Janganlah mengritik

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Janganlah mengritik

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2012 · 26 February 2012

Malam ini marilah kita melihat Matius 7:1-6, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." 6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

Marilah saya memberikan Anda latar belakang sedikit sewaktu kita mulai membicarakan soal menghakimi orang lain. Di dalam Khotbah di Bukit, Yesus telah menyentuh segala bidang dalam ringkasan indah semua kebenaran berhubungan dengan kehidupan yang saleh.

Dia mulai dari sudut pandangan kita pada diri kita sendiri di dalam Ajaran Kebahagiaan, dengan pandangan kita kepada dunia dalam pernyataan mengenai garam dan terang, dengan sudut pandangan kita kepada Firman Allah saat Dia membicarakan Hukum Taurat dan kenyataan bahwa itu kekal dan tak berubah, dan sudut pandangan kita akan kekudusan saat Dia mendiskusikan bahwa kita harus memiliki komitmen batin dan eksternal juga.

Dia mendiskusikan kegiatan rohani kita, persembahan, berdoa dan berpuasa. Dia melihat kepada sudut pandangan kita mengenai uang dan harta milik, hal-hal materi. Dan sekarang Dia mengajarkan kita mengenai hubungan kita dengan orang lain. Sekarang, sama seperti semua hal lain yang dibicarakan di Khotbah di Bukit, sudut pandangan ini diberikan berlawanan dengan pandangan orang Farisi dan ahli Taurat.

Mereka adalah pengaruh agama yang ada pada waktu itu, dan, dengan memakai latar belakang pandangan mereka, Tuhan memberikan kita kebenaran. Pandangan hidup mereka adalah supaya orang sombong dan Ajaran Kebahagiaan mengajarkan kita untuk rendah hati. Mereka menjadi bagian dari sistim waktu itu. Kristus mengajarkan kita untuk menjadi garam dan terang bagi sistim itu. Dan mereka mengajarkan hubungan manusia yang salah, dan Tuhan disini merubahnya menjadi benar.

Nah, bagian hubungan manusia itu dibicarakan terus sampai kepada ayat 12, namun kita hanya akan membicarakan enam ayat pertama malam ini, dan kita akan membicarakan bagian yang kedua, hari Minggu depan. Orang Farisi itu begitu bangga dan penuh kebenaran diri dan yakin akan keunggulan mereka sendiri sehingga akibatnya adalah mereka menyalahkan dan menghakimi semua orang lain yang tidak memenuhi standar mereka.

Yesus mengatakan kepada mereka di Yohanes 7:24, “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Mereka sudah biasa menghakimi dengan cara yang sangat dangkal. Juga di Lukas 16:14-15 dikatakan, “Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. 15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”

Dengan kata lain, Anda pikir Anda sudah tahu jawabannya. Anda memikir Anda adalah hakim. Namun Anda salah. Penghukuman mereka pasti sebaliknya dari pada hukuman Allah. Contohnya di Lukas 18:9 dikatakan, “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus memberi perumpamaan ini.”

Nah kita tahu ada buku-buku tentang psikologi perilaku yang tidak ada habisnya, yang mencoba mencari cara untuk mengkoordinasikan hubungan manusia. Yesus mengatakan lebih di dalam 12 ayat di Matius 7 ini daripada semua buku bersama. Pertama kita diberitahu apa yang janganlah kita lakukan, di dalam ayat 1-6, dan kemudian, apa yang kita harus lakukan di ayat 7-12. Dan jumlah kedua ini cukup untuk mengatur segala hubungan manusia yang ada.

Sekarang malam ini kita akan melihat yang negatif dulu, apa yang janganlah kita lakukan, prinsip itu kelihatan di ayat 1, “Jangan kamu menghakimi.” Nah, kita dapat berhenti disini saja. Itulah prinsipnya. Dan kita sering mendengar orang mengatakan, “Siapakah kamu yang dapat menghakimi?” Banyak orang-orang yang salah mengerti hal ini.

Mereka mengatakan, “Janganlah sekali-kali kita mengritik orang. Janganlah kita mengevaluasi sama sekali. Janganlah kita menghakimi, supaya kita tidak dihakimi.” Dan memang frase itu cocok bagi zaman kita. Karena kita hidup di dalam zaman dimana banyak orang menjetujui frase “jangan menghakimi” walaupun itu disalahgunakan. Di zaman ini orang benci teologia, dan benci doktrin, dan benci keyakinan. Orang-orang bicara tentang kasih dan mereka senang berkompromi. Dan seseorang yang berbicara tentang doktrin atau keyakinan pada umunya tidak disukai dalam banyak lingkungan.

Namun ada banyak waktu dalam sejarah gereja, ketika orang dipuji karena memiliki keyakinan. Mereka dipuji karena mereka adalah orang-orang berprinsip, orang-orang yang memakai standar. Terus terang, tanpa orang-orang seperti itu tidak mungkin ada reformasi.

Namun Tuhan tidak menyalahkan hukuman di pengadilan hukum. Malah Alkitab yang mendirikan semua itu. Prinsip ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi’ itu berdasarkan adanya pengadilan hukum dan Roma 13 menegaskan hak negara untuk memerintah rakyatnya. Alkitab tidak menyalahkan semua macam penghakiman. Alkitab mengatakan bahwa kita, sebagai orang percaya, harus dapat membedakan kebenaran dari kepalsuan.

Dan Khotbah di Bukit ini didasarkan pada pemahaman jelas tentang perbedaan antara agama benar dan agama palsu, diantara kemunafikan dan kenyataan. Janganlah kita tidak membedakan dan buta. Misalnya Matius 7:15 mengatakan, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” Jadi jika Anda hanya melihat secara dangkal, Anda akan melihat pakaian domba itu namun tidak pernah tahu serigala yang ada dibawahnya.

Nah setelah kami mengatakan itu, marilah kita melihat “janganlah kita menghakimi.” Apakah maksudnya Yesus? Yang Dia bicarakan itu adalah egoisme orang Farisi yang kritis, yang menghakimi, yang menyalahkan, yang membenarkan diri saja. Mereka bukannya mengritik orang karena dosa-dosa mereka. Mereka mengritik orang karena karakter mereka atau mungkin mereka tidak melakukan hal-hal seperti yang dilakukan mereka.

Pertama, janganlah kita menghakimi secara resmi. Itu hak pengadilan hukum, dan Anda tidak berhak untuk memberi hukuman itu. Anda tidak diizinkan untuk menjadi hakim dan algojo juga. Di dalam Alkitab tidak ada tempat untuk membalas dendam pribadi.

Kedua, Alkitab melarang ada penghakiman terburu-buru. Janganlah menghakimi sebelum semua fakta diketahui. Informasi kita tidak selalu lengkap. Janganlah kita mendirikan standar manusiawi dan setelah orang-orang hidup tidak sesuai standar non Alkitab itu, kita menempatkan mereka dalam katagori rohani yang lain.

Malah itu melebihi yang dilakukan Allah karena Allah penuh belas kasihan. Yakobus 2:13 mengatakan, “Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.”

Hukuman seperti itu menyatakan pandangan Allah yang salah, ayat 1, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Yesus hanya mengingatkan kita semua bahwa mereka bukan berada di dalam pengadilan terakhir. Jika Anda berbuat ini, Anda akan dihakimi nanti. Apakah Anda lupa Anda bukan Allah?

Yohanes 5:27 mengatakan bahwa semua penghakiman adalah milik Allah, dan Dia telah menyerahkan penghakiman seluruhnya itu kepada Anak. Kita tidak diperbolehkan sekarang untuk menghakimi orang. Nanti pada waktunya di masa depan ketika kita bersama dengan Tuhan pada waktu Dia memerintah, menurut Alkitab, kita akan ikut melaksanakan beberapa perintah dan penghakiman-Nya.

Setiap kali Anda menghakimi orang, setiap kali Anda mengritik motivasi mereka atau setiap kali Anda memikir memiliki hak untuk yang memberi penilaian, Anda bertindak seolah-olah Anda Allah. Setiap kali Anda membalas dendam atau Anda bertindak secara pribadi, Anda sepertinya Allah. Setiap kali Anda menghukum orang seenaknya sendiri, Anda bertindak seolah-olah Anda Allah.

Kedua, janganlah menghakimi, karena itu adalah pandangan yang salah terhadap orang lain. Karena kebanyakan orang Farisi memikir mereka dikecualikan. Namun Yesus mengatakan di ayat 2, “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Dengan kata lain, Allah akan mengevaluasi Anda berdasarkan pengetahuan Anda.

Karena itu Alkitab mengatakan di Lukas 12:48, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut.” Karena semakin banyak Anda menolak, semakin besar buktinya Anda bersalah, Dan itulah sebenarnya yang Dia katakan. Semakin banyak pengetahuan Anda semakin besar hukumannya.

Akhirnya, bila Anda secara kritis menilai orang lain; Anda mewujudkan pandangan salah dari dirimu sendiri. Sebagian dari kita sebaiknya mengambil waktu yang dipakai untuk mengritik orang lain dan menggunakannya untuk berdoa dan mengaku dosa kita sendiri. Karena sampai saatnya kita dapat meluruskan kehidupan kita sendiri, kegunaan kita sedikit dalam membantu orang lain.

Itu pada dasarnya dikatakan Tuhan di dalam ayat 3 dan 4. Dengarkanlah. “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.”

Nah, orang-orang telah berargumen bolak-balik tentang apakah selumbar dan apakah balok itu. Ada yang mengatakan bahwa selumbar itu dosa kecil. Namun, menurut saya itu dosa cukup besar, lebih seperti ranting dimata. Dan kemudian mereka mengatakan, “Namun balok itu dosa yang menjijikan, jahat dan mengerikan.” Saya tidak setuju akan hal itu juga. Orang-orang yang dosanya jahat, menjijikan dan mengerikan tidak ada keinginan untuk meluruskan orang lain. Mereka biasanya hanya mencoba untuk membenarkan diri mereka.

Biasanya orang yang selalu menyalahkan kehidupan orang lain tidak pernah melihat ada kesalahan di dalam kehidupan mereka sendiri. Dosa yang jiji, jahat dan terkutuk yang tidak pernah melihat kesalahan di dalam hidup sendiri adalah dosa kebenaran diri. Dan itulah balok itu.

Apakah Anda menyadari bahwa setiap kali di dalam Perjanjian Baru, Jesus menghakimi dosa saja dan bukan si pendosa, kecuali dalam hal membenarkan diri? Disitu Dia mengecam si pendosa dengan dosa itu karena memang itu dosa yang terburuk. Si pendosa mengatakan dia Allah dan dia menyangkal Injil dan menyangkal dia perlu penebusan. Dosa itu mengatakan, “saya kudus.”

Tahukan Anda, inilah kuncinya Ajaran Kebahagiaan. Hanya setelah Anda dengan penuh kerendahan hati lapar dan haus akan kebenaran karena Anda menyadari keberdosaan Anda, baru Anda sanggup menyelesaikan hal-hal itu. Orang yang benar-benar kudus dipenuhi keberdosaan dirinya

Namun ini tidak berarti Anda tidak boleh menghakimi. Jika Anda berkata, “Saya akan ketempat tersendiri dan mengaku dosa-dosa saya dan mengurus masalah saya. Saya tidak akan berhubungan dengan orang lain.” Ini langsung akan menyebabkan ada dua bahaya. Bahaya nomor satu adalah kita segan menghadapi dan menentang saudara seiman yang berdosa. Dan bahaya kedua adalah, kita segan atau tidak dapat membedakan ajaran salah sama sekali.

Dan mereka adalah dua bahaya nyata karena jika kita tidak menghadapi dosa itu, maka gereja akan terpengaruh dan korup. Dan jika kita tidak membedakan yang benar dari yang salah, kita semua akan enak-enak saja masuk ke dalam kesesatan. Jadi karena itu Tuhan menutup bagian ini dengan suatu perintah yang melingkupi keduanya.

Pertama-tama, meskipun kita perlu waspada, kita harus memelihara ketegangan dan keseimbangan, supaya kita masih berani menegur dan menyalahkan saudara yang berdosa itu. Ayat 5, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Bagaimana caranya kita dapat melakukan itu? Saya percaya ini masalah pengakuan dosa. Saya merasa pertama kita harus memastikan apakah hal itu ada. Apakah Anda tidak dapat melihat bahwa Anda memiliki sifat kebenaran diri yang tidak ilahi yang menyebabkan Anda gampang menghukum dan mengritik orang lain? Coba pertimbangkanlah hal itu dan setelah itu pergilah ke ayat 5, “Buanglah hal itu.”

Dengarkanlah bagaimana Daud mengatakan hal itu di Mazmur 51, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah.” Apakah Anda mendengar itu? Sekarang lihatlah, “Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.” Namun tidak ada jalan untuk mengajarkan orang-orang pelanggar jalan yang benar, dan tidak mungkin ada jalan untuk mengubah orang-orang berdosa untuk Allah, sampai saatnya saya memiliki hati yang tahir dalam hidup saya sendiri.

Bahaya kedua adalah orang-orang yang mengatakan, Ya jangan menghakimi, jangan,” seperti sekarang mereka mengatakan, “Iya janganlah kita mendiskriminasi. Janganlah ada doktrin. Kita tidak mau ada orang yang marah. Kita hanya ingin mengasihi semua orang.” Dan kemudian datanglah ayat 6 sebagai petir. Dengarkanlah, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

Orang Yahudi percaya anjing itu kotor. Perjanjian Lama membicarakan mereka sepertinya mereka haram. Dengan kata lain, Tuhan mengatakan, “Hai Anda sebaiknya membedakan dalam hal pelayanan. Ada orang yang akan mendengar kritik Anda dan yang akan merespon terhadap pelayanan Anda dan khotbah Anda dan ada yang akan merespon terhadap usaha Anda, namun janganlah kita memberi kebenaran yang berharga itu kepada mereka yang hanya akan menghancurkannya dan merobeknya tanpa memikir kepentingannya.”

Dan setelah itu Dia mengatakan, “janganlah melemparkan mutiara kepada babi juga karena itu hanya akan diinjak-injak mereka, dan mereka malah akan mejadi begitu marah sehingga mungkin mereka akan menyerang Anda. Mana ada yang mau melemparkan mutiara kepada babi? Benar? Jangan sia-siakanlah hal seperti itu kepada mereka yang tidak menghargainya. Karena itu kita harus membedakan dan mendiskriminasikan hal itu.

Nah siapakah babi dan anjing itu? Lihatlah 2 Petrus 2, disitu dikatakan, ada nabi- nabi palsu diantara orang-orang. Dan ayat 2 mengatakan, “Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu.”

Bisa saja ada anjing liar itu yang dapat di bawa masuk dan bisa diubah makanannya, namun dia akan langsung kembali kepada kebiasaannya jika di biarkan, Anda bisa membawa masuk babi itu kedalam rumah, membersihkannya, dan pada saat pintunya terbuka dia langsung akan kembali kepada tanah kotor mereka. Babi dan anjing adalah mereka yang telah mengenal kebenaran, tetap mengikuti jalan guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, pembohong dan penipu.

Apakah barang yang kudus itu di ayat 6? Itu adalah kebenaran Firman Allah, yang termasuk injil dan semua isi Firman Allah. Saya kadang bicara di tempat- tempat dimana saya hati-hati sekali memakai Alkitab, karena banyak hal akan ditolak dan di cemoohkan dan di benci orang-orang yang tidak percaya. Dan kadang saya tidak memberikan kesempatan itu kepada mereka, karena firman Allah bagi saya adalah harta karun yang sangat berharga dan itu tidak boleh diinjak-injak.

Apakah Anda mengritik atau menilai saja, apakah Anda membedakan atau berdiskriminasi supaya memperlihatkan kebenaran dan untuk memuliakan Allah? Atau Anda melakukan itu untuk meninggikan dirimu dan menyakiti orang lain. Pada akhirnya itulah keputusan yang terhitung, Amin?



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content