka mengasihi diri mereka dan mereka benci orang yang berbuat baik. Orang seperti itu tidak akan berbuat baik kepada orang lain. Mungkin itu terjadi secara tidak sengaja, namun itu tidak pernah akan menjadi pola hidup. Ini tidak mungkin menjadi pola hidup yang sengaja memberi dengan bebas karena ada motivasi murni. Seperti dikatakan di Titus 3:3, “Manusia hidup dalam kejahatan dan kedengkian, saling membenci.”

Dan dunia ini dalam etikanya dapat menahan diri dalam melakukan hal-hal tertentu karena ketakutan, namun tidak ada kuasa untuk berbuat hal yang bersifat baik karena di dalam hatinya tidak ada kasih Allah. Itu memerlukan pengertian tentang Kristus.

Jadi jika Anda memperhatikan prinsip ini dengan seksama, maka prinsip ini monumental dalam arti dan kenyataan. Dan manusia tidak sanggup mengikutinya, karena orang- orang mengasihi diri mereka saja. Namun kita sebagai orang Kristen janganlah memiliki karakter seperti itu. Kita seharusnya melebihi keadaan itu dengan kuasa Roh Kudus dan mulai mengorbankan diri bagi orang lain.

Itu harus datang ketika Roh yang berdiam itu ditanamkan dalam diri kita, dan apakah buah Roh pertama di Galatia 5:22? Kasih. Jika kehidupan Allah berdenyut di dalam jiwa seorang pria atau wanita, jika kasih Allah ada di dalam kita, itu telah ditanamkan di dalam hati kita. Yohanes 13:34 mengatakan, jika buah Roh itu adalah kasih, jika kasih itu benar ada, maka “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Umat manusia yang belum disentuh Allah tidak tahu artinya mengorbankan diri dengan cara itu. Itu tidak akan terjadi, karena manusia selalu mementingkan diri. Mungkin kelihatannya dari luar ada pengorbanan diri, namun akhirnya, jauh dalam diri kita ada tujuan yang mementingkan diri, bahkan juga menjadi martir untuk tujuan baik. Tujuan itu mungkin untuk dihormati rekan-rekannya, untuk mendapatkan reputasi, untuk mencari nama di masyarakat, untuk memiliki kompleks martir, untuk tercatat dalam sejarah atau apapun juga.

Sekarang, setelah prinsip ini ditentukan, Yesus memberikan kita tiga alasan untuk menaatinya. Nomor satu, tujuan Allah menuntutnya. Lihatlah akhir ayat 12, “Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Sepuluh Perintah merupakan perluasan dari kedua prinsip ini. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Karena itu, jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku, jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan. Dan ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Kedua adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Karena itu, Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

Namun itu semua akan kembali kepada hal-hal dasar. Ketika saya tahu Anda ada keperluan, saya akan perbuat bagi Anda apa yang saya inginkan bagi diri saya. Dan, malah, kalau itu terjadi dan saya harus memilih, saya akan memilih untuk berbuat itu bagi Anda dan mengorbankan keperluan saya sendiri. Jika saya tahu saya memerlukan baju baru dan saya tahu Anda juga memerlukan baju baru, maka saya akan membelikan Anda baju baru itu, karena saya tahu bahwa itulah yang saya akan berbuat bagi diri saya. Dan saya tidak akan beli sesuatu untuk saya. Itulah esensi prinsip ini.

Lihatlah sebentar Roma 13:8, “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.” Jadi lihatlah, ketika Anda mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Anda telah memenuhi hukum Taurat, karena Anda tidak akan membunuhnya, Anda tidak akan mencuri dari dia, Anda tidak akan menipunya, dan sebagainya. Karena itu kasih memenuhi hukum Taurat.” Roma 13:10.

Jadi lihatlah, tujuan Allah menuntut ini. Seluruhnya tidak ada gunanya kecuali kita taat akan hal-hal itu. Jadi tujuan Allah akan menuntun kita kepada kata, “taat.” Mengapa kita harus hidup seperti itu? Karena kita patuh karena firman mengatakan, “Ketaatan lebih baik dari pada pengorbanan.”

Alasan kedua, janji Allah menuntutnya. Dan Anda akan lihat perkataan “Jadi” di ayat 12, jadi marilah kita kembali ke ayat 7 sampai 11, yang membawa kita kepada prinsip itu. Ilustrasinya datang duluan dalam kasus ini, supaya itu menjadi jembatan dari keenam ayat-ayat yang pertama.

Di dalam ayat 7 dan 8 dikatakan bahwa apapun yang kita minta dan cari dan mengetok, kita akan terima. Sekarang, dengarkanlah. Inilah kuncinya – kita bebas untuk memberi kepada orang lain dan mengorbankan diri untuk orang lain dan mengasihi orang lain karena kita bisa yakin bahwa dalam memberikan semua kepada orang lain, kita memiliki orang lain, kita memiliki sumber akhir dan kekal untuk menggantikan dan menyediakan semua kebutuhan kita, amin?

Janji Allah kepada saya yang mengatakan apa yang saya minta dan cari dan ketok akan diberikan kepadaku, membebaskan saya untuk memberi segalanya kepada orang yang memerlukannya. Apakah Anda mengerti hal itu? Saya dapat memperlakukan orang lain dengan apa yang saya lakukan untuk diri saya tanpa takut bahwa saya sendiri kekurangan, karena yang saya dapat lakukan adalah berpaling kepada Bapa yang mengasihi saya, yang memberikan saya roti setiap hari dan memelihara saya dari setiap sudut, dan saya tidak pernah kekurangan dalam apa yang saya butuhkan. Nah, apakah ini jauh sekali dengan caranya kita hidup sekarang? Memang benar. Kita masih sangat mementingkan diri dan harta milik.

Dan dalam hal-hal rohani, kita dibawa ke firman Allah untuk belajar prinsipnya, dan kita menjalankan prinsip itu sebisa-bisanya, dan kita mulai cape dan putus asa, dan kita harus bersandar kepada kebijaksanaan-Nya, benar? Dan itulah yang menyebabkan hubungan kita menjadi erat, benar? Jadi Dia memberikan kita cukup kebenaran supaya kita bertanggung jawab dan cukup misteri supaya kita tetap bergantung kepada Dia.

Nah, ada beberapa orang yang memikir ayat 7 itu seperti cek kosong yang tinggal diisi saja. Orang berkata, “Alkitab mengatakan, ‘mintalah,’ di ayat 8, “setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Dan mereka ingat ayat itu saja, “kita hanya perlu minta.” Tunggu sebentar..., masih ada beberapa kondisi.

Nomor satu, ini hanya benar jika Anda menjadi anak Allah. Kalau tidak, Anda tidak ada hubungan dengan Dia, benar? Dia tidak berhutang. Kedua, Anda harus hidup dalam ketaatan, atau seperti dikatakan Petrus, “Supaya doamu jangan terhalang.” 1 Yohanes 3:22 mengatakan, “dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”

Nomor tiga, kita tidak boleh memiliki motivasi yang egois sekali dalam meminta. Jika Anda minta hanya untuk diri sendiri, pasti tidak dikasih. Apa maksudmu? Yakobus 4:3 mengatakan, “Kamu berdoa, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu saja.” Semua yang Anda inginkan hanya untuk memenuhi keinginan sendiri.

Ada satu hal lain yang saya ingin Anda perhatikan di ayat 7 dan 8, yaitu ada tiga kewajiban, Kita harus minta terus, dan cari terus dan ketok terus. Ini menyatakan harus ada ketekunan dan keteguhan. Jadi meskipun kita tahu semua itu datang dari Allah, ini tidak berarti bahwa kita santai-santai saja dan tidak ikut campur secara agresif untuk memenuhi permintaan kami.

Mengapa Allah ingin kita bertekun? Karena semakin kita ikut campur dalam prosesnya, semakin baik hubungan itu, benar? Semakin mendalam, semakin kaya dan semakin berarti hubungan saya dengan Dia. Allah ingin supaya hubungan kita dengan Dia adalah vital. Dan Dia melakukan hal-hal yang melemparkan saya ke dalam hubungan itu secara total. Jadi bukan saja saya taat, namun kedua saya sangat bersyukur.

Dan akhirnya ada alasan ketiga. Dan Yesus memberikan kita ilustrasi yang indah, ayat 9-10, “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?” Seorang bapa tidak akan sengaja menipu anaknya. Dan dia juga tidak akan sengaja menghancurkan anaknya.

Jadi, ayat 11 mengatakan, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Dan idenya disini adalah Allah adalah Bapa yang memberi kepada semua apa yang mereka butuhkan, dengan pengertian bahwa mereka tidak mungkin dapat memberi kembali kepada-Nya sesuatu yang sama jenisnya atau sama banyaknya.

Jadi masalahnya ini. Pada dasarnya kita jahat. Dan meskipun kita menjadi orang Kristen, kita tetap ada dosanya, benar? Dan pergumulan untuk mementingkan diri masih menguasai kehidupan kita. Jadi kita perlu patah hati supaya kita tidak egois terhadap orang lain. Jadi marilah kita datang kepada sumber segala yang baik, yakni Allah Bapa kami, Amin?



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content